Bab XXVII : Pindah?!

157 21 1
                                    


"Pagi sayang" sapa tante pada kami berdua.

"Pagi tante" jawab kami.

Kulihat tante membawakan kami sarapan. "Makan dulu ya, habis itu diminum obatnya" ucap tante, "Sayang ada yang mau tante omongin sama kalian" Ucap tante dengan nada serius.

"Apa tante?" tanyaku.

"Tante pernah kasih tahu kalian kan kalau selain sebagai sahabat mama kalian, tante juga berperan sebagai pengacara mama kalian" ucap tante berusaha mengingatkan yang dijawab dengan anggukkan oleh kami.

"Semua berkas-berkas berharga milik mama kalian itu tante yang simpen, semua berkas-berkasnya ada dikunci ini" ucap tante.

"Tante simpen semuanya di bank, sesuai keinginan mama kamu, ini akan tante kasih ke Dayana setelah menginjak umur 18 tahun. Dan dua minggu lagi ulang tahun kamu yang ke 18 kan?" tanya tante

"Iya tante"

"Mama kamu juga punya beberapa bisnis yang dikelola bareng sama tante. Jadi setelah kamu berusia 18 tahun, tante akan mulai membicarakan dan mengambil tindakan sesuai kesepakatan kita berdua. Jadi semoga kita bisa melanjutkan kerja sama ini lebih baik" ucap tante sambil mengulurkan tangannya padaku selayaknya seorang professional. Akupun menyambut uluran tangan tante.

"Dan....."

"Dan apa tante?" tanyaku penasaran.

"Minggu lalu om dapet kabar kalau dia akan ditugaskan ke paris selama 5 tahun kedepan"

Mendengar penjelasan tante sungguh aku merasa sangat sedih membayangkan akan berpisah dengan om dan mungkin juga dengan tante.

"Tante sempat berfikir kalau mungkin lebih baik jika tante disini untuk ngejagain kalian. Tapi mama kalian pernah bilang "Seorang istri harus ada disamping suaminya dimanapun suaminya berada" jadi, tante gak mungkin ninggalin om sendiri disana" ucap tante yang seakan sedang merangkai kalimat perpisahan, "Jadi, tante fikir ada baiknya kalau kalian ikut sama kami. Tante gak mungkin memilih antara kalian dan om" ucap tante, "Lagi pula tante sama om pasti ngerasa kesepian banget disana, Sakha ada di Italy, gak mungkin dia bolak-balik paris-Italy untuk kuliah. Jadi gimana?? Ikut tante ya kesana?" pintanya.

"Tante, aku udah kelas 3, sayang kalau aku ngelanjutin sekolah diluar negri diwaktu kayak sekarang. Belum lagi aku harus jagain bibi sama pak Ujang. Mereka udah cukup tua, aku mau nemenin masa tua mereka" tolakku dengan lembut. Ku lihat tatapan tante penuh dengan kekecewaan saat mendengar jawabanku.

"Kalau Ray?" tanya tante.

"Aku mau jagain kakak, tante" kini ku lihat tante meneteskan air mata saat mendengar penolakan dari Ray.

"Tante jangan sedih, Ray akan ikut sama tante" ucapku.

Sontak Ray menatapku tajam. "Kamu itu laki-laki, tingkat kecerdasan dan kemampuan bersosialisasi kamu lebih baik dari kakak dalam segala aspeknya. Sayang kalau disia-siakan"

"Aku gak mau jauh dari kakak!"

"Sekarang jaman tuh udah canggih. Kakak bisa hubungi kamu kapanpun begitu juga dengan kamu" jelasku.

"Tapi kak..."

"Kakak gak perlu dijagain Ray, yang perlu kamu lakukan kejar mimpi kamu dan buat orang-orang yang kamu sayang bangga" ucapku menyemangati Ray, kini tatapanku berbalik menatap tante yang masih sibuk menghapus air matanya, "Tante bisa urus keberangkatan Ray mulai dari sekarang kok" ucapku sambil tersenyum. Kini kulihat ada sedikit kebahagiaan terpancar dari mata tante.

Oranye Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang