Chapter 3 - Who's She?

1.1K 41 0
                                    

          Kami pun sampai di taman sekolah. Karena luka yang harus kami obati adalah luka akibat pedang, aku pun mengambil beberapa tanaman yang diperlukan. Saat itu, Ray hanya mengobrol dengan beberapa siswa dari kelas lain. Ugh! Akhirnya aku juga yang mengambilkan tanaman untuknya. Tapi, gapapa deh, dia juga nemenin aku ke sini.

          Kami pun bersiap kembali ke kelas. Namun, saat melewati bagian lapangan, aku melihat seseorang-seorang siswi duduk sendiri di bawah sebuah pohon yang cukup rimbun dengan menundukkan kepalanya. Ia memiliki rambut biru tua yang dikuncir 2 dengan kedua pita yang sangat cantik. Sepertinya aku mengenalnya, tapi aku lupa dia siapa? Tiba-tiba, ia mengambil sebuah saputangan dan mengelap matanya. Ternyata, dia menangis! Aku ingin mendekatinya, tapi......

"Arthur! Ngapain bengong di sana! Cepet!" Teriakan Ray membuatku menghentikan lamunanku.

"Eh...iya. Maaf!"Jawabku singkat.

"Kok tumben sih bengong. Kayaknya ada yang diumpetin nih? Apa sih? Cerita aja! Gak usah malu." Perkataan Ray membuatku semakin gugup.

"Gak ada apa-apa sih. Udah, cepetan kita balik ke kelas! Abis ini pelajarannya Mrs. Corinne lho!" Kataku yang langsung membuat Ray buru-buru berlari ke kelas.

          Pelajaran berikutnya, sejarah. Guru sejarah kami adalah Mrs. Corinne, guru yang terkenal akan ketegasan dan kedisipliannya dalam mengajar. Karena itulah, Ray dan teman-teman yang lain agak takut kepadanya. Sebenarnya, beliau orang yang baik. Aku tahu dia melakukan semua ini demi kebaikan kami. Tetapi, sejak dahulu, aku tidak menyukai pelajaran sejarah. Jam pelajaran sejarah ini kuhabiskan dengan melamun. Entah mengapa, aku selalu teringat pada siswi yang tadi kulihat di bawah pohon di dekat lapangan sekolah...

"Ingatlah Arthur, kamu jangan terlalu dekat dengan anak itu. Kerajaannya dengan kerajaan kita sudah bermusuhan sejak zaman dahulu kala."

"Trus,jika kerajaannya dan kerajaan kita sudah bermusuhan, kenapa aku juga tidak boleh dekat dengan dia? Dia keliatan manis."

"Arthur, ini tradisi sejak dulu ya. Semua penduduk Kerajaan Api tidak boleh berteman dengan penduduk Kerajaan Salju, termasuk kita. Mengerti?"

"Baiklah, ayah!"

"ARTHUR!!!! Ngelamunin apa kamu nak! Kamu gak denger dari tadi saya jelasin apa?"

          Duh! Tiba-tiba, lamunanku terhenti saat Mrs. Corinne memukul mejaku. Aku kaget! Ray yang sejak awal tidur saja langsung terbangun.

"Err.... Maaf Mrs....." Hanya kalimat tersebut yang keluar dari mulutku. Ini pertama kalinya aku dimarahi seperti ini.

"Sekarang kamu jawab pertanyaan saya! Pada tahun berapakah ditemukan pedang dengan kekuatan api sekaligus es?" Mrs. Corinne mencoba menguji apakah aku menyimak penjelasannya atau tidak.

"Err.... Tahun 1876 Mrs....." Jawabku. Untunglah semalam aku belajar sedikit untuk hari ini.

"Hem... Baik. Lain kali jangan melamun saat pelajaran!" Ucap Mrs. Corinne

          Kriiiiiiing!! Yeah! Bel berbunyi tanda jam pelajaran selesai. Setelah ini tinggal 1 jam pelajaran lagi dan kelas selesai!!! Entah mengapa, aku tidak berselera untuk makan siang. Aku hanya melamun memikirkannya. Sepertinya aku ingat sesuatu, tapi.......

"Hey, Arthur! Kenapa hari ini kamu banyak banget ngelamun? Tumben lho kamu ngelamun pas pelajaran sampe diomelin Mrs. Corinne" Lagi-lagi Ray menegurku karena terlalu banyak melamun.

"Gak papa kok." Jawabku singkat.

"Tapi serius deh, kayaknya ada yang kamu sembunyiin." Tanya Ray penasaran.

"Gak papa kok." Aku tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Ray.

          Akhirnya rasa penasaran Ray hilang juga. Kami bergegas ke kantin untuk menemani Ray makan siang. Di sana, pikiranku masih memikirkannya.... Sampai aku mendengar pembicaraan para siswi kelas lain.

"Eh, liat deh! Itu putri pitanya kayak gak pernah diganti deh! Katanya putri.... tapi kok gak pernah ganti pita sih?"

"Mungkin karena yang cocok sama mukanya cuma yang itu doang. Gak kayak kita yang pake apa aja cocok!"

"Iya tau.... Itu putri kayaknya bisanya belajar aja deh. Gak bisa dandan. Pantes aja kerajaanya gelap gulita kayak mukanya!"

"Iya nih. Tapi kakaknya itu keren lho! Kok beda jauh ya sama adiknya?"

          Aduh..... kok obrolan mereka gak enak didenger sih? Tapi, aku penasaran siapa yang dimaksud mereka. Aku terus inget sama cewek itu. Tapi, Lagi-lagi Ray menghentikan lamunanku dan mengajakku untuk makan di bangku lapangan.

          Ketika kami sudah duduk di bangku lapangan, Ray sibuk bercerita tentang usahanya untuk membuat senjatanya sendiri nanti. Tapi... lagi-lagi aku masih memikirkannya! Tiba-tiba, di bawah pohon dekat kolam sekolah, aku melihat dia lagi! Dan, untuk kesekian kalinya, Ray menghentikan lamunanku.

"Arthur!! Kamu kenapa sih? Gak papa sih, kalo kamu mau cerita sama aku gak papa deh." Kata Ray.

"Emm..... Ray, kamu kenal gak sama anak cewek itu?" Akhirnya aku memberanikan diri bertanya padanya.

"Oh... dia kalo gak salah adiknya kak Zavier. Tapi dia kurang populer. Katanya sih dia sama-sama pinter kayak kakaknya. Tapi, kayaknya dia gak ada temenya deh." Jelas Ray.

"Oh.... dia adiknya kak Zavier?" Aku baru menyadarinya.

"Iya. Kenapa? Tumben kamu nanyain orang. Tapi, mendingan jangan terlalu deket deh sama dia. Setiap orang yang deket sama dia pasti bakal di-bully sama Jennifer, Gayle, Delia, sama Vina. Mereka gak suka banget sama dia. Gak tau kenapa tuh." Jelas Ray.

          Jam istirahat pun selesai. Jam pelajaran terakhir adalah matematika. Karena kami diberikan PS, aku tidak punya waktu untuk melamun. Tapi, penjelasan Ray sudah sedikit mengurangi rasa penasaranku. Tapi, tetep aja masih ada penasaran. Untung saja hari ini tidak ada PR matematika, tinggal mengerjakan tugas farmasi saja. Jam 14.00, sekolahpun selesai. Aku memilih untuk pulang jalan kaki bersama Ray.

Multimedia : Anak perempuan yang duduk di bawah pohon

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang