Chaper 10 - The Assassination Begin

673 30 1
                                    

Seminggu kemudian...

          Akhirnya aku menerima ijazah kelulusanku. Aku berencana untuk pergi bersama Ray ke bukit tempat kami biasa bermain dulu. Aku pergi juga dengan Horace, sementara Ray pergi bersama kudanya juga, namanya Hans. Kami mengobrol, menaiki kuda kami, berlatih menggunakan bersama. Kami bertekad apapun yang terjadi, kami akan terus berusaha mempertahankan persahabatan kami. Rasanya senang saat kau tau bahwa akan ada seseorang yang selalu dapat menemanimu apapun kondisinya, baik suka maupun duka.

          Sesampainya di istana.... Suasana agak sepi. Entah mengapa, tapi biasanya ada saja penjaga istana yang menyapaku. Dengan santai aku berjalan menuju lantai paling atas tempat kamarku berada. Namun, tiba-tiba terdengar suara tangisan. Kira-kira, datangnya dari..... Kamar ayah dan ibu!! Dengan cepat aku masuk ke sana dan melihat semua pelayan, dokter, dan Sir Maxwell mengelilingi ranjang ayah dan ibuku.

"Arthur, kamu ke sini dulu, nak! Yang mulia, Arthur sudah kembali!" Kata Mrs. Pattie pada ibuku.

          Aku terkejut saat melihat ayah dan ibuku hanya berbaring di ranjang sementara seluruh penghuni istana menangis. Mungkinkah...

"Mama! Mama kenapa?" Tanyaku pada ibu.

"Arthur, apapun yang terjadi, janji ya. Kamu mesti jaga leontin pemberian papa. Jangan biarkan hal yang buruk terjadi. Setelah ini, pimpin Kerajaan Api dengan bijaksana. Jangan khawatir, Sir Maxwell akan bantuin kamu." Kata ibu dengan wajah yang terlihat lemah.

"Mama, mama sama papa kenapa? Aku tetep mau ada kalian!" Tak terasa air mataku menetes saat mengatakan hal itu.

"Dear, kamu kan uda gede. Sekarang Kerajaan Api bergantung sama kamu. Kamu mesti bisa bersikap dewasa ya. Mama uda cukup sampe disini. Kalau kamu, kamu mesti lanjutin. Semangat Arthur! Mama papa sayang kamu." Kata ibu. Setelah mengatakan hal tersebut perlahan-lahan mata ibu tertutup.

"Mama........ Arthur juga sayang mama papa....." Aku pun memeluk ibu sambil menangis dengan keras.

          Mrs. Pattie memelukku dan mengelus punggungku. Seisi ruangan langsung menangis karena pemimpin mereka, atau orang tuaku, telah pergi selama-lamanya.

          Aku masuk ke kamar, duduk di kursi di balkon kamarku, untuk...... menangis. Kenapa harus ada kesedihan di tengah kebahagiaan? Kenapa? Sekarang, aku bahkan tidak bisa menghentikan kepergian ayah dan ibuku. Kalau menangis sambil duduk di sini, aku jadi ingat dulu.....

"Arthur, kamu kenapa masih nangis? Masih sedih inget-inget tadi? Ayo, cerita aja ke mama"

"Ma.... tadi papa marah banget sama aku. Jadi, papa benci banget ya sama aku?"

"Ya enggak lah. Papa marah sama kamu karna dia peduli sama kamu. Dia gak mau kamu susah nanti pas uda gede. Jadi, sebenernya papa itu sayang banget sama kamu."

"Hiks.....hiks..... Ma, kalo mama benci gak sama aku?"

"Ya enggak lah. Apapun yang terjadi, mama tetep sayang sama kamu. Tadi mama sengaja gak diemin papa yang marahin kamu soalnya mama tau itu penting buat kamu."

"Hiks.....hiks..... Ma......."

" Uda, jangan nangis lagi. Tadi papa pukul kamu sakit gak? Mau mama obatin?"

"Sakit ma...."

"Yaudah, abis mama obatin kamu tidur ya. Udah.... jangan nangis lagi. Nanti cakepnya ilang lho!"

........................

"Arthur, semalem sakit gak? Maafin papa ya. Papa cuma gak mau kamu susah pas uda gede nanti."

"Gak papa kok, pa. Arthur tau papa marah sama Arthur karna papa sayang sama Arthur. Arthur juga sayang sama papa."

          Sedih rasanya inget-inget peristiwa itu. Kalau aku lagi kayak gini, biasanya mama pasti dateng ke kamar aku, dengerin curhat aku.Trus kadang papa pasti bikin aku ketawa lagi. Sekarang, aku merasa sendirian, kesepian.

"Arthur.....Arthur....."

"Iya.... Papa! Mama! Kok kalian....kita di mana?"

"Arthur, jangan larut dalam kesedihan. Inget kata mama? Jalanin aja, suatu saat semua ini akan berlalu. Jangan terjebak dalam masalahmu"

"Iya, Arthur. Inget kata papa? Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Kita cukup berusaha yang terbaik."

Duk!

          Aduh, ternyata aku tertidur di balkon kamarku. Senang rasanya bisa bertemu orang tuaku dalam mimpi, walau lebih enak jika bisa bertemu langsung. Kulihat jam wekerku, sudah jam 5. Aku memutuskan untuk tidak tidur lagi dan mandi air hangat. Nanti jam 10, orang tuaku akan dimakamkan. Aku sebenarnya tidak rela hadir di sana. Bayangkan, aku harus melihat orang tuaku pergi meninggalkanku. Aku pasti tidak dapat menahan tangis nanti.

"Jalanin aja, suatu saat semua ini pasti berlalu."

          Tiba-tiba, perkataan ibu muncul di pikiranku. Benar juga! Semua ini pasti berlalu! Entah mengapa aku merasa bahwa semua ajaran ayah dan ibuku akan selalu menolongku. Mulai sekarang, kehidupanku harus lebih baik dari sebelumnya. Papa, mama, aku akan berusaha yang terbaik!

          Jam 10, pemakaman mulai. Benar saja, aku tidak dapat berhenti menangis. Seluruh penduduk Kerajaan Api datang dan menaburkan bunga di makam ayah dan ibu. Ray dan Mrs. Pattie pun mencoba menghiburku. Ray memang selalu ada kapan saja aku membutuhkannya. Sedangkan Mrs. Pattie, aku merasa dia adalah pengganti ibuku. Ia memang tidak menikah, jadi terkadang aku menganggapnya keluarnga sendiri. Mungkin aku sudah selangkah keluar dari masalah ini.

          Keesokan harinya, ini adalah hari pertamaku menjadi raja. Aku memilih untuk menanyakan sesuatu pada Sir Maxwell.

"Sir Maxwell, saya boleh tanya sesuatu?" Tanyaku.

"Silahkan Yang Mulia" Jawab Sir Maxwell.

"Sir, bisa tolong anda jelaskan kronologis terjadinya pembunuhan orang tuaku?" Tanyaku,

"Begini tuan. Sebenarnya, sebelum pembunuhan ini terjadi, tidak ada tanda-tanda buruk. Raja dan Ratu sedang makan di ruang makan. Saat itu tidak ada pelayan yang mengawasi. Tiba-tiba, dari jendela, keluarlah orang-orang berpakaian hitam dengan badan yang besar menusuk Raja dan Ratu. Kamj baru sadar saat mendengar jeritan Sang Ratu yang kesakitan, sedangkan Yang Mulia Raja langsung tewas di tempat. Ditinjau dari cara mereka melakukan pembunuhan sepertinya ini pembunuhan yang direncanakan oleh seseorang yang menyimpan dendam pada kita ataupun kerajaan kita. Dan, menurut kabar dari badan peneliti dan pengamat istana, mereka juga menyerang Raja dan Ratu Kerajaan Salju. Sedangkan di kerajaan lain semuanya aman." Jelas Sir Maxwell secara lengkap.

          Kerajaan Salju juga diserang? Mengapa hanya Kerajaan Salju dan Api yang diserang? Apa benar kata Sir Maxwell yang menyatakan ada seseorang yang menyimpan dendam pada kerajaan? Tapi, setahuku ayah hanya pernah bilang kalau musuh satu-satunya Kerajaan Api adalah Kerajaan Salju. Tapi, kali ini Kerajaan Salju juga merupakan korban pembunuhan ini. Apapun yang terjadi, aku tetaplah raja. Aku tidak boleh membuat rakyatku menderita hanya karena aku menderita.

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang