Chapter 5 - Friend or Foe?

847 31 1
                                    

Satu bulan kemudian........

          Aku pergi ke sekolah jam 9.00 hari ini. Sekarang, kami sedang libur, namun, kami ke sekolah untuk melihat hasil ulangan kenaikan kelas kami. Aku datang bersama Ray. Saat kami datang, sudah banyak murid yang melihat nilai mereka. Aku sedikit gugup karena aku tidak yakin masih mendapatkan peringkat 1 tahun ini. Ayah tidak akan mempersalahkannya, tapi tetap saja. Akhirnya, aku bisa melihat nilai ulanganku saat sudah mulai sepi.

          Betapa terkejutnya aku. Ternyata aku mendapat peringkat kedua. Tapi, bukan itu yang membuatku terkejut. Yang membuatku terkejut adalah peringkat pertama ternyata seorang siswi. Aku mencoba menghafal namanya. "Scarlett L. Adams". Nama belakangnya Adams. Sepertinya itu nama belakang raja Kerajaan Salju dan nama belakang kak Zavier. Sebenarnya siapa dia? Mungkinkah dia adalah anak perempuan yang sering duduk menangis di bawah pohon?

          Tidak lama kemudian, kak Zavier datang bersama anak perempuan itu. Aku berusaha menjauh. Tapi, diam-diam, aku mendengar pembicaraan mereka.

"Cin, selamat ya! Akhirnya kamu jadi peringkat 1" Kata kak Zavier pada anak perempuan itu.

"Makasih ya kak!" Jawab anak perempuan itu. Ternyata dia juga bisa tersenyum.

          Eh.... disana namanya ditulis "Scarlett L. Adams". Tapi, kenapa kak Zavier memanggilnya "Cin"? Trus, apa kepanjangan nama L. miliknya? Aduh, aku benar-benar binggung.

          Acara berikutnya, pembagian kelas. Aku dan Ray menuju ruang kelas yang papan tulisnya ditempeli daftar pembagian kelas. Entah mengapa, hari ini Ray lebih diam. Mungkin karena nilai biologinya turun drastis karena ia terlalu banyak bermain.

         Saat melihat daftar kelas, lagi-lagi, nama "Scarlett L. Adams" berada di atas nama "Arthur Harrison". Aku sedih sih, karena tidak sekelas dengan Ray. Tapi, aku juga senang bisa sekelas dengan Scarlett. Mungkin nantik aku akan berkesempatan untuk berteman dengannya. Aku tidak peduli pada nasihat ayahku atau ancaman bully dari Gang Jennifer.

          Aku pun pulang berjalan kaki dengan Ray. Ya, kami membicarakan nilai kami dan pembagian kelas. Ray sepertinya tidak terlalu senang dengan nilainya. Dia juga kecewa tidak sekelas denganku. Aku juga kecewa dengan nilaiku dan pembagian kelas. Tapi, lagi-lagi aku kembali ke kebiasaan lamaku yang pernah hilang-melamun. Dan, topik lamunanku, sama. Anak perempuan yang mungkin bernama Scarlett itu benar-benar mengusik pikiranku. Aku senang melihat dia tersenyum saat melihat dirinya mendapat peringkat 1, tapi, aku juga kecewa karena aku yang jadi peringkat 2.

          Lagi-lagi, Ray-lah yang menghentikan lamunanku. Untung saja, dia selalu punya cara untuk membuatku ceria lagi. Kami pun mulai membicarakan tentang toko pedang yang dibuka ayahnya.

"Eh, Arthur, katanya kan kamu mau belajar senjata tuh. Nah, kamu mau beli pedang gak? Kemaren, papaku coba buat pedang dari kayu." Kata Ray.

"Emm.... Aku gak mau belajar pedang. Aku cuma mau belajar panah aja." Jawabku.

"Hah!! Arthur, kamu kan pangeran. Kenapa gak mau belajar pedang? Kayak cewek tomboy aja, maunya cuma belajar panah." Sepertinya Ray tidak setuju dengan niatku belajar panah. Tapi, masa sih dia bilang kalau panah hanya untuk cewek tomboy. Aku sedikit tersinggung sih.

"Biarin aja! Aku gak peduli." Jawabku.

          Setibanya di rumah, aku menceritakan tentang ranking pada ayah dan ibuku. Untungnya, mereka tidak marah. Mereka memang memberi kebebasan padaku. Tapi, mereka tetap mengharuskanku untuk menjadi raja kelak. Aku tidak keberatan dengan itu. Lagipula, aku memang anak laki-laki mereka satu-satunya.

          Soal kesulitan menjadi raja, ayahku telah menyiapkannya. Ia memberiku waktu di hari sabtu untuk mengamatinya bertindak sebagai raja. Soal pendidikan, ayahku juga mengambil jurusan sihir. Tapi, ayahku bisa menggunakan pedang. Ia belajar dari kakek yang mengambil jurusan senjata waktu sekolah dulu. Kalau ibu, ia juga masuk jurusan sihir. Kemampuan sihirnya jauh lebih kuat dibanding sihir ayah. Itu mengapa sewaktu kecil nenek sering mengatakan kalau aku suatu saat akan menjadi orang yang kuat, seperti ayahku dan ibuku.

          Sebelum tidur, aku sempat memikirkan Scarlett. Bagaimana nanti saat kami akan sekelas? Apa dia mau berteman denganku? Apa dia akan mempersalahkan statusku sebagai pangeran Kerajaan Api? Bagaimana dengan kak Zavier? Lalu, apakah Jennifer and the Gang akan mem-bully aku?

          Baiklah, aku memutuskan untuk langsung tidur dan tidak mengingat-ingat lagi tentang Scarlett. Tapi, tiba-tiba aku ingat pada kak Zavier. Ia orangnya baik, tapi cuek kalau sama anak-anak Kerajaan Api. Bisa dibilang terlalu men-diskriminasikan kami. Tapi, dia sayang banget sama adiknya yang mungkin bernama Scarlett. Duh... Kenapa pikiran aku gak bis lepas dari dia? Akhirnya aku baru tertidur kurang lebih jam 01.00. Setelah ini kami akan liburan sebulan. Setidaknya aku bisa bangun agak siang besok. Holidays, I'm coming!

Multimedia : Kak Zavier

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang