Chapter 6 - Our Friendship

853 40 0
                                    

Satu bulan kemudian....

          Akhirnya, sekolah dimulai kembali! Aku sangat senang. Seperti biasa, aku berangkat sekolah bersama Ray. Di perjalanan, kami membicarakan tentang harapan kami di tahun ajaran baru ini. Ray ingin sekali membuat sebuah pedang dari perak untuk dirinya sendiri. Sedangkan aku, pikiranku masih saja soal Scarlett. Hari ini, aku akan bertemu dengannya di kelas. Sebenarnya aku gugup. Tapi, aku tidak boleh terlihat gugup di depannya.

          Aku pun masuk ke kelas baruku. Kelas Ray berada di sebelah kelasku, jadi mudah bagi kami jika ingin saling bertemu. Entah mengapa, kelasku masih kosong. Semua murid asyik mengobrol di koridor. Tetapi, tanpa aku duga, Scarlett duduk sendirian di kursi pojok belakang. Karena tempat sebelahnya sudah ada orang, aku duduk di barisan depan, tepat 3 kursi di depan ia. Sebenarnya aku ingin menyapanya, berkenalan dengannya, mengobrol dengannya. Tapi, aku terlalu malu. Akhirnya, kami tidak bicara sepatah kata pun. Dia terlihat asyik dengan buku bacaannya.

          Bel tanda masuk pun berbunyi. Kami akan segera bertemu dengan wali kelas kami. Tahun ini, wali kelas kami adalah Mrs. Ariel, guru fisika kami. Beliau orangnya murah senyum, tapi pintar dan teliti. Mungkin karena beliau sudah mengajar fisika bertahun-tahun.

"Selamat pagi, anak-anak. Gimana liburannya? Asyik gak? Sekarang, kalian kembali lagi belajar di sekolah. Ingat ya, tahun depan kalian bukan murid Primary lagi. Jadi, Mrs. harap kalian bisa bersikap lebih dewasa ya. Soal Mrs, kalian pasti sudah kenal kan? Nama saya Mrs. Ariella. Trus, kalian uda kenal belom sama temen-temen kalian satu kelas? Nah, Mrs kasih tugas ya. Kalian harus cari pasangan berdua-dua, trus coba tanya namanya, tanggal lahirnya, nama ortunya, jumlah saudaranya, apa aja deh. Nanti kalian maju ke depan trus Mrs. tes seberapa kalian memahami teman kalian itu." Jelas Mrs. Ariel.

          Mrs. Ariel mungkin terkesan lemah lembut bagi yang pertama kali melihatnya. Tapi, jika sudah melihat ia menjelaskan, muncullah sifat cerewetnya. Tapi, beliau bisa membuat suasana menjadi lebih relax dan bikin otak gak beku gitu.

          Sekarang, soal pasangan. Karena tidak ada yang kukenal di kelas ini, aku memilih untuk mendekati Scarlett. Dia pun mau berpasangan denganku. Dan, proses wawancara kami pun dimulai.

A : Nama kamu siapa?
S : Scarlett L. Adams, kamu?
A : Arthur Harrison.  L di nama kamu kepanjangannya apa?
S : Itu rahasia, gak semua orang boleh tau, kecuali keluargaku.
A : Oh, trus...... Tanggal lahir kamu kapan?
S : 19 Desember, kamu?
A : 24 Juli. Trus.... Nama ayah kamu siapa?
S : Adam Romeo Julius, kamu?
A : Peter Harrison, kalo nama ibu kamu siapa?
S : Louisiana Bellaire David, kamu?
A : Julianne. Kalo saudara kamu ada brapa, trus siapa namanya?
S : Ada 1. Namanya Zavier Robert Adams. Kamu?
A : Aku anak tunggal.
      ...........................

Sebenernya masih panjang tapi, kayaknya cukup segitu aja deh.

          Tidak lama kemudian, Mrs. Ariel mulai memanggil nama kami. Saat namaku dipanggil, semua orang terkejut saat melihat aku berpasangan dengan Scarlett, entah mengapa. Untungnya, aku dapat menjawab semua pertanyaan dari Mrs. Ariel tentang Scarlett. Begitu juga Scarlett yang bisa menjawab semua pertanyaan. Kami pun kembali ke tempat duduk masing-masing. Tapi, aku sempat berbisik padanya. aku mengajaknya makan bersama. Dan.... Dia pun menyetujuinya.

          Jam istirahat dimulai. Scarlett mengajakku untuk makan di bawah pohon dekat kolam sekolah. Aku setuju dengannya. Kami duduk di sana dan mulai mengobrol. Scarlett memang tidak terlalu banyak bicara, Jadi, akulah yang mulai mencairkan suasana.

"Scarlett, kamu selalu duduk disini kan? Kenapa gak mau ikut yang lain?" Tanyaku.

"Emm.... Aku tidak suka mereka dan mereka tidak menyukaiku." Jawaban singkat Scarlett membuatku bingung harus menanyakan apa setelah ini.

"Kenapa gak suka?" Tanyaku.

"Emm... gini, sebenernya, aku ini putri. Mereka itu sangat menyukai kakakku yang seorang pangeran. Tapi, kadang mereka cemburu karena kakak lebih menyayangiku daripada mempedulikan mereka. Jadi... mereka menganggapku orang yang tidak pantes jadi putri dan hanya sebagai pengganggu." Scarlett terlihat sedih saat menjawab pertanyaanku.

"Maaf. Aku gak mau buat kamu sedih kok. Tapi, menurut aku, kamu cocok jadi putri. Kamu sabar, pinter, cantik kok. Gak usah peduli kata mereka." Aku berusaha menghiburnya.

"Tapi... Emm.... trus kamu kenapa mau deket sama aku? Kamu gak takut di-bully sama Jennifer?" Tanyanya.

"Kenapa harus takut. Aku kan bebas mau bertemen sama siapa. Dia gak berhak ngatur-ngatur aku." Jawabku.

          Tiba-tiba, kak Zavier datang dan langsung bergabung dalam pembicaaan kami.

"Eh, kamu itu Arthur Harrison kan? Pangeran Kerajaan Api? Kamu ngapain di sini sama adikku? Mau ganggu dia?" Kata kak Zavier yang terdengar seperti marah.

"Kak, gak papa kok. Dia baik sama aku. Tolonglah kak. Masa kita gak boleh bertemen cuma buat ngikutin tradisi?" Scarlett mencoba membelaku.

"Hem. Okey. Tapi kakak awasin dia. Kalo sampe dia bikin kamu sedih, kakak gak akan segan bales apa yang dia lakuin ke kamu." Kata kak Zavier sambil meninggalkan kami.

"Scar, dia kenapa? Kok kayaknya gk suka sama aku sih?" Tanyaku.

"Emm.... Mungkin karna kamu pangeran Kerajaan Api." Jawabnya.

"Emangnya kenapa kalo aku pangeran Kerajaan Api?" Tanyaku curiga. Apakah dia akan menerimaku saat mengetahui statusku?

"Aku kan putri Kerajaan Salju. Kerajaan kita gak pernah damai dari dulu. Jadi, kakak kayak gak suka gitu. Tapi, aku suka sih bertemen sama kamu. Kamu tau, kamu itu temen pertama aku." Jawab Scarlett yang membuatku tersenyum.

"Makasih kamu uda percaya sama aku. Dari dulu aku pengen bertemen sama kamu, tapi aku takut kamu gak mau bertemen sama pangeran Kerajaan Api." Jawabku yang membuat Scarlett tersenyum.

"Gak papa kok. Emang semua orang gak mau bertemen sama aku soalnya takut sama Jennifer." Ujar Scarlett.

          Tak terasa jam istirahat sudah habis. Kami pun kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran. Tapi karena hari ini hari pertama, kami hanya bermain games saat pelajaran. Senang rasanya bisa membuat Scarlett tersenyum hari ini. Pukul 11.00, sekolah selesai. Aku sebenarnya ingin pulang dengan Scarlett, tapi aku tidak mungkin pergi ke Kerajaan Salju. Jadi, aku pulang bersama Ray.

          Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa berhenti tersenyum. Aku merasa senang bisa membuat Scarlett tersenyum hari ini. Tiba-tiba, Ray mengagetkanku, lagi,

"Arthur!! Kamu kenapa? Senyum aja dari tadi. Mikirin apa sih?" Tanya Ray penasaran.

"Eh Ray, masa.... hari ini aku bisa bikin Scarlett, putri Kerajaan Salju, tersenyum. Trus, dia nganggep aku ini temennya!" Aku terlalu bersemangat menceritakannya pada Ray.

"Wow! Tumben banget kamu deket sama cewek. Jangan-jangan kamu....."

"Ya enggaklah Ray! Kita aja masih kelas Primary. Masa uda pikirin suka-sukaan sih!" Aku menghentikan kalimat Ray.

          Begitulah, seharian ini, aku terus tersenyum. Bahagia rasanya saat melihat seseorang yang tidak pernah tersenyum menjadi tersenyum karena kita. Tetapi, aku harus berhati-hati dengan Jennifer dan kak Zavier. Sepertinya mereka akan tidak menyukaiku. Tapi, aku akan berjuang untuk mempertahankan persahabatan kami. Walaupun kami bisa dikatakan bersaing dalam pelajaran, kami melakukannya secara sehat. Ya... begitulah kami dalam beberapa minggu ini. Waktu memang terasa cepat saat kita bersenang-senang.

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang