Chapter 8 - I'm So Sorry

717 31 0
                                    

"Mr. Jim.... Tolong cepetan dong!"

          Aduh, aku kesiangan hari ini. Jam wekerku bahkan tidak dapat membangunkanku. Sekarang, tinggal 5 menit lagi mulai pelajaran. Aku berangkat ke sekolah diantar Mr. Jim dengan kereta kuda. Sarapanku kubawa ke sekolah karena aku tidak sempat makan hari ini. Entahlah aku masih bisa ngobrol dengan Scarlett atau tidak.

          Akhirnya sampai juga. Tinggal 1 menit sebelum bel berbunyi. Aku berlari secepat mungkin ke kelas dan... Kriiing!! Tepat saat aku duduk di kursiku. Aku menengok ke belakang, ternyata kursi Scarlett kosong. Apa yang terjadi padanya? Ia tidak mungkin terlambat. Kalau dia tidak ada, berarti dia tidak masuk. Nah, kenapa dia tidak masuk? Perasaanku semakin tidak enak saja. Akibatnya, aku kembali lagi ke kebiasaan lamaku, melamun. Apalagi, jam pelajaran pertamanya, Sejarah! Untung saja semalam aku sempat belajar jadi kalau hari ini Mrs. Corinne menegurku lagi aku siap menjawab pertanyaannya.

          Jam istirahat! Aku memilih untuk makan di bawah pohon, tempat biasanya aku dan Scarlett mengobrol. Suasana menjadi agak sepi karena tidak ada yang menemaniku mengobrol. Tapi, tiba-tiba, kak Zavier datang dan langsung menarikku dengan kasar.

"Kamu itu kenapa sih? Kalau emang uda gak suka sama Scarlett yaudah gak usah deketin dia! Kamu tau gak kamu itu bikin dia menderita?" Kata kak Zavier dengan menarik kerah bajuku ke atas.

"A....aku.... kenapa kak?" Tanyaku dengan takut karena kak Zavier kalau udah marah memang mengerikan.

"Pokoknya, dia hari ini gak masuk karena kamu! Trus, kalo nanti pas dewasa dia masih menderita itu semua karena kamu!" Kata kak Zavier yang membuatku semakin bingung sekaligus takut.

"E...em.....emangnya dia kenapa?" Tanyaku dengan masih ketakutan.

"Kamu tau gak? Kemaren dia itu dia disekap di gudang sekolah sama gang Jennifer cuma karna nungguin kamu. Sampe jam 5 pagi baru kita ketemu dia udah pingsan di gudang. Mukanya pucat, dia kelaperan, haus. Dan sekarang, dia harus istirahat di istana karna ternyata penyakit Hypohealthycal dari ibuku menurun padanya! Sampe sekarang aja dokter masih gak bisa tau kapan dia bisa pulih! Pokoknya, apapun yang terjadi, jangan deket-deket sama dia lagi. Kamu cuma bisa ngancurin masa depan dia!" Bentak kak Zavier sambil berjalan meninggalkanku.

          Jadi, Scarlett tidak masuk, karena, aku? Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Aku tidak bermaksud menyakitinya, tapi.... di sisi lain memang, Scarlett menderita sekarang karena, aku. Duh, aku benar-benar tidak konsentrasi saat pelajaran hari ini. Akibatnya, aku cuma mendapat nilai 75 untuk PS matematikaku.

          Esok harinya, Mrs. Ariel mengumumkan bahwa Scarlett mengundurkan diri dari sekolah karena kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan dan belajar sendiri di istana. Sepi rasanya saat orang yang biasanya dekat dengan kita meninggalkan kita, apalagi hal itu disebabkan karena kita. Lagi-lagi, aku tidak konsentrasi saat pelajaran. Kali ini korbannya fisika. Aku hanya mendapat 80 untuk nilai PS hari ini. Lalu, saat pelajaran kesenian, tanganku tertusuk jarum berkali-kali saat menjahit. Sepertinya aku butuh orang yang mau mendengarkan curhatanku.

          Pulang sekolah, aku berjalan kaki bersama Ray. Aku pun tidak ingin mengingat-ingat lagi masalah Scarlett. Lagipula, kelak kami juga tidak boleh berteman lagi. Aku pun membuat janji untuk berlatih menggunakan senjata sore ini.

"Ray, nanti sore main yuk!" Kataku.

"Yuk! Kita belajar senjata sekalian ya!" Jawab Ray semangat.

          Sesampainya di istana, aku langsung makan siang, mengerjakan PR ekonomi, dan aku langsung pergi ke Bernard's Blacksmith. Itu adalah toko senjata milik keluarga Ray. Ya, nama lengkap Ray adalah Raymond Bernard.

"Arthur, akhirnya kamu dateng. Tumben cepet. Yuk kita main ke bukit! Tapi bawa senjata ya!" Ajak Ray.

"Yuk! Aku uda bawa panah nih!" Kataku.

         Bukit yang kami tuju adalah wilayah netral, artinya bukan termasuk wilayah Kerajaan Api maupun Kerajaan Salju. Tapi, di sini terkadang ada monster berkeliaran. Karena itu Ray mengharuskan kami membawa senjata. Kadang, aku berlatih memanah di sini. Tapi, aku juga membawa obat untuk mengobati luka pada monster itu. Aku tidak tega membunuhnya.

          Ah.... Akhirnya aku pulang juga. Frank menyambutku di depan pintu masuk kerajaan. Ya... Frank memang manja. Tapi, ibuku terlalu memanjakannya. Di Kerajaan Api, kami memang sangat menyayangi kucing. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kemampuan sihir api yang lebih hebat dibanding hewan lainnya.

          Saat makan malam, aku masih tidak berselera makan. Tiba-tiba aku memikirkan Scarlett lagi. Tapi aku harus menutupinya. Aku tidak mau ayah tahu soal hal ini. Jadi, hari ini aku berpura-pura mengambil 2 piring nasi. 1 piring untukku, dan 1 piring lagi diam-diam kuberikan untuk Frank. Untuk sayur, sengaja aku mengambil ikan panggang yang sebenarnya aku tidak terlalu suka, tapi Frank suka. Dia hanya mau makan nasi jika ada ikan panggang diatasnya.

          Malam itu, ibu masuk ke kamarku. Memang ibu yang paling mengerti aku. Sepintar apapun aku menyembunyikan perasaanku pasti akan terbaca oleh ibu atau yang kupanggil mama.

"Dear, kamu kenapa? Kayaknya ada yang disembunyiin deh." Tanya mama.

"Emm... Ma, sebenernya hari ini aku bikin putri Kerajaan Salju kecewa sama aku. Sebenernya aku suka bertemen sama dia, tapi..." Aku mulai bercerita pada mama.

"Arthur, mungkin ini berat. Tapi... coba jangan pikirin kamu aja. Coba pikirin dia. Siapa tau dia juga takut kalo diomelin orang tuanya karna bertemen sama kamu. Ini emang berat. Tapi, jalanin aja. Dibalik semua itu pasti ada manfaatnya."

"Bener juga sih ma. Yaudah deh, Arthur cape banget nih, tadi main sama Ray. Arthur tidur dulu ya." Kataku.

"Yaudah, tidur yang nyenyak ya! Good night, dear!" Kata mamaku.

"Night, ma!" Kataku sambil melihat ibu keluar dari kamarku.

"Jangan kesiangan lagi ya!" Canda ibu.

"Iya, Ma, Arthur janji!" Jawabku.

          Bener juga kata mama. Jalanin aja. Aku gak mau cuma karna hal ini nilaiku turun. Mungkin ini pelajaran buat aku untuk taat sama peraturan. Tapi, apa itu benar?

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang