"Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Tidakkah kau ingat pesanku tadi?" Bentak orang itu.
"Uh....uh.... maaf. Tapi, anda siapa?" Jawabku sekaligus tanyaku sambil terbata-bata.
"Tujuanmu ke sini untuk meminta bantuan atau menanyakan namaku?" Jawabnya ketus. Persis seperti jawaban Lady Lucy tadi.
"Untuk bertanya, tapi... apa kau Lady Lucy?" Tanyaku
"Iya, aku Lady Lucy." Jawabnya sambil membalikan wajahnya ke arah luar jendela.
"Tapi, kukira kau adalah seorang wanita tua. Lalu, mengapa kau bisa......"
"Cukup! Kamarmu adalah kamar paling ujung dari lorong ini. Sekarang, tinggalkan aku sendiri," Jawabnya dengan tidak menatapku sama sekali.
Dengan cepat aku mencari kamarku. Aku langsung mengunci pintunya dan duduk di tempat tidur yang sudah disediakan. Aku terus memikirkan Lady Lucy. Mengapa ia bisa berubah wujud? Siapa dia sebenarnya? Umur dia berapa? Duh, lagi-lagi aku kebingungan.
Tiba-tiba, aku teringat Scarlett. Rambut Scarlett memang berwarna biru, sama seperti Lady Lucy. Lalu, ia masih bisa menulis diarinya kemarin. Dia berkata akan berusaha mempertahankan Kerajaan Salju, seperti Lady Lucy. Mungkinkah....
Esok harinya, aku langsung berlari menuju taman istana secepat mungkin. Aku akan bertanya langsung pada Lady Lucy soal hal itu.
"Lady Lucy! Lady Lucy!"
"Ada apa? Belum puas anda menginap di istanaku?" Jawab Lady Lucy dengan ketus.
"Lady Lucy, katakan dengan jujur!"
"Apa maksudmu?" Wajah Lady Lucy tiba-tiba menjadi sangat gugup.
"Kau..... Kau putri Scarlett L. Adams, bukan? Penerus tahta Kerajaan Salju?" Tanyaku yang langsung to the point.
"Kau.... Kenapa? Belum cukupkah kau hancurkan masa kecilku? Kau masih mau merusak masa dewasaku?" Jawabnya ketus tanpa menatapku sama sekali.
"Scar.... sebenarnya.... Aku ingin kau tau bahwa.... aku tidak bermaksud melakukan semua itu. Itu hanyalah kesalahan yang tidak dapat kuperbaiki sama sekali. Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau menyalahkanku. Tapi, aku ingin kau tahu bahwa..... kerajaanku sekarang bergantung pada dirimu sekarang." Tak terasa keringat mulai mengalir karena, aku merasa bersalah.
"Kenapa aku harus membantumu, sedangkan, kau tidak peduli padaku sama sekali saat aku membutuhkan bantuanmu? Kenapa!" Dia mulai menangis.
"Scar, aku sangat ingin menemuimu saat kau sakit. Tapi, kakakmu menghalanginya karena..... karena..... kerajaan kita waktu itu adalah musuh." Jawabku.
"Cukup! Lalu mengapa sekarang kau ada di sini dan berbicara dengan musuhmu?" Tanya Scarlett.
"Karena, aku tidak pernah menganggapmu musuh. Walaupun aku tidak pernah melihatmu dalam waktu yang lama, kau tetaplah temanku. Walaupun kau tidak menganggapku sebagai teman, aku tetap menganggapmu temanku. Jadi..., tolonglah..." Aku mulai memohon padanya.
"Kau.... bagaimana dengan kerajaanmu? Apa yang akan mereka katakan jika tau bahwa raja mereka meminta bantuan pada Kerajaan Salju? Bagaimana jika Kerajaan Api berakhir seperti Kerajaan Salju? Tidakkah kau khawatir?" Tanya Scarlett.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Jika mereka tau bahwa Kerajaan Salju pernah menyelamatkan mereka, mereka dengan senang hati akan menganggapmu sebagai penolong mereka. Percayalah padaku." Kataku.
"Baiklah.... aku akan menolongmu. Sekarang ayo kita sarapan. Makanan sudah siap di ruang makan. Setelah itu kita akan mendiskusikannya di perpustakaan." Kata Scarlett.
Setelah sarapan, kami langsung masuk ke perpustakaan istana. Perpustakaan itu benar-benar bersih, karena Kesha baru saja membersihkannya, Ruangan juga terasa lebih indah karena lampu utama yang menerangi istana menyala. Kabarnya sih, Scarlett hanya menyalakan lampu itu ketika hatinya senang. Berarti, sekarang hatinya sedang senang. Baiklah, kami akan mulai pembahasan kami.
"Scar, bisa gak kamu jelasin kronologis terjadinya penyerangan monster itu?" Aku memulai diskusi kami.
"Gini. Sehari setelah peristiwa pembunuhan orang tuaku, monster-monster itu mulai menyerang kerajaan kami. Beberapa penduduk langsung lari ke kerajaan lain. Kakakku yang baru menjadi raja langsung mencoba melawan monster-monster itu dengan pedangnya. Tapi, mereka terlalu kuat. Jadi, kakak menggunakan sihir es terkuat yaitu "Frozen" untuk mengalahkan mereka dan itu berhasil. Tapi, karna terlalu banyak menggunakan sihir, kakakku jatuh sakit dan esok harinya meninggal. Dia ternyata menderita penyakit Hypohealthycal sama sepertiku." Jelas Scarlett.
"Oh, ternyata tidak jauh berbeda dengan Kerajaan Api. Kalau soal tembok pembatas itu gmana? Itu hampir hancur lho!" Kataku.
"Benarkah? Dulu berkembang mitos yang mengatakan kalau tembok itu runtuh, akan ada sihir yang tidak terkalahkan." Kata Scarlett.
"Benar. Di kerajaanku juga ada. Emm... menurut kamu.... mungkin gak ada orang yang sengaja ngancurin tembok itu buat dapetin kekuatan sihir itu? Tanyaku.
"Mungkin juga. Lagipula, pembunuhan dan serangan monster itu hanya terjadi di kerajaan kita bukan? Ayo, sekarang kita lihat kondisi tembok itu!" Kata Scarlett.
Aku dan Scarlett pun langsung menuju tembok itu. Ternyata Scarlett juga punya seekor kuda, namanya Juliet. Dari istana Salju, ternyata tembok itu tidak terlalu jauh. Setelah kurang lebih 15 menit berkuda, kami pun tiba di tembok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess and Me
Fantasy"Mungkin banyak orang yang kita remehkan di sekitar kita. Tapi, sadarkah kita bahwa mereka juga punya kelebihan istimewa" Namaku Arthur Harrison. Ya, aku pangeran dari Kerajaan Api. Kerajaan kami terpisah dengan Kerajaan Salju. Aku juga tidak tau me...