Chapter 18 - A Night at Snow Castle

627 24 0
                                    

          Duh... dingin sekali di sini. Aku sudah memakai mantel bulu pemberian Scarlett dan selimut tebal di atas ranjang, tapi masih saja dingin. Aku jadi tidak bisa tidur. Di Kerajaan Api, mungkin malam juga dingin, tapi masih ada suasana hangat. Mungkin waktu aku menginap terakhir kali masih ada pemanas ruangan. Tapi, sepertinya sekarang tidak ada. Aku juga masih takut dengan masalah Carl. Gimana cara aku pake pedang itu?

Tok..tok..tok..

"Arthur! Arthur! Kau sudah tidur? Tolong buka pintunya." Suara Scarlett terdengar dari luar. Akupun langsung membukakan pintu padanya.

"Ya Scarlett. Ada apa?" Tanyaku.

"Aku cuma mau kasih pemanas ruangan aja. Aku tau kamu pasti kedinginan." Kata Scarlett.

"Oh, iya. Aku memang kedinginan. Terima kasih ya!" Kataku.

"Trus...kamu, kenapa belom tidur?" Tanyanya.

"Aku cuma belom bisa tidur kok." Kataku sambil berjalan ke balkon diikuti Scarlett.

"Kenapa? Kamu lagi ada masalah?" Tanya Scarlett.

"Mungkin, aku terlalu takut. Apalagi waktu orang tuaku meninggal, aku belom siap sama sekali. Dulu, setiap kali aku ada masalah, aku pasti duduk di balkon. Trus, nanti pasti mama dateng nanyain kenapa. Kayak kamu tadi. Mungkin aku lagi kangen mama. Trus waktu kamu nolongin aku di Gua Joriella, aku jadi inget sama papa kalo aku ada masalah. Mungkin aku lagi kangen mereka." Ceritaku.

"Sama sih, aku juga gak siap sebenernya. Apalagi, kak Zavier juga meninggal berapa hari abis itu. Tapi, aku tau, kalo aku terus begini masalahku gak akan pernah selesai. Aku harus berusaha keluar. Itu prinsipnya. Walau dulu aku gak bisa sekolah, aku tetep belajar sihir. Akhirnya, aku bisa bikin sihirku sendiri, yaitu sihir yang menciptakan para spirit di sini. Trus, walau aku lemah, aku tetep mau belajar senjata sendiri." Kata Scarlett.

"Kamu belajar senjata sendiri?" Kataku kaget.

"Iyalah. Emang kamu kenapa? Kaget banget?" Tanya Scarlett.

"Emm...Scarlett, sebenernya... aku... gak... bisa... pake... pedang."Kataku terbata-bata karena gugup.

"Hah! Kamu kan pangeran! Masa gak bisa pake pedang sih!" Kata Scarlett dengan kaget.

"Emm... Sebenernya aku gak tega ngeliat orang terluka. Jadi, daripada aku belajar pedang, mending aku belajar sihir penyembuhan dari ibuku." Kataku.

"Sebenernya sih gampang aja. Asal kamu inget. Pedang gak cuma bisa membunuh. Pedang juga bisa menolong orang banyak. Uda, inget-inget itu kalimat! Besok kita belajar! Kamu harus bisa! Pantes aja tadi kamu cuma kasih aku pisau kecil." Kata Scarlett.

"Eh, jangan gitu dong. Itu kan hadiah dari Ray. Trus ya, aku berasa kamu itu beda jauh deh sama kamu yang dulu di sekolah. Dulu kamu itu pendiem, bisanya belajar doang. Sekarang kamu jadi lebih mandiri trus berani. Kebalikan banget sama aku." Kataku.

"Iya dong. Sejak aku sakit, aku uda punya impian walaupun sakit aku harus bisa jadi orang kuat. Walaupun aku tau nanti yang jadi raja Kak Zavier, tapi kan gak ada salahnya kalau aku bisa jaga diri sendiri. Kamu juga beda kok. Dulu kamu itu berani. Ancamam Jennifer aja gak kamu peduliin. Kok sekarang kamu jadi agak manja sih?" Kata Scarlett.

"Mungkin karna, ya.... papa mama sayang banget sama aku. Aku juga maunya belajar aja, gak mau keluar, pake pedang. Jadinya ya... aku kayak gini deh. Ini gak bisa, itu gak bisa." Kataku.

"Gak ada kata gak bisa kalo mau usaha." Kata Scarlett yang membuatku tersenyum.

"Scar, kalo menurut aku kamu itu mirip banget deh sama bunga Wild Scarlet Rose." Kataku

"Mirip? Darimana?" Tanya Scarlett.

"Bunga itu cakep. Bunga itu juga bisa dijadiin obat kalo diolahnya bener. Tapi, dia juga punya duri yang bisa dijadiin racun. Kalo kamu, kamu sebenernya itu baik banget, tapi kalo dijahatin juga bisa marah." Kataku yang membuat Scarlett tersenyum.

"Emm.... Arthur, aku.... aku.... mau bilang sesuatu." Kata Scarlett.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Emm..... Lucinda." Katanya dengan suara yang sangat pelan.

"Apa? Siapa Lucinda?" Tanyaku.

"Aku.... Lucinda. Nama tengahku. Hanya keluargaku yang tau itu. Kami hanya memberitahukannya pada orang yang kami sudah percaya." Katanya.

"Oh, jadi namamu Scarlett Lucinda Adams. Pantas aja kak Zavier pernah manggil kamu "Cin". Jadi, kau sudah percaya padaku?" Kataku.

"Iya, aku percaya padamu." Katanya.

"Terima kasih sudah percaya padaku."

          Jadi, begitulah obrolan kami. Malam itu, langit penuh bintang-bintang yang bercahaya. Kami baru tidur jam 23.00. Setelah Scarlett pergi ke kamarnya dan aku bersiap tidur, aku langsung tertidur pulas. Mungkin karena sedikit kekhawatiranku mulai berkurang. Besok, aku akan berlatih menggunakan pedang dengan Scarlett.

Keesokan harinya....

"Ayo, Arthur! Fokuskan pikiranmu pada boneka itu! Setelah cukup yakin, tebaskan pedangmu!"

          Aku sedang berlatih pedang dengan Scarlett. Awalnya sih sulit. Setelah 3 jam berlatih barulah aku bisa mahir memakai pedang. Tiba-tiba, Diana, penasihat Scarlett yang juga adalah spirit, menghampiri kami.

"Lady Lucy! Lady Lucy!" Kata Diana.

"Iya Diana, ada apa?" Tanya Scarlett.

"Di bagian utara Kerajaan Salju, berdiri menara secara tiba-tiba. Kami juga diberi surat oleh Carl." Kata Diana.

---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ------

Untuk :

- Arthur Harrison

- Scarlett L. Adams

          Aku akan mulai menyerang kerajaan kalian besok. Kalian tidak akan bisa menghentikanku. Tapi, jika kalian masih ingin kuhancurkan dengan sihir legendaris itu, aku ada di menara yang baru berdiri tadi. Aku akan menunggu kalian dengan setia.

          Farewell,

             Carl

---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ---------- ------

"Apa? Dia akan menyerang kerajaan kita? Berkemaslah Arthur! Kita berangkat sekarang juga!" Kata Scarlett.

"Baiklah Scar. Aku selalu siap kapanpun. Ayo kita segera pergi bersama Horace dan Juliet." Kataku.

          Aku dan Scarlett segera menuju ke menara itu. Aku sedikit gugup dan takut. Entahlah apakah aku siap menggunakan pedang tu atau tidak. Wajah Scarlett terlihat khawatir. Aku tidak tau apa yang dia pikirkan. Tapi, menara itu sudah semakin dekat.

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang