Chapter 11 - Monsters!

616 25 0
                                    

          Baiklah, Aku adalah raja sekarang. Merupakan tugasku untuk memastikan bahwa semuanya aman di Kerajaan Api. Untuk sementara ini, semua terlihat baik-baik saja. Semua penduduk hidup dengan tenang, begitu juga dengan penghuni istana. Sepertinya, tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk sementara ini.

          Keesokan harinya, Sir Maxwell datang menemuiku dengan wajah yang ketakutan.

"Yang Mulia, saya mempunyai kabar buruk." Kata Sir Maxwell.

"Ada apa, Sir?" Tanyaku sambil kebingungan.

"Monster datang menyerang bagian selatan kerajaan kita! Seluruh penduduk bagian selatan sudah mengungsi ke bagian timur. Tapi, menurut prediksi, mereka juga akan menyerang bagian barat kerajaan kita!" Jelas Sir Maxwell.

"Apa? Baiklah, untuk sementara begini saja. Panggil seluruh penduduk untuk mengungsi ke istana. Aku akan mencoba mengusir monster tersebut." Kataku.

          Rakyat pun berbondong-bondong mengungsi ke istana. Untung kami mempunyai ruangan aula kosong yang sudah tidak terpakai sehingga penduduk bisa tinggal di sana untuk sementara waktu. Sampai sekarang, tinggal penduduk bagian tengah yang belum hadir. Tapi, untunglah, 1 jam kemudian mereka hadir. Tapi, aku tidak menemui Ray. Aku hanya bertemu Mr. Bernard, ayah Ray. Aku pun langsung pergi bersama Horace menuju rumah Ray yang berada di bagian tengah kerajaan.

          Ketika aku baru memasuki wilayah tengah kerajaan, ternyata sudah banyak monster di sana. Aku pun melihat Ray dengan pedangnya sedang melawan monster tersebut. Aku langsung mengeluarkan panahku dan mencoba untuk membantu Ray. Aku berhasil memanah sebuah monster. Tapi, ternyata monster tersebut tidak mati. Ray juga mencoba menancapkan pedangnya pada sebuah monster. Tapi, monster itu juga tidak mati. Tetapi, Ray belum menyerah. Ia mencoba untuk memotong leher salah satu monster. Sayang sekali, monster itu malah memukul kaki Ray dan membuat Ray terjatuh dan tak bisa berdiri kembali. Sepertinya kakinya patah. Aku segera menggengongnya naik ke punggung Horace dan kami pulang ke istana.

          Sesampainya di istana, aku langsung membawa Ray ke ruang pengobatan. Ternyata, walaupun tidak ada korban jiwa, namun yang cedera cukup banyak. Kata dokter, luka Ray cukup parah. Jadi, sementara waktu ini Ray tidak bisa berjalan. Aku mulai mengobrol dengan Ray.

"Ray, tadi kenapa kamu gak langsung lari aja? kamu gak takut diserang monster itu?" Tanyaku.

"Ih, tau gak. Tadi itu aku pikir monsternya lemah, trus gak bisa pake sihir. Yaudah aku ambil pedang aku, trus aku coba lawan itu monster. Siapa sangka monster itu kuat. Kayaknya mereka monster suruhan deh. Soalnya monster di deket sini semuanya gak ada yang seliar trus sekuat itu." Kata Ray.

"Yang Mulia, Yang Mulia!" Sir Maxwell memanggilku.

"Iya, ada apa Sir?" Jawabku.

"Ada kabar baru yang mengatakan bahwa Kerajaan Salju juga diserang. Lalu, akibat ulah monster-monster itu, tembok pembatas kerajaan kita sudah separuh rusak." Kata Sir Maxwell.

"Baiklah, aku akan segera melihatnya." Kataku.

          Kali ini, aku pergi bersama tentara istana. Lagi-lagi, aku hanya membawa panah. Kami pergi melalui jalan pintas karena monster-monster masih berkeliaran di wilayah-wilayah utama kerajaan. Ternyata benar, kondisi tembok memang sudah separuh rusak. Aku pun dapat melihat keadaan Kerajaan Salju. Keadaannya tidak berbeda jauh dengan kerajaan kami. Rumah yang hancur, ladang yang berantakan. Tetapi, suasana istananya terlihat sepi. Tidak seperti kerajaan kami yang suasana istananya ramai karena banyak orang. Tapi, sepertinya tembok ini jika hancur juga tidak apa-apa. Jadi, aku kembali ke istana.

          Karena peristiwa penyerangan ini mengakibatkan kerugian besar bagi kerajaan kami, rakyatpun tetap bekerja dengan mengurus hewan ternak mereka di kandang istana. Sebagian hasilnya kami gunakan sendiri, sebagian besarnya kami ekspor ke kerajaan lain, yang pasti bukan Kerajaan Salju. Kalau keluarga Bernard, mereka membuatkan senjata-senjata baru untuk para tentara kami. Ray juga memberikanku sebuah pisau. Katanya pisau ini cocok bagi orang yang tidak bisa menggunakan pedang. Ray, Ray. Walaupun sedang sakit ia memang selalu dapat menolongku.

          Esok harinya, Sir Maxwell kembali memberiku kabar lebih lanjut.

"Yang Mulia, keberadaan monster di kerajaan kita masih tidak berubah. Mereka tetap tidak mau pergi." Kata Sir Maxwell.

"Kalau begitu, bagaimana keberadaan monster di Kerajaan Salju?" Tanyaku.

"Monster sudah mulai berkurang di sana. Kabarnya mereka mempunyai kemampuan sihir yang cukup untuk mengusir mereka." Kata Sir Maxwell.

"Tetapi, kemarin saya lihat Kerajaan Salju seperti kota kosong. Tidak ada keributan dari wilayahnya juga istananya." Tanyaku kembali.

"Hal itu juga membingungkan, Yang Mulia. Bahkan raja mereka tidak ada kabarnya sama sekali."Jawab Sir Maxwell.

          Aku masih bingung tentang masalah monster di kerajaan kami. Aku pun mencoba bercerita pada Ray.

"Ray, menurut kamu aku mesti gimana? Aku uda janji sama papa mama buat ngurus Kerajaan Api dengan benar. Tapi, aku bingung. Ini pertama kali ada monster sekuat ini yang menyerang Kerajaan kita." Ceritaku,

"Aku juga bingung, Arthur. Menurut aku, sekarang yang penting penduduk bisa hidup cukup aja. Maaf, kali ini aku gak bisa nolongin kamu apa-apa. Aku mau tolongin kamu. Tapi, kakiku belom juga sembuh." Kata Ray.

"Em.... Ray, kalo aku minta bantuan sama Kerajaan Salju gimana?" Tanyaku.

"Hah!! Kerajaan Salju? Huh! Mending kita mati di sini daripada selamat karna Kerajaan Salju." Jawab Ray.

          Benar juga apa kata Ray. Kami kan musuh, mana mungkin mau kerja sama. Tapi, yang membuatku bingung itu, kenapa monster bisa pergi dari Kerajaan Salju? Sihir apa yang mereka punya sampai bisa mengusir monster yang kuat seperti itu? Duh, aku benar-benar capek dan bingung.

          Keesokan harinya, makanan di istana mulai menipis. Penduduk pun mulai bercocok tanam di kebun istana. Sebagian kita ambil untuk diolah, sebagian lagi kami ekspor ke kerajaan lain. Ya... aku tidak berani menjamin berapa lama kami dapat bertahan dengan keadaan seperti ini. Tapi, ya... jalani saja. Penduduk saja menerimanya dengan tenang. Mungkin aku juga harus tenang. Tiba-tiba, Sir Maxwell datang dan memberiku kabar lagi.

"Yang Mulia, Yang Mulia!" Kata Sir Maxwell.

"Iya Sir, ada apa?" Tanyaku.

"Kerajaan Salju sudah......"

"Sudah apa Sir?" Tanyaku karena Si Maxwell tidak melanjutkan perkataannya.

"Sudah runtuh!"

The Princess and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang