8. Oh God

2.3K 317 32
                                    

Bawelin dong biar cepat di next❤

"Ganti baju dulu sana." ucap Iqbaal sambil menyodorkan sebuah dress milik (nama kamu) yang tadi Salsha ambil.

Gadis itu mengambil dress tersebut lalu diam.

"Kenapa?" Tanya Iqbaal.

"Ya lo keluar lah sama supir Lo. Gue gak bisa ganti dong kalo gitu."

"Gak boleh ngintip dikit gitu?" Tanya Iqbaal lagi. Ia pikir, mengapa wajah lelaki ini sangat polos saat mengucapkan rayuan menjijikan itu?

Gadis itu melotot lalu menampar pipi mulus Iqbaal. Tidak keras, namun Iqbaal berhasil keluar bersamaan dengan sang supirnya. Di dalam mobil, ia mengganti baju nya dengan sedikit kesusahan. Namun untunglah berhasil. Ia membuka kaca mobil berniat untuk memanggil Iqbaal. Namun Iqbaal telah masuk sendiri ke kursi pengemudi.

"Pindah depan." Ucap Iqbaal.

"Apa?"

"Pindah ke depan sayang." Ucap Iqbaal lagi.

Gadis itu bergidik ngeri mendengar panggilan sayang dari Iqbaal. Ia segera pindah ke depan tanpa keluar mobil terlebih dahulu.

"Terus apaan lagi? Lo gak bawa sepatu gue kan." Ucap gadis itu.

"Gue beliin." Ucap Iqbaal sambil menunjukkan oleh dagunya sebuah totebag yang berisi sepatu untuk gadis itu.

Dengan segera ia mengambil totebag tersebut lalu dipakainya sepatu yang Iqbaal belikan untuknya. Entah bagaimana ia tahu ukuran sepatunya. Iqbaal kini mulai melajukan mobil nya dengan santai.

"Oiya, supir Lo kemana?" Tanya (nama kamu).

"Gue suruh pulang naik taksi." Ucap Iqbaal enteng.

Gadis itu kini diam membiarkan Iqbaal membawanya kemanapun ia suka. Ia percaya Iqbaal pasti akan membawanya kembali pulang setelah apa yang ia inginkan darinya telah ia dapatkan. Menempuh waktu beberapa menit, Iqbaal kini keluar dari mobil setelah selesai memarkirkan mobil miliknya. Ia berputar mengelilingi mobil untuk membukakan pintu bagi (nama kamu).

"Lo tau? Gue berasa sama om-om hidung belang." Ujar gadis itu setelah keluar dari mobil.

"Sembarangan. Ngikutin atau gue gandeng tangannya?"

Tanpa perintah Iqbaal menggenggam tangan gadis itu, ia menuntun gadis itu untuk mengikutinya ke dalam sebuah restoran berbintang. Gadis itu hanya bisa diam walaupun sebenarnya ia tidak ingin tangannya di genggam oleh lelaki yang notabenenya adalah mantan kekasihnya. Sesampainya mereka di dalam restoran, Iqbaal masih menggenggam tangannya. Mereka masih berjalan, bahkan kini menaiki tangga. Di ujung tangga, mereka berdua berhenti.

"Sorry cara gue ngajak lo pake cara maksa." Ucap Iqbaal meminta maaf.

"No problem. Lagian gue juga udah disini." Jawab gadis itu.

Iqbaal kini mulai menarik lengan gadis itu ke lantai dansa. Lengan kekar Iqbaal kini mulai meraih pinggang gadis itu untuk mendekat. Sebelum benar-benar berdansa, Iqbaal mengarahkan kedua lengan gadis itu agar melingkar di lehernya. Dan mereka pun kini benar benar berdansa dengan alunan musik yang telah di mainkan. Berbeda dengan dansa saat di pesta ulang tahun Bastian, mereka berdua kini merasa gugup.

"Aku mau bilang." Ucap Iqbaal kembali mengubah kosa katanya menjadi aku-kamu kembali.

"Apa?" Tanya gadis itu.

"Orang orang yang lihat kita dansa itu tamu undangan perusahaan aku." Jawab Iqbaal.

Sontak pernyataan tersebut membuat (nama kamu) semakin gugup. Bagaimana bisa lelaki itu dengan mudah membawanya ke acara perusahaan yang sifatnya formal seperti ini.

"Kenapa lo bawa gue kalo gitu? Katanya cuma berdua!?" Tanya (nama kamu) berbisik namun dengan nada marah. Lelaki itu hanya mengangkat bahunya acuh.

Gadis itu ingin sekali marah, ingin sekali segera keluar dari tempat ini. Namun ia tidak bisa, ia tidak mungkin mempermalukan Iqbaal di depan rekan kerjanya yang berasal dari berbagai perusahaan ternama.

"Mau temenin aku semalaman ini?" Tanya Iqbaal di sela sela berdansanya.

"Oke."

Iqbaal tersenyum, gadis itu bersedia menemani nya sepanjang pesta perusahaan. Iqbaal kini mulai menjauhkan tubuhnya lalu kembali menggenggam tangan gadis itu. Ia harus sedikit berbincang dengan tamu-tamu, dan ia ingin gadis itu menemaninya. Iqbaal kini menarik (nama kamu) ke kerumunan orang-orang yang tengah asyik berbincang. Lebih tepatnya ia menghampiri temannya.

"Wey bro!" Sapa seseorang itu pada Iqbaal. "Cewek lo?" Tanyanya.

"Doain iya lagi." Ucap Iqbaal di akhiri kekehan.

(Nama kamu) hanya bisa tersenyum menanggapi nya.

"Steffi di kemanain?" Tanya orang itu.

"Ah, tau lah." Ucap Iqbaal malas.

Dengan perasaan senang, Iqbaal melewati pesta perusahaannya dengan bahagia. Ia bahagia, ia senang, gadis itu bisa menemaninya disini. Jika ada kata yang lebih dari bahagia, kata itulah yang kini menggambarkan hatinya. Gadis itu, masih seorang penyemangat baginya. Masih seseorang yang berarti baginya. Dan ia bertekad untuk mendapatkan ia kembali bagaimanapun caranya.

***

"Makasih udah bersedia nemenin, (nam)." Ucap Iqbaal.

"Sama-sama. Mau ke dalem dulu gak?"

"Gak usah. Ini udah malem, gue gak mau kesiangan kerja besok hehe." Tolak Iqbaal dengan halus.

"Yaudah, hati-hati di jalan."

Perempuan itu kini membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah ia telah keluar dari mobil, ia melihat Iqbaal juga ikut keluar lalu menghampirinya.

"Sekali lagi maaf dan terimakasih." Ucap Iqbaal.

"Iyaa Iqbaal. Gak masalah dan sama-samaa.. Lo kenapa sih?"

"Gue cuma gak nyangka aja lo mau. Jujur gue bahagia banget. Temen-temen gue juga bisa nerima lo dengan baik. Gue seneng dengan hari ini." Ucap Iqbaal sambil tersenyum sumringah.

"Ya kali gue nolak pas udah di sana."

"Apa.. lo bisa nerima gue lagi?"

Gadis itu kini menatap Iqbaal. Apa maksudnya?

"Maksudnya?"

"Apa... Kita bisa balika-," baru saja Iqbaal hampir menyelesaikan kalimatnya. Namun gadis itu tiba-tiba memotongnya.

"Ah, gue ngantuk. Lo hati-hati di jalan yaa.. gue masuk." Potong gadis itu.

Baru saja ia hendak melangkahkan kakinya menuju rumah, Iqbaal tiba-tiba menarik lengannya. Refleks itu membuat badannya berputar untuk kembali berhadapan dengan Iqbaal. Jemari Iqbaal dengan cepat meraih tengkuk gadis itu. Ia mulai memiringkan kepalanya lalu mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu. Benda pink milik mereka kini telah saling menempel. Tidak menunggu waktu lama, Iqbaal memulai permainannya di sana. Ia memulainya dengan lembut sesuai dengan perasaan bahagia yang ia rasakan sejak sore tadi. Lelaki itu memainkannya dengan perlahan dan lembut. Mereka berdua merasakan sebuah sengatan listrik di dalam tubuhnya. Sengatan itu membuat mereka tidak bisa berkutik.

Seperti saat dahulu kala. Gadis itu diam membiarkan lelaki itu melakukannya. Gadis itu diam, merasakan hangatnya perasaan lelaki ini. Gadis itu tahu, lelaki ini bahagia. Bahkan gadis itu benar-benar tahu, lelaki ini masih mencintainya dengan segenap hatinya. Sama seperti dahulu, sama seperti saat mereka masih bersama, sama seperti saat semuanya masih benar-benar indah. Dan kini ia merasakan itu semua lagi. Ia merindukan lelaki brengsek ini.











Bersambung

One And Only You × IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang