17. Hell!

1.4K 165 13
                                    

Kalo ada typo kasih tau ya

-
-
-
-
-

Di malam hari ini, sekitar pukul 7 malam. Mereka baru saja keluar dari restoran. Sejak kejadian (nama kamu) dan Steffi bertengkar, Iqbaal berusaha meminimalisir apa yang terjadi. Saat Steffi berdiri, Iqbaal berusaha membujuk Steffi agar tidak menjadi pusat perhatian orang lain. Ia menyuruh gadis itu agar tidak bertengkar dan kembali duduk. Setelah Steffi menuruti apa yang ia katakan, mereka kembali makan. Kedua gadis yang bertengkar itu saling bersikap acuh, seperti mengabaikan keberadaan satu sama lain. Dilain sisi, Iqbaal merasakan tidak enak yang luar biasa pada para pegawainya. Pasalnya ia tidak ingin ada pertengkaran disini, apalagi perihal tentang dirinya.

"Kamu aku anter" ucap Iqbaal saat mereka telah berada di luar restoran.

Mengambil kesempatan, mumpung Steffi masih berada di dalam restoran. Gadis itu sedang memesan makanan untuk orang rumah.

"Gak usah. Aku tadi udah telpon Pak Darul buat jemput. Kamu anter Steffi aja." ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Nada bicaranya sedikit dingin.

"Apa kamu bilang? Gak, aku gak akan anter Steffi. Aku maunya anter kamu, (nam). Ayo, keburu dia keluar. Aku yang ngajak, aku juga yang harus anter pulang." ucap Iqbaal menarik lembut pergelangan tangan gadisnya ini.

(nama kamu) tanpa lama melepaskan pegangan tangan lelaki itu. Tidak, ia tidak bisa.

"Enggak, Baal. Kamu harus anter dia." lirih gadis itu.

"Ayo, gak mau." ucap Iqbaal menarik kembali lengan bawah (nama kamu), namun gadis itu melepaskannya kembali.

"Kamu harus anter dia. Aku udah ngira, pasti aku bakalan di sangka kaya gitu, Baal. Ini buat kebaikan aku ataupun kamu. Aku sadar diri, dateng di saat yang enggak tepat. Lagipula siapa yang mau di sebut orang ketiga?" lirih gadis itu mengangkat sebelah alisnya memperlihatkan mimik wajah bertanya.

"(nam), dia gak ada apa apanya di banding kamu. Kamu segalanya buat aku" ucap Iqbaal memegang kedua lengan atas gadis itu, ia berusaha meyakinkan gadis itu.

"Heemm," dehem gadis itu sambil mengangguk "tapi buat waktu dekat kayanya kita jangan dulu ketemu deh. Selama status kamu masih tunangan dia, aku kira kayaknya kita jangan dulu ketemu."

"Kenapa? Jangan bikin aku khawatir dong" ucap lelaki itu dengan cemas. Ia menatap gadis nya dengan tatapan tidak rela, kok jadi gini sih?

"Kamu gak tau dia bisa sejauh mana melangkah. Dia barusan udah malu-maluin aku di dalem. Itu udah cukup menjelaskan. Kamu bisa ngerti keadaannya kan?" tanya (nama kamu).

"Gak akan (nam), dia gak akan macem-macem. Dia takut sama aku"

"Segampang itu ya?"

"aku serius, dia pasti nurut sama aku, (nam)"

"Aku pulang ya, see u.." ujar gadis itu mencium pipi Iqbaal sekilas, ia seakan memberikan kode bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ia berlari kecil ke arah mobilnya yang di kendari oleh pak Darul. Setelah itu ia segera masuk ke dalam mobil dan mobilpun segera melaju.

Sementara Iqbaal hanya menatap gadis itu dengan bingung. Ia terkejut kala gadis itu mengecup pipinya sekilas, setelah sadar ia berpikir tentang apa yang ada di dalam benak gadis itu. Ia tak mengerti dengan jalan pikirannya. Lantas ia harus bagaimana? Ia bersungguh-sungguh akan memberikan gadis itu cincin lamaran. Ia sungguh ingin menjadi pendamping hidup gadis itu. Ia akan menikahinya dan mempunyai anak dari rahimnya. Ia tak mau menjadikan hal itu sebuah khayalan semata lagi.

One And Only You × IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang