Hari pertama persami berjalan dengan lancar dan menyenangkan, semua orang menikmati dengan sukacita. Malam ini adalah acara bebas. Ada yang akan bakar-bakar -bakar mantan mungkin- ,menyanyi di depan api unggun, dan lain sebagainya. Lubna memilih opsi kedua, dia dan Keke menghampiri kumpulan anak pramuka yang merupakan teman-teman Keke.
Mereka berkumpul dengan ceria, ada seorang laki-laki dengan badan kekar namun tidak gemuk sedang bermain gitar, ini dia yang Lubna suka. Di sampingnya berjejer anggota pramuka lainnya yang duduk membentuk lingkaran menghadap api unggun.
Sebenarnya malu rasanya jika harus bergabung dengan mereka yang Lubna saja tidak pernah mengenalnya. Apalagi gadis itu bukanlah salah satu anggota pramuka seperti Keke, tetapi Keke bilang di pramuka orang nya asik dan mudah untuk menerima kedatangan orang baru.
Keduanya berjalan menghampiri kerumunan yang membentuk lingkaran, ada rasa canggung disana. Semua orang menatap kedua gadis itu, "hai Ke! Sini gabung.." ajak seorang perempuan yang sedang bersandar di lengan seorang laki-laki yang Lubna tebak adalah kekasihnya. "Ajak temen lo juga tuh, sini" pastinya orang yang di maksud adalah Lubna, siapa lagi kalau bukan dirinya.
"Iya kak Sei!" Seperti biasa, Keke menjawab dengan antusias. Dia menarik Lubna agar mau bergabung, setelah mereka duduk gadis tadi menyuruh Lubna untuk berkenalan.
Oh please, gue tengsin.
"Kenalin diri lo ke kita semua dong." pinta Seina.
"Eh? Oke.. hai semua, nama gue Lubna Salfeera Zein, panggil aja Lubna. Maaf nih ganggu kalian hehe" Lubna menggaruk tengkuk lehernya, lalu di balas dengan sahutan berupa sapaan dari orang-orang di sekeliling nya, "hai Lubna.." gadis itu mengulum senyum.
"Lo bisa nyanyi?" Tanya laki-laki yang sedang memegang sebuah gitar, oh ayolah Lubna sudah tidak sabar untuk bernyanyi.
"Sedikit.. kak"
"Oiya kenalin, gue Wira" dia mengulurkan tangannya, Lubna menyambut dengan baik dengan melempar senyum.
Malam yang indah, di isi dengan segala hal yang menyenangkan. Api unggun, gitar, teman baru, langit dengan bulan dan bintangnya. Ah, omong tentang Bintang, cowok itu tidak terlihat lagi setelah kepergiannya tadi siang.
"Nyanyi lagunya Column scott dong! you're the reason" Seina memberi request pada Wira, dia menyetujui lalu memulai permainan gitar nya.
Menjadi seorang gitaris adalah cita-cita Lubna selain menjadi seorang arsitek. Dia hobi melukis, namun dia selalu berusaha menyembunyikan bakatnya yang satu itu. Hanya keluarga dekatnya lah yang tahu, seperti Lisa dan Leon. Selain itu, Lubna juga senang dengan pelajaran fisika, karena baginya lebih baik menghitung di banding harus menghafal materi.
"Cause you're the reason.. jreng.."
Akhir dari permainan gitar Wira di sambut dengan tepukan tangan dari orang-orang di sekelilingnya. Untuk sementara waktu Lubna bisa melupakan masalahnya, menggantinya dengan keceriaan bersama kawan baru.
Malam semakin larut, namun suasananya tidaklah menyeramkan melainkan semakin ramai dan di penuhi tawa walaupun mereka sedang berada di hutan. Lubna menguap, dia menutup mulutnya karena mengantuk. Lubna memejamkan matanya, tujuannya hanya satu agar kantuk nya berkurang. Kepalanya terhuyung ke samping sampai bersandar di bahu Wira. Cowok itu yang tadinya sedang tertawa mendadak bungkam, dia melirik ke samping kanannya dan di jumpai Lubna sedang terlelap.
Keke yang melihatnya langsung tersenyum jahil, "CIEE KAK WIRA SAMA KAK LUBNA.." suara nyaring di samping Lubna yang berasal dari Keke membangunkannya dan membuat gadis itu tersentak kaget. Sungguh, dia sangat malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna [END]
Teen FictionSekeras-kerasnya batu, kalau terus terkena tetesan hujan, maka perlahan akan berlubang. Begitupun cinta dan perasaan -Lubna Tidak ada yang berhak melarang cinta, hal itu mengalir sendiri bagai arus sungai yang tak mungkin di hentikan. -Bryan Egoisme...