DELAPAN BELAS

234 15 0
                                    

Dua minggu kemudian..

Rumah Lubna sangat ramai, dia senang sekali. Banyak tamu berdatangan mengucap ‘selamat menempuh hidup baru’. Lubna memakai gaun putih pemberian Zein yang pernah dia pakai saat acara ulang tahunnya.

Dengan make up dan rambut yang di tata sedemikian rupa, Lubna terlihat sempurna. Acara pernikahan ini tidaklah mewah, hanya sederhana saja. “Selamat ya, ma, om” ucap Lubna pada kedua mempelai yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri. Lubna memberi hadiah, sebuah kotak yang berisi miniatur sepasang pengantin. “Aku harap mama sama om selalu bahagia, ya..”

“Makasih sayang..” Lisa memeluk Lubna, dia mengelus pundak Lubna. Lubna tersenyum, tanpa dia sadari air mata keluar dan membasahi pipinya. Terharu. Akhirnya dia bisa melihat senyuman yang sempurna dia wajah Lisa.

“Makasih ya, jangan panggil Om dong, panggil.. ayah?”

Ya, karena papa adalah sebutan satu satunya untuk seseorang, alm papa gue, Zein.

“Ayah” panggil Lubna pada Tyo, membuat seulas senyum tampak di wajahnya.

“Ehm, Om, Tante, selamat ya.. semoga pernikahan nya selalu di beri kebahagiaan” Bryan datang, dengan baju formal yang membuatnya terlihat tidak kalah tampan dari Charlie Puth. Oke, ini berlebihan.

Lisa tersenyum, mengucapkan terimakasih pada Bryan. Lubna di ajak Bryan untuk bergabung dengan tamu lainnya, dia menuruti. Ketika mereka sudah berada di tengah-tengah keramaian tamu undangan, Bryan menepuk tangan sambil berteriak “Perhatian semua! Saya minta perhatian anda semua sebentar”

Semua orang berhenti melakukan aktivitas mereka, dan memperhatikan Bryan dan Lubna. Bryan berlutut di hadapan Lubna, mengeluarkan setangkai mawar dari balik jas yang di pakainya. Sontak mata Lubna terbelalak sesaat melihat apa yang di lakukan Bryan, “Dear Lubna, Una, my princess.. i wanna be yours, would you be my girlfriend?

Terdengar sorak sorai dari para tamu, tidak memandang umur. Bahkan teman-teman Lisa pun ikut bertepuk tangan, mereka sangat antusias melihat kejadian ini. Mungkin teringat masa lalu. Lubna melirik ke arah Lisa, dia hanya tersenyum lalu mengangguk. Lalu tak sengaja matanya menangkap sosok Leon, Lubna memandangnya sesaat ketika Leon hanya diam tanpa suara dan hanya melihat saja. Tiba-tiba saja Leon berteriak “Terima! Terima! Terima!”

Bagai petir saat hujan, bagai deras ombak saat menabrak karang, hati Lubna merasakan sesuatu yang aneh. “Yes, I would” ada sesuatu yang membuatnya sangat bahagia, dia sangat sangat sangat senang.

Bryan berteriak bahagia, dan di susul tepukan tangan dari semua tamu. Baru saja refleks Bryan ingin memeluk Lubna, gerakannya terhenti saat melihat Leon yang sedang menatap nya tajam dan bilang, “Jangan berani sentuh adek gue, halalin dulu, baru deh terserah lo.”

Lubna terkekeh, Bryan lalu menyahut “Iya bang, tenang, gue jagain adek lo. Sekarang. Nanti. Dan untuk selamanya.” Lubna bisa merasakan kalau pipi nya sekarang ini menghangat.

“aaaaaaaaaaa so sweet!” teriak seorang ibu-ibu sambil menarik narik tangan pria di sebelahnya.

*

*

*

Hari yang melelahkan, namun sangat berkesan. Lubna merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ponsel yang terletak tidak jauh darinya berbunyi menandakan sebuah pesan.

Bryan.Dent
Good night, pacar :)
11:56

Melihat pesan itu, refleks kedua sudut bibir Lubna terangkat ke atas. Sebuah senyum mengembang. Siapa yang menyangka kalau mereka akan berpacaran. Tidak mau kalah dengan Bryan, Lubna pun mengetikkan sebuah pesan.

Lubna.az
Night too, pacar hehe
11:57


Bryan.Dent
Na, ke balkon bentar deh
11:57

Lubna menuruti, dia juga belum terlalu mengantuk. Dia bisa melihat Bryan sedang duduk di seberang sana. Persis seperti waktu itu, dia duduk dengan sebelah kaki terangkat di atas kaki yang lain dengan gitar di atasnya.

Dia tersenyum, sangat manis.

“Kenapa, Ry?” tanya Lubna memastikan.

Bryan lalu menaruh gitarnya, dia berdiri tegap. “Gue mau bersaksi, di depan lo, di depan angin malam, di depan ribuan bintang, di depan semesta, dan di depan gang yang selalu jadi pemisah kita.”

Yang terakhir bisa nggak usah di sebut gak?

Lalu, Bryan menyatukan tangannya membentuk sebuah lingkaran, meletakkannya didepan mulutnya. Dia menarik nafas panjang, lalu berteriak. “I LOVE YOU LUBNA SALFEERA ZEIN”

Sangat nyaring. Bahkan sangat memekakkan telinga. Kalimat itu berhasil membuat pipi Lubna menghangat. “Ry, nanti tetangga pada denger.” sergah Lubna. Bryan terkekeh, “Biarin, biar mereka tau, kalau gue udah jadian sama kembang komplek.”

Mendengar nya, Lubna kaget sesaat.

“Mana ada kembang komplek?! Ada juga kembang desa sayang..” refleks sebenarnya, Lubna memakai panggilan itu. Sayang.

Bryan menaikkan sebelah alisnya, dia lalu tersenyum “Aw di panggil sayang!” Lubna jadi malu sendiri mendengarnya. Astaga.

“Udah, Ry. Gue malu iiiih” Lubna menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bisa di pastikan kalau wajahnya sudah memerah karena malu. Di seberang sana, Bryan tertawa. Lucu.

“Kalau gue di samping lo sekarang, gue pasti cubit pipi lo yang lagi blushing itu. Gemesin tau gak?” ledak Bryan. “Yaudah, tidur sana. Pasti cape kan seharian full stay di acara tadi”

Lubna mengangguk, “Iya” dia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Rasanya ingin berteriak seperti Bryan tadi. Seperti ada banyak kupu-kupu yang terbang di perutnya, Lubna rasanya sangat senang.

Tapi tiba-tiba saja dia teringat Arka. Ah cowok itu, dia telah membuat kesalahan besar. Lubna sekarang resmi berpacaran dengan Bryan!, Hehe. 

Lubna merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ponselnya berdering,

Bryan.Dent
I love you, Na. Jangan pernah tinggalin gue.
12:05

Lubna.az
Love you too, Ry. Gue gak ninggalin lo kok. Kita cuma kepisah gang doang wkwk
12:05


Bryan kira Lubna sudah tidur, namun nyatanya belum.

Bryan.Dent
Tidur, jangan banyak begadang.
12:06

Oke itu bukan permintaan, itu perintah. Lubna mengetik sebuah pesan,

Lubna.az
Iyaaa teman kecilku, kamu juga ya.. jangan tidur malam-malam.
12:06


Lubna lalu meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia memejamkan mata, kebahagiaan  akhirnya datang. Kesedihan silih berganti menjadi kebahagiaan. Lubna terlelap dalam tidur. Di sisi lain, Bryan pun sedang sangat senang, sangat bersyukur. Akhirnya perasaan itu terbalaskan. Perasaan yang orang sebut cinta.

Sekarang semua sudah masing-masing. Gue dengan Bryan. Deka yang sudah menjalani masa remajanya di sekolah lain. Arka yang mungkin sekarang sedang menyesali perbuatannya. Dan mama dengan Om Tyo.

Gue percaya, setiap perbuatan akan ada balasan. Perasaan pun pasti akan terbalaskan.

Lubna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang