Senja yang indah, cahaya temaram dari sang mentari menyebar ke seluruh penjuru langit. Lubna menatapnya dari balkon, dan tentu saja tanpa di temani Bryan. Ah cowok itu, entah kemana dia, sudah lama Lubna tidak melihatnya.
Entahlah, iseng atau memang rindu yang melampaui batas, Lubna memanggil Bryan dari balkon kamarnya. Dia sampai melanggar permintaan nya sendiri pada Bryan waktu itu,
Jauhin gue
Mungkin gadis itu terdengar naif, namun kenyataannya dia hanya bimbang dengan semua yang terjadi padanya. Sejak dulu Lubna sudah menyukai Arka, pertama kali dia bertemu adalah kala masa SMP. Dan Bryan? jauh sebelum Lubna menyukai Arka, cowok itu sudah senang dengan lubna sejak mereka bersahabat dari kecil.
Gue mau kita kayak dulu Ry, gaada rasa yang lebih dari sahabat di antara kita. Jangan membuat gue risi dengan rasa itu..
"BRYAN.." Lubna memanggil Bryan dengan agak keras berharap cowok itu mau keluar dan mengobrol dengannya sebentar, namun sama saja seperti sebelumnya, tidak ada jawaban.
Lubna hanya bisa menghela nafas lalu masuk kembali ke dalam kamar, dia merebahkan tubuhnya dengan posisi horizontal dan membiarkan kakinya mengayun di udara tanpa mengenai benda apapun, Lubna mengambil ponselnya lalu memainkan benda pintar itu.
Tak sengaja Lubna melihat tanggal di lock screen ponselnya.
9 November
Itu artinya besok adalah hari kelahirannya! Lubna sampai lupa. Dia langsung membenarkan tubuhnya menjadi duduk lalu teringat akan Lisa yang masih juga belum pulang dari proyek nya.
Semenjak alm. Aristya Zein meninggal karena sakit yang menyerang jantungnya. Entahlah, Lubna sendiri tidak mengerti jelas penyakit jahat macam apa yang sampai tega membuatnya kehilangan orang yang di sayangnya. Lisa harus bekerja banting tulang dan menjadi tulang punggung keluarga, Lisa adalah seorang arsitek ternama. Dia biasa mengerjakan proyek di luar kota yang menyebabkan Leon dan Lubna harus terbiasa untuk hidup dengan mandiri.
Leon juga sekarang sudah jarang di rumah, dia lebih sering menghabiskan waktu dengan teman-teman nya di luar rumah bahkan dia kadang pulang malam. Lubna tinggal sendiri? Tidak, dia di temani seorang bibi yang namanya Anah. Lubna tidak pernah bisa menyebutnya sebagai pembantu, bagaimanapun kedudukan dia dan bibi sebagai manusia adalah sama.
Bi Anah juga memiliki rumah sendiri, jadi ketika malam dia akan pulang ke rumahnya dan ketika pagi dia akan ke rumah Lubna. Setidaknya dengan ada bi Anah, Lubna jadi tidak terlalu repot mengerjakan pekerjaan rumah ditambah pekerjaan sekolah.
Leon selalu bilang kalau dia ingin cepat-cepat lulus dan membiarkan Lisa tinggal di rumah dan bersantai, sehingga Lisa tidak perlu capek kerja menjadi tulang punggung keluarga. Melihat Leon yang sekarang membuat Lubna kecewa, bagaimana bisa Leon membanggakan Lisa kalau dia sendiri hanya bisa bersenang-senang dengan teman-teman nya itu?
Lubna memejamkan matanya sambil menundukkan kepalanya, membuat harapan di malam sebelum ulang tahunnya datang. Dia kemudian merebahkan tubuhnya lagi di ranjang kesayangannya. "Una harap kalian nggak lupa.."
Una adalah panggilan sayang dari keluarganya, hanya orang-orang terdekat nya lah yang memanggilnya seperti itu.
*
*
*
"Asdfghjklqwerttyupmnbvcxz" samar-samar Lubna mendengar suara berisik orang yang sedang berdiskusi. Tapi siapa? Dia langsung mengumpulkan kesadarannya dengan secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna [END]
Teen FictionSekeras-kerasnya batu, kalau terus terkena tetesan hujan, maka perlahan akan berlubang. Begitupun cinta dan perasaan -Lubna Tidak ada yang berhak melarang cinta, hal itu mengalir sendiri bagai arus sungai yang tak mungkin di hentikan. -Bryan Egoisme...