"Ayo semuanya sarapan.. Mas Tyo, Leon, Una.. sini sayang mama" suara nyaring itu kini kembali lagi, Lisa membangunkan semua orang di rumahnya.
Semua orang sudah berkumpul di meja makan. "Waah banyak banget masakannya!" Lubna tidak sabar mencicipi masakan Lisa, dia segera mengambil lauk dan menaruhnya pada piringnya. "Selamat makan semua.."
Setelah selesai sarapan, Tyo berangkat pergi bekerja, Lubna dan Leon bersalaman. Lisa mengantar Tyo sampai depan. "Cepet pake sepatu. Lo kan lelet" Lubna berhenti meneguk segelas susu yang di buat Lisa.
"Gue gak bareng lo dulu, Yo" jawab Lubna sambil mengelap bibirnya dengan tisu. Leon menunjukkan smirk nya, "Iya deh yang baru jadian"
"Ish apa sih"
"Yhaa malu diaa"
"Nggak tuh"
Teriakan Lisa menghentikan perdebatan kakak beradik itu, "Lubna sayang.. cepetan rapihnya dek, di tungguin Bryan nih" Lubna lalu mengambil tasnya, dan menjulurkan lidah pada Leon.
"bye yoyo anak SD.. wlee" Lubna melambaikan tangannya pada Leon.
"Awas lo, Na. Ga gue bagi keripik lagi!" ancam Leon.
Lubna keluar rumah, benar saja Bryan sudah menunggu nya di depan rumah. Dia tersenyum, Lubna bersalaman dengan Lisa. "Aku berangkat ya, Ma" Lubna mendekati Bryan, membisikkan sesuatu, "Kamu nggak salim sama Mama?"
"Udah dari tadi, sayang.." Lubna menahan senyumnya, pipinya pasti sudah memerah. "Tante, izin anter Lubna ya.." Bryan tersenyum pada Lisa.
"Iya Bryan ganteng, titip Lubna nya ya.."
"Siap tante." Bryan menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang hormat. Lubna terkekeh melihatnya.
"Yaudah, tante masuk dulu"
Lubna memperhatikan wajah Bryan dari samping. Astaga ternyata sahabat gue ini ganteng banget. "Ayo naik, nunggu apa lagi?" Bryan menengok dan Lubna tersipu malu ketika dirinya kepergok memperhatikan wajah Bryan.
"Cieee malu cieee ketauan ngeliatin." Bryan menaik turunkan alisnya, dia senang sekali meledek Lubna.
"Ry.. udah ih, ayo berangkat"
"Kemana?"
"Ke sekolah lah, emangnya kamu mau kemana lagi hah?"
"Hmm panggilannya aku kamu nih yaa.."
"Eh gak. Maksudnya.. gue"
"Udah sih gapapa, aku gak keberatan kok"
"Iya iyaa.. ini yang ada kita telat tau gak?"
"Hmm iya, yaudah naik"
Lubna naik ke atas si putih, motor Bryan. "Udah nih"
"Belum tuh"
"Udah, Ry. Emangnya gak liat?"
"Belum pegangan gak akan jalan motornya."
Lubna ragu-ragu. Akhirnya dia berpegangan pada tas Bryan, "yaudah gapapa, sekarang pegangan ke tas, siapa tau nanti pegangannya berubah jadi pelukan."
Plak!
"Aw! Kok aku di gaplok sih?"
"Makanya jalan motornya, itu si Leon udah cengar cengir ngeliatin kita tau"
Bryan menengok ke belakang, benar saja, Leon di samping mobilnya ternyata sedari tadi sedang memperhatikan Lubna dan Bryan. "Eh bang.." sapa Bryan.
"Lo mau ngobrol atau ajak adek gue sekolah bareng?" tanya Leon sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"dua-duanya dong.. yaudah gue izin bawa Una ya bang, Misi bang.."
"Duluan yaa Yo! Tiati jangan ngebut!"
Ternyata adek gue udah gede ya haha -Leon
Ternyata Abang gue perhatian Hmm -Lubna
Ternyata gue pada akhirnya bisa bareng sama Lubna -Bryan
Ternyata cerita kalian usai disini :') -Author
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubna [END]
Teen FictionSekeras-kerasnya batu, kalau terus terkena tetesan hujan, maka perlahan akan berlubang. Begitupun cinta dan perasaan -Lubna Tidak ada yang berhak melarang cinta, hal itu mengalir sendiri bagai arus sungai yang tak mungkin di hentikan. -Bryan Egoisme...