SEBELAS

139 16 0
                                    

Tumpukan kotak hadiah sudah tertata rapi di atas kasur Lubna, tak ada yang lebih menarik perhatiannya selain sebuah bucket bunga dan kotak kecil berwarna biru di atasnya. Di raihnya kotak itu dan Lubna membukanya sambil duduk di pinggir kasur. Sebuah cincin yang terlihat anggun dengan sebuah berlian biru kecil di tengahnya.

Di balik kotak itu terdapat secarik kertas kecil yang sekarang menjadi surat rahasia ketiga dari si pengagum rahasia setelah bekal makan siang waktu persami dan bucket bunga yang juga datang bersamaan dengan cincin tersebut.

'Gue akan lebih senang kalau lo mau pakai cincin itu -B'

"Apa mungkin Arka?" Lubna memperhatikan kata-kata di dalam surat tersebut, "siapa lagi kalau bukan dia? Mungkin Arka nyuruh orang buat ngirim cincin ini, Bryan ya nggak mungkin" dia menerka.

Lubna memasangkan cincin itu ke jari manisnya, sangat pas. Saat Lubna hendak membuka hadiah lainnya, dia teringat akan ucapan Arka yang melarangnya untuk bergadang.

"Habis ini langsung tidur, jangan bergadang"

Dia tersenyum sendiri memikirkan Arka, cowok yang dahulu tidak pernah seperduli itu padanya sekarang bahkan Arka memperhatikan hal kecil untuk Lubna. Dia tidur dengan di temani tumpukan hadiah serta cincin yang mulai sekarang akan dia pakai kapanpun dan di manapun.

"Goodnight my secret admirer! Hehe"

*

*

*

"Selamat pagi Maa, bang Leon" Lubna duduk berhadapan dengan Leon di meja makan, sarapan kali ini berbeda dengan biasanya. Kali ini mereka di sajikan nasi bakar khusus buatan Lisa, "waah apa nih? Harum banget! Una jadi laper.." Lubna menghirup udara di sekitarnya sambil memejamkan mata, Lisa lalu mengambilkan sepiring nasi bakar untuk Lubna dan Leon.

"Coba setiap hari mama masakin kita kayak gini, si Una pasti ga bakalan kurus kayak lidi, ma"

"Enak aja! Gue body goals ya!"

"Halah. Ketiup angin juga terbang lo"

"Udah cepet sarapannya, nanti kalian telat lho"

Lubna dan Leon menghabiskan sarapan paginya, lalu berangkat ke sekolah bersama. Kalau biasanya Leon mengendarai dengan kecepatan tinggi, kali Ini Lubna tidak membiarkannya. Hari ini mereka di jamin tidak akan telat karena jalanan saja masih sangat sepi.

Merasa kebosanan mulai mengelilingi nya, Lubna menyalakan radio dengan asal.

Hello pemuda pemudi!
Apa kabar kalian pagi ini? Gue disini mau bilang ke kalian wahai generasi muda, awali hari dengan semangat dan senyuman. Yaa walaupun kadang ada aja masalah anak muda, percintaan misalnya. Jangan kalian jadikan hal itu sebagai masalah, dan jadikan hal itu sebagai pembelajaran bukan sebagai penyesalan. Oke gue nggak mau galau, ini masih pagi hehe. So guys gue ada lagu yang bisa bikin mood kalian naik, semoga.

'Bener kata tuh orang, gue nggak boleh galau terus!' Lubna membatin

"Omomg-omong gimana Bryan? Udah lama gue nggak ngedenger kalian berisik malam-malam."

Nama itu lagi, bahkan sampai saat ini Lubna sendiri belum bertemu lagi dengan Bryan.

"Gimana?" Lubna menaikkan sebelah alisnya

"Hubungan lo sama dia.. adikku sayang yang lemotnya melebihi siput lansia."

Lubna melotot tidak percaya, dia memukul lengan Leon. Bagaimana bisa dia di samakan dengan siput, dan jangan lupakan kata lansia itu. Leon meringis sesaat, Lubna membuang wajah dan melihat ke jendela tanpa menjawab sepatah kata pun pada Leon.

Lubna [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang