"Percayalah, Allah selalu mempunyai kejutan indah disetiap cobaan yang Ia berikan"
****
Teresa benci jika harus kembali menapaki kakinya kedalam sebuah tempat yang ia anggap sebagai neraka. Karna setiap ia melangkah kedalamnya, rasa sakit itu kian menjadi. Bayang bayang kejadian yang membuatnya merasa hancur, ketakutan kembali hadir.
Teresa hidup sendri bahkan dalam kemegahan bak syurga yang selalu ia dapatkan kapanpun, apapun yang ia mau. Namun yang ia benci kenapa harus sendiri. Ditengah kemewahan ini, Keluarganya bahkan seperti orang asing yang tak peduli satu sama lain. Dan Teresa lagi lagi merasa sendiri.
Teresa melangkah masuk kedalam ruangan megah dengan cat yang didominasi warna putih.
"Nona Eca sudah pulang, mau bibi bawakan tasny-,"
Seorang wanita paruh baya yang tentu ia kenal datang dengan membawa kain lap yang saat ini ia taruh dipundaknya.
"Gausah. Gue bisa sendiri" Jawab Teresa dingin
"Nyonya sama Tuan sudah berangkat sejak semalam dan katanya lusa baru dat-,"
"Gue gak mau tau urusan Mereka!" Dengan cepat, Teresa berlari menaiki anak tangga meninggalkan wanita itu yang masih menundukan wajah.
Teresa memegang knop pintu berwarna putih dan membukanya perlahan. Ternyata didalamnya masih sama. Sepi. Masih sama ketika ia datang tempo lalu, dan masih membuatnya trauma untuk menapaki kakinya di rumah ini. Kamarnya masih dalam keadaan rapi karna beberapa hari ini Teresa tak mendiaminya.
Ia berjalan mendekati Nakas yang terletak disamping tempat tidur, tangannya terjulur mengambil benda segi empat yang masih setia berada disana. Sebuah foto keluarga bahagia, Ibu, Ayah dan seorang gadis kecil yamg tengah memegang Lolipop. Teresa tertawa melihat dirinya kecil yang lucu. Bahkan ingatan ingatan bahagia masa kecilnya sempat terbayang kembali.
Ia mengusap debu yang mulai bertumpuk menempel di bingkai itu. Bibirnya mengulum senyum, ia rindu. Rindu segalanya.
Tanpa ia sadari, setetes cairan bening meluncur begitu saja melewati pipinya. Dengan cepat, ia menyekatya dan kembali menaruh bingkai itu ditempat semula.
"Acha kangen Ayah. Acha juga kangen Mamah" Gumam Teresa dengan suara sangat kecil.
Ia menghembuskan nafas perlahan untuk memulihkan kembali keadaannya sebelum segera bergegas pergi kembali.
Ia mengambil baju seragam dan beberapa kaos serta jeans untuk ia pakai dan menaruhya didalam tas. Lalu segera keluar dari sana setelah sebelumnya mengambil kunci mobil yang tersimpan di laci nakas.
Mbak Atun yang sedari tadi diam mengawasi gerak gerik Teresa menjadi lega setelah melihat Teresa keluar kamarnya. Namun ia menyerit melihat Teresa masih mengenakan seragam dan tasnya terlihat mengembung nampak berisi sesuatu yang berat.
"Nona mau kemana?" Tanyanya ragu
Teresa yang semula berjalan gontai berniat menuju pintu keluar, jadi menghentikan langkahnya dan menatap Mbok Atun datar.
"Bukan urusan lo"
"Tapi Nona. Kata Nyonya dan Tuan, Nona ndak boleh keluar rumah sebelum Nyonya dan Tuan pulang. Kecuali sekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Syurga
Spiritual~Masa lalu tak pernah menuntut akan bagaimana sikapmu hari ini dan Masa depan tak akan menjamin kau yang sama di masa lalu~ Bagaimana mungkin Teresha yang jauh dari aturan agama mencoba taat kembali? (Slow update)