Chapter 10

151 8 2
                                    

"Seorang wanita cantik karna sifatnya, sempurna karna Akhlaknya, dan mulia karna Jilbabnya"

_saliha_

****

Sinar matahari menembus tirai jendela kamar Teresha yang sudah siap dengan Seragam putih abu abunya. Menatap pantulan dirinya didalam cermin, Teresha mengoles sedikit bb cream dan lipstik berwarna pink untuk mempermanis tampilan.

Ada yang berbeda hari ini, Seragam minim yang biasa Teresha kenakan telah terganti dengan ukuran yang sedikit lebih besar. Ya, Teresha belajar untuk berubah, termasuk merubah penampilannya walau belum sempurna.

Teresha tersenyum, Mengambil Ranselnya dan bersiap keluar dari kamar. Tangannya terhenti ketika memegang knop pintu.

Teresha menarik nafas dalam "Semoga menjadi langkah awal yang baik. Ayo Teresha lo pasti bisa. Cuma... mulai menyapa.. senyum.." Ucap Teresha meyakinkan dirinya

Teresha menggaruk tekuknya. Ia sedikit tidak yakin. Keputusan untuk memperbaiki hubungan dengan Ayahnya terlihat sangat sulit.

"Lo bisa Teresha. Harus bisa" Yakinnya. Ia membuka knop pintu dan menuruni anak tangga untuk sampai di meja makan.

"Bawakan Tas saya ke mobil Mang!!" Teresha memperlambat langkahnya, melihat pria paruh baya dengan setelan jas yang membuatnya berbibawa tengah duduk dan bersiap menyantap hidangan yang tersaji di meja makan.

Akh... kenapa jadi gugup batin Teresha mulai duduk untuk bersiap sarapan.

Ayah Teresha hanya memandang putrinya sekilas, kemudian mengambil roti dan mengolesnya dengan selai. Teresha pun melakukan hal serupa. Kemudian selanjutnya hening.

Sesekali keduanya saling melirik satu sama lain. Entah kenapa suasana menjadi sedikit canggung.

"Ayah"

"Teresha"

Ucap mereka berbarengan. Teresha menggigit bibir bawahnya. Ia langsung melahap rotinya tanpa menghiraukan sang Ayah yang berada didepannya.

Susah.. keluhnya. Padahal cuma bilang.. Ayah.. atau selamat pagi.. akh

Sekitar sepuluh menit mereka menghabiskan waktu untuk sarapan. Keduanya sama sama telah selesai. Teresha memakai ranselnya dan bersiap pergi. Ia melihat Ayahnya pun telah beranjak dari duduknya bersiap pergi.

"Teresha pergi duluan Yah. Assalamualaikum" cicitnya pelan kemudian segera pergi dari sana dengan langkah cepat.

Ayah Teresha mematung memandang kepergian putrinya yang kian menjauh. Ia masih meyakinkan dirinya bahwa Baru saja Teresha berpamitan padanya. Benarkah?.

"Waalaikumsalam"

Ayah Teresha masih mematung di tempat. Namun bibirnya menyunggingkan senyum. Tentu saja, ia dapat mendengar apa yang Teresha katakan. Putrinya sangat berbeda. Mereka hampir tak pernah menyapa atau bertanya apapun, namun pagi ini suatu perubahan besar telah terjadi.

Dani atau Ayah Teresha merasa sangat lega. Ia harap Teresha benar benar berubah. Karna sekeras apapun seorang Ayah, tak pernah ada yang membenci putrinya. Termasuk Dani.

Pria paruh baya itu membenarkan dasinya dan beranjak keluar rumah dan bergegas pergi melajukan mobilnya menembus jalanan ibu kota.

****

"Alif!"

Alif yang tengah sibuk memperhatikan jalanan didepannya membalikan badan. Dilihatnya Teresha yang tengah berlari menghampirinya.

Mata SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang