Chapter 3

191 5 0
                                    


"Tak ada suatu pertemuan yang tak terencana. Semua kejadian sudah tercatat bersama waktu yang telah ditetapkan. Tentang selanjutnya, Biarkan Allah yang memainkan perannya sebagai Sang Penguasa. Dan kita hanya setia mengikuti alur kehidupan sebagai pemeran.


****


"Ara jangan lari!"

Gadis bertubuh mungil itu tetap saja berlari kecil tak menghiraukan Peringatan seseorang dibelakangnya.

Ara dan Alif memang tengah berjalan jalan di daerah sini. berniat utuk jalan jalan pagi untuk menikmati udara pagi yang sejuk. Dan kini, Gadis cantik bertubuh mungil itu berlari membawa boneka beruang kesayangannya. Sedangkan mobilnya ia parkirkan di dekat Masjid.

"Ayo! Bang Aif Kejar Ara! Tangkep Ara"
Ricau gadis berkerudung pink itu seraya masih berlari menjauh.

Seorang pria berbaju putih itu menghela nafas jengah. Berusaha menghentikan Ara yang masih berlari, jujur karna ia takut akan terjadi sesuatu jika Ara berlari ke tengah jalanan. Pria itu tetap mengawasi gerak gerik Ara dari belakang.

"Astagjfirullah Ra. Nanti takut jatuh" Kata Pria itu kembali memperingatkan. Namun begitulah anak kecil, selalu bersikukuh dengan pendiriannya.

"Nggak Bang Aif! Ara gak bakalan jatoh"

Alif itu hanya geleng geleng kepala dan sudut bibirnya naik keatas melihat tingkah Ara yang menggemaskan. Si Gadis ceria dan keras kepala.

Namun tiba-tiba pandangannya dikejutkan dengan sebuah mobil yang berada di ujung jalan yang tengah melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara kaki mungil Ara kian mendekat ketengah jalan seraya tertawa. Jarak keduanya semakin dekat dan

"AWAAAASS!!!!"

Brugh...

Gadis mungil itu kini meringis memegangi bagian lututnya yang terluka. Beruntunglah, Alif segera menariknya saat tepat mobil itu akan menghantamnya. Sehingga keduanya tak sampai terluka parah. Namun sekarang Ia merasa sedikit pusing dan lengannya terasa nyeri.

Masih diam ditempat keduanya, si pemilik mobil turun dan berdiri dihadapan Alif dengan wajah tak sukanya. Awalnya Alif fikir mereka akan membantunya, namun sepertinya perkiraannya salah

"Anda bisa mengawasi Gadis ini kan! Suapaya nggak main di tengah jalan" Alif sedikit tersentak karna nada bicara salah satu perempuan itu.

Kemudian ia mengangkat pandangan kearah dua gadis didepannya. Astaghfirullah, Alif kembali menundukan pandangannya merasa berdosa telah melihat apa yang tidak seharusnya ia lihat.

Alif mencoba husnuzon karna ia tak mau berfikir hal hal negatif pada dua gadis dihadapannya. Baju macam apa yang dipakai mereka berdua. Memamerkan aurat tanpa merasa malu dengan sengaja. Naudzubillah. Ia terus beristighfar dalam hatinya kemudian bangkit meskipun seluruh badannya terasa sakit. Ia segera pergi ke tempat Ara dan melihat gadis itu tengah menangis karna kesakitan.

"Ara nggak papa?" Alif mencoba membersihkan butiran pasir di luka Ara dengan tangannya.

"Bang Aif. Sakit"

Alif membawa tubuh mungil Ara kedalam pangkuannya dan menggendongnya.
"Bang Aif bawa Ara ke Umi ya. Biar Umi obatin" Bujuk Alif.

Ara mengangguk dalam pangkuannya seraya terus menangis. Baru saja Alif hendak membawanya, Namun dua orang tadi menghalangnya.

"Lo enak banget, udah bikin mobil gue hampir nabrak orang dan sekarang tinggal pergi begitu aja" Ucap salah satu gadis yang Alif sendiri tak ingin menatap wajahnya.

Mata SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang