Chapter 11

136 6 0
                                    

_Hijrah itu perjalanan panjang. Keistiqamahan selalu jadi utama untuk mengambil pelajaran di sepanjang lintasan. Jika bukan mulai dari hari ini? Lantas, akankah menunggu sampai usiamu hilang?_

_saliha_

****

"Gue balik duluan ya Syil" Teresha melambaikan tangan pada gadis yang kini tersenyum mengangguk padanya.

Ia melangkah menuju mobil berwarna hitam yang sudah dipastikan milik ayahnya yang terparkir di pinggir jalan. Teresha segera masuk kedalamnya.

Selama perjalanan, fikirannya masih terfokus pada apa yang diucapkan Syila saat istirahat tadi. Bayangan dirinya yang memang selama ini masih belum mau untuk menutup auratnya. Benarkah apa yang Syila ucapkan?.

Memang benar, Anjuran untuk menutup Aurat itu bukan hanya perintah dari seseorang atau dari para ulama saja. Namun perintah Allah melalui Al-Qur'an. Masihkah harus diragukan?.

Teresha menghembuskan nafas berat. Ia mengusap cover buku milik Syila yang ada ditangannya. Fikirannya jauh membayangkan dirinya saat ini. Haruskah ia merubah juga penampilannya? Siapkah Teresha untuk menutup auratnya secara sempurna?.

Lima belas menit berlalu, Teresha sudah sampai di rumahnya. Ia bergegas pergi ke kamarnya dan merebahkan diri diatas tempat tidurnya. Matanya menyapu langit langit kamar. Sementara fikirannya masih tak karuan.

"Permisi Non" Terdengar suara dari balik pintu kamar Teresha.

Teresha beranjak dan membukakan pintu melihat wanita paruh baya yang datang dengan segelas air yang diletakan di nampan.

Mbok Atun menunduk, "Maaf Non, Mbok ganggu istirahat-,"

"Gapapa Mbok, gapapa" Sangga Teresha cepat.

"Ini non. Mbok bawakan air buat Non. Siapa tau Non lagi haus"

Teresha tersenyum. Mbok Atun adalah wanita paruh baya yang sudah lama bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumahnya. Bukan hanya itu, bahkan Sejak ia kecil, Mbok atun berperan sebagai orang tua nya saat ayah dan mamahnya sibuk bekerja. Ia selalu sabar dan telaten menjaga bahkan mengurus Teresha walau Teresha selalu membangkang.

"Taroh di nakas" Ujar Teresha sedikit meminggirkan tubuhnya agar Mbok Atun bisa masuk.

"Iya Non" Mbok Atun masuk dan meletakan gelasnya diatas nakas dan berniat segera pergi.

"Acha gak nyuruh Mbok pergi" Ujar Teresha membuat Mbok Atun berhenti melangkah. Ia memalingkan tubuh menghadap Teresha yang kini berdiri dengan wajah datar.

"Maaf Non. Tapi ada ap-,"

Ucapan Mbok Atun terhenti ketika Tubuhnya ditubruk oleh Teresha. Teresha memeluknya dengan erat. Mbok Atun menyeritkan dahi heran.

"Ada apa toh Non?" Tanyanya memeluk kembali Teresha dengan satu tangan.

"Acha minta maaf. Acha sering bentak bentak Mbok Atun. Acha sering kasar sama Mbok" Ucap Teresha dengan menunduk.

Mbok atun tersenyum. Setetes air mata jatuh dari pipinya. Ia bahagia melihat kini Teresha sudah berubah.

"Mbok udah maafin non Echa dari dulu. Mbok udah anggap Non Echa itu anak mbok sendiri non" Ucap Mbok Atun menegakan tubuh Teresha.

"Acha sadar. Selama ini Acha udah kelewat batas. Bahkan harusnya Acha berterimakasih sama Mbok karna sudah merawat Acha" Teresha tertunduk.

"Sudah sudah, Non ndak usah fikirkan lagi. Yang lalu biarkan berlalu. Non sekarang harus berubah, berlajar jadi lebih baik. Perbaiki sikap" Teresha mengangguk.

Mata SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang