"Orang baik belum tentu baik, dan orang yang terlihat buruk belum tentu buruk. Bisa jadi orang Baik adalah orang yang diam-diam mendendam, dan Bisa pula Orang yang terlihat buruk mendoakan dalam diam. Cukuplah Allah sebagai penilai utama"
****
"Assalamualaikum"
Teresa membeku
Ia masih diam dengan fikiran menerawang. Apakah pria dibelakang dirinya melihat ia yang tengah mengintipnya? Teresa rasa iya. Namun dengan cepat, ia segera meneralisir rasa terkejutnya dan bersikap seperti biasa.
Teresa berdehem kecil sebelum berbalik dan melihat siapa dia. Matanya membulat ketika melihat siapa pria yang barusaja suaranya ia puji puji. Ternyata pria itu adalah pria yang pernah ia tabrak. Teresa masih tak menyangka.
Berada sedikit jauh dari hadapannya, pun Pria itu terkejut pula melihat Teresa. Murid baru sekaligus perempuan yang menabraknya.
"Kamu sedang apa disini?" Tanya Alif tanpa memandang kerah perempuan didepannya.
Teresa diam. Tak mungkin ia menjawab bahwa dirinya sedang mengintip pria ini didalam mushola. Ia mengalihkan pandangan mencoba mencari alasan yang tepat.
"Gue.. gue..."
Alif menyerit heran. Ia berfikir dalam hati. Apakah sedari tadi perempuan ini mendengarnya melantuntan Ayat Al-Qur'an?.
"Gue cuma jalan jalan. Kebetulan lewat sini"
Jawab Teresa cepat sebelum akhirnya pergi meninggalkan pria itu yang masih heran.Alif melihat perempuan itu kian menjauh dari tempatnya semula. Kemudian ia tersenyum kecil
Ada-ada saja
Alif berjalan keluar dari Mushola dan duduk sambil bersiap memakai kembali sepatunya setelah selelesai Sholat dhuha. Sholat sunnah yang berusaha tak pernah ia tinggalkan karena keutamannnya sangat banyak. Sholat yang sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Disaat yang lain tengah sibuk mengurus kebutuhan perut, Alif lebih memilih pergi ke Mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat Dhuha, setelah itu membaca Surah Ar-Rahman. Lagipula ia masih kenyang karna sudah sarapan dirumah.
"Lif! Alif!!"
Alif menengok ke sumber suara, yang tak lain si pemiliknya adalah Fikri. Pria itu tengah berlari menuju kearahnya.
Fikri tepat duduk disampingnya dan mengatur nafasnya yang masih terengah engah.
"Lif, ente dipanggil pak Zainal, di perpustakaan" Ucapnya masih terbata bata karna nafasnya belum stabil.
Alif hanya mengangguk sambil mengikat tali sepatunya. Setelah tali sepatunya sudah terikat, Alif segera beranjak dari duduknya. Namun, Fikri masih diam dengan tangan memegangi bagian perut.
"Kamu kenapa Fik?" Tanya Alif
"Perut Ane sakit gara gara lari larian Lif, ente gak liat?"
Alif hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan teman Gesreknya yang satu ini.
"Suruh siapa ente lari larian??" Fikri yang mendengarnya berdecak sebal.
"Sohib ente lagi kesakitan, ente masih bisa bisanya masih nyalahin Lif" Gerutu Alif
"Yasudah. Saya duluan" Alif pergi begitu saja meninggalkan Fikri yang tengah jengkel memandangnya.
Untung Ada dalil "Innallaha ma'asshabiriin" kalo nggak, sudah Ane timpuk ente Lif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Syurga
Spiritual~Masa lalu tak pernah menuntut akan bagaimana sikapmu hari ini dan Masa depan tak akan menjamin kau yang sama di masa lalu~ Bagaimana mungkin Teresha yang jauh dari aturan agama mencoba taat kembali? (Slow update)