_Bahagia itu sederhana. Hanya saja, keegoisan manusia yang memperumitnya. Dunia itu adil. Keserakahan manusia juga lah yang mendiskriminasinya_
_Saliha
***
"Iya Tante. Insya Allah Acha main main ke sini lagi"
Teresha tersenyum setelah mencium punggung tangan Umi Hilya. Hari sudah semakin sore dan Teresha memutuskan untuk segera pulang setelah berpamitan pada keluarga Alif.
"Jangan bosan main ke sini yah. Ada Aisha juga"
Teresha hanya tersenyum sembari memegangi tali tas yang terkait di pundaknya."Yasudah Tante, om. Acha pamit pulang dulu. Makasih"
Umi Hilya mengangguk "Alif, Sha. Anterin kedepan atuh Acha nya"
"Siyap" Seru Aisha.
Aisha berjalan beriringan dengan Teresha. Sementara dibelakang Alif mengikutinya. Mata pria itu tak lepas dari jalanan dibawahnya, hanya menunduk entah memperhatikan apa.
Sampai di gerbang, Teresha berbalik, melihat Alif yang hanya diam sedari tadi. "Yasudah. Aku pamit dulu. Makasih udah ngundang aku ke rumah kamu Lif"
Alif menganggukan kepala beberapa kali
"Iya Ca. Hati hati di jalan"Teresha segera masuk kedalam mobilnya. Ia melambaikan tangan pada Aisha sebelum benar benar melajukan mobil melawan jalanan ibu kota yang padat. Dari spion mobil ia dapat melihat Alif dan Aisha tersenyum padanya dan melambaikan tangan. Membuat Teresha ikut tersenyum pula.
Aisha berdecak, memandang kakanya yang masih setia melihat mobil Teresha yang kian menjauh. Tak seperti biasanya kan kakanya seperti ini. Sebuah senyum penuh arti tercetak di bibir Aisha. Seperti tiba tiba muncul sebuah lampu diatas kepalanya, hal hal jahilpun mulai terlintas fikiran gadis itu.
Aisha berdehem "Minta restu sama Abi dulu kali Bang Aif"
Alif tersadar dari lamunannya. Ia memandang horor pada Aisha yang kini malah cekikikan. Apa maksudnya?
"Ck. Aisha jadi bingung, Teh Asyila atau Teh Acha. Bang Aif ini pinter cari calon istri ternyata. Sholehah dan cantiknya kebangetan" Celetuk Aisha membuat Alif diam tak berkutik.
Sadar dengan raut wajah kakaknya yang telihat garang, Aisha segera berlari masuk kedalam rumah dengan tertawa puas. Sedang pria yang masih berdiam diri disana masih tak mengubah posisinya. Hanya saja, kepalanya mengarah pada Aisha yang kini berteriak tidak jelas ditengah larinya.
"ABII! BANG AIF MINTA RESTU KATANYA BI!!"
"Aisha" Tekan Alif memanggilnya.
Alif berdecak memijat pelipisnya pusing. Lalu segera ia menyusul Aisha dengan langkah cepat. Jika tak dibiarkan, bisa gawat nasib dirinya. Terlebih jika Aisha bicara yang tidak tidak pada Abi pasti orang tua dan adik satu satunya itu akan terus menyudutkannya.
Alif mencari keberadaan Aisha didalam rumah. Berharap ia belum bicara apa apa pada Umi dan Abi. Sayangnya sudah terlambat, Aisha sudah sibuk berceloteh ria pada ketiga orang didepannya. Ia menghembuskan nafas berat dan berjalan kesana dengan langkah gontai.
"Sudah Aisha kira Umi. Kalo Bang Aif itu suka sama teh Acha. Ya kan bang Aif? Teh Acha kan cantik. Siapa yang nggak kepincut" Celoteh Aisha.
Umi Hilya yang sedari tadi memperhatikan Aisha hanya tersenyum kala melihat Alif yang duduk dan mengambil toples berisi keripik kentang untuk dijadikan cemilan. Umi, Abi serta Aisha memilih berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati hidangan yang masih tersedia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Syurga
Spiritual~Masa lalu tak pernah menuntut akan bagaimana sikapmu hari ini dan Masa depan tak akan menjamin kau yang sama di masa lalu~ Bagaimana mungkin Teresha yang jauh dari aturan agama mencoba taat kembali? (Slow update)