"Bolehkah si pendosa ini diam diam mengagumimu wahai pangeran syurga?"
_Saliha
***
"Warna merah atau warna coklat mbok?"
Mbok Atun geleng geleng kepala. Pasalnya, habis sudah seisi lemari Teresha bongkar hanya untuk mencari kerudung yang cocok dipakainya untuk hari ini.
Beberapa kali bahkan Teresha mencopot pasang hijabnya dan melihat pantulan dirinya pada cermin untuk mempertimbangkan, apakah ia cantik? Apakah pas untuknya?
"Nona Echa pake yang mana saja tetap cantik. Mau yang merah, mau yang coklat, mau yang mana saja tetep cantik to"
Teresha memanyunkan bibirnya. Ia berdiri didepan cermin besar untuk berfikir kembali. Entahlah, Teresha jadi tidak percaya diri. Bertemu dengan Umi Alif membuatnya gelagapan. Keluarga Alif pasti keluarga yang sangat menjunjung tinggi ajran agama. Apalagi pasti Umi dan adiknya memakai hijab syar'i. Dan apa pandangan mereka padanya yang masih belajar.
Ini benar. Siang tadi. Alif memberitahunya jika Uminya mengundang Teresha datang ke rumah. Katanya sih, sekaligus ada pengajian rutinan. Walau bukan hanya Teresha yang diundang, Teresha merasa begitu gugup.
"Beneran mbok? Teresha cantik cantik aja?" Tanya Teresha.
Mbok Atun yang sedari tadi sibuk merapikan pakaian Teresha mengangguk saja dan memilih kembali mengantung pakaian pakaiannya kedalam lemari.
"Orang cantik mau digimanakan tetep aja cantik"
Teresha tersenyum. Kemudian memilih hijab pashmina berwarna merah untuk dipadupadankan dengan bajunya.
"Mbok bisa aja. Yaudah Acha ganti baju dulu. Mbok jangan kemana mana, soalnya Teresha minta tips supaya tampil cantik. Kaya mbok, kan"
Mbok atun tersenyum malu "Mbok sudah keriput kaya begini dibilang cantik. Kulit mbok sudah karatan. Non Echa mau meledek mbok?"
Teresha tertawa "Loh. Acha nggak bohong. Mbok masih cantik"
"Terserah non Echa saja. Yasudah cepat ganti baju"
"Siyap Bos"
Teresha melesat pergi ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Ia memilih mengenakan jeans hitam serta kemeja longgar putih yang dipadupadankan dengan pashmina berwarna merah. Ia rasa, penampilan yang cukup sederhana.
Tak lama, Teresha keluar dari kamar mandi. Ia berjalan mendekati Mbok Atun dan duduk di tepian tempat tidurnya. "Acha cantik nggak Mbok?"
"Selalu cantik"
Acha tersenyum puas. Kemudian ia berjalan mengambil sling bag dan menyilangkannya pada bahu. Sempurna. Teresha sudah siap.
"Mbok. Acha pamit dulu ya. Bilangin Ayah, kalau Acha pergi ke rumah temen" Acha menyalami wanita paruh baya didepannya.
"Iya. Hati hati. Pulangnya jangan terlalu sore"
Acha mengangguk. "Assalamualaikum" Kemudian melesat pergi
***
Ternyata, Rumah Alif cukup besar juga. Rumah dengan lantai dua ini terasa mewah namun sederhana dengan cat berwarna putih sebagai pelapis dindingnya.
Teresha menghembuskan nafas saat hendak berjalan masuk. Matanya memperhatikan sekeliling. Ah.. Teresha jadi takut. Apakah Umi Alif termasuk orang yang kaku. Pasalnya, mereka pasti orang paham agama. Sedangkan Teresha? Ngomong saja masih ceplas ceplos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Syurga
Spiritual~Masa lalu tak pernah menuntut akan bagaimana sikapmu hari ini dan Masa depan tak akan menjamin kau yang sama di masa lalu~ Bagaimana mungkin Teresha yang jauh dari aturan agama mencoba taat kembali? (Slow update)