Chapter 4

176 11 0
                                    

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs.2:218.)

***

"Masukan semua barang-barang kamu kedalam mobil" Ujar Seorang pria yang tengah sibuk memasukan beberapa kopernya kedalam mobil.

Tak menjawab ataupun tak membantah, Teresa hanya diam menuruti semua keinginan ayahnya. Ia memasukan beberapa koper berisi barang barang serta pakaiannya kedalam mobil milik sang Ayah.

Setelah selesai, Teresa sempat pergi ke kamarnya untuk melihat kembali apakah ada yang tertinggal. Begitu membuka knop pintunya, Teresa menghela nafas perlahan. Ada banyak kenangan disini, Sedih, bahagia, Marah dan banyak lagi yang pernah ia alami dalam rumah ini, terutama kamarnya.

Teresa memang benci berada di rumah ini, namun bukan seperti ini yang ia inginkan. Teresa butuh kasih sayang yang kembali lagi di rumah ini, Teresa butuh rasa peduli yang telah lama hilang di keluarga ini. Namun harapannya musnah.

Ia melangkah keluar karna waktunya untuk berangkat. Diluar, ayah serta Mbok Atun sudah mengunggu didalam mobil.

Teresa segera menyusul masuk dan bersiap. Ayahnya yang sibuk menyetir dan Teresa yang hanya diam tak membuka suara sedikitpun membuat suasana hening dalam perjalanan. Mbok Atun pun sedikit takut bila harus memulai pembicaraan.

Selama satu jam perjalanan mereka habiskan untuk saling diam, akhirnya mereka sampai di tempat yang akan menjadi hunian baru bagi mereka. Semua turun dan mengemasi keperluannya masing-masing.

Teresa mulai mengangkat beberapa kopernya menuju lantai atas tempat dimana kamarnya berada.

"Mau Bibi Bantu Non-,"

"Gausah, gue bisa sendiri" Jawabnya dingin.

Ia memasuki ruangan bernuansa abu abu dan hitam yang kini akan menjadi kamarnya. Pandangan Teresa sempat menjelajahi keadaan sekitar. Disini nampak sunyi, Tak ada warna, mungkin sangat cocok dengan hidupnya.

Teresa mulai menata barang barangnya di seluruh ruangan. Tak lupa, ia membawa foto dirinya bersama Lisa Dan ia taruh diatas nakas.

Setelah semua terlihat rapi, barulah Teresa turun ke lantai bawah dan ia melihat Ayahnya tengah duduk disofa. Tanpa berniat menyapanya, Teresa berlalu keluar begitu saja.

"Mulai besok kamu mulai sekolah" Teresa hanya berdecak kecil mendengar apa yang pria paruh baya itu katakan.

Sekolah baru pasti mengharuskan dirinya beradaptasi kembali dengan lingkungan serta orang orang didalamnya. Dan Teresa anak yang tak mudah akrab dengan sesuatu yang baru.

****


Suara Adzan Subuh sudah berkomandang. Selalu jadi kebiasaan bagi orang orang di kediaman Alif untuk bangun dan melaksanakan Sholat subuh berjamaah. Dengan Tuan Farhana atau Ayah Alif sebagai Imam, mereka mengikuti Sholat dengan khusyuk.

"Assalamualaikum warahmatullah..."

"Assalamualaikum warahmatullah..."

Selepas Sholat, Mereka selalu menyempatkan diri untuk membaca Ayat Suci Al-Quran ataupun Murajaah hafalan Qur'an mereka sampai tiba untuk segera bersiap pergi ke sekolah.

Mata SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang