Chapter 9

142 6 3
                                    

"Kemudian sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, Kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar benar Maha pengampun lagi Maha penyayang"

(Q.S. An-Nahl:119).

****

"

Ara suka boneka beruang?"

Tanya Teresha saat melihat Ara yang asyik memeluk boneka tedy nya. Gadis itu ternyata sangat menyukai dan menyayangi bonekanya.

"Suka. Suka banget Teh" Jawab Ara.

Teresha terenyum menatap Ara. Mereka duduk di kursi dibawah pohon, menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Memberikan hawa sejuk menenangkan. Alif tersenyum dari kejauhan, melihat ternyata pertama bertemu dengan Teresha, Ara sudah menyukainya.

Alif melihat Teresha juga sangat bahagia sampai tertawa lepas. Senyumnya begitu merekah. Alif baru tahu jika Teresha menyukai anak kecil. Ia fikir dengan hidup sebagai anak tunggal, Teresha tak terbiasa dengan anak kecil. Nyatanya tidak.

Astaghfirullahaladzim.. Alif segera menundukan kepala. Mengusap wajahnya gusar. Bibirnya terus mengucap Istighfar begitu menyadari sedari tadi ia terus menatap Teresha.

Istighfar Lif. Kenapa sama saya? Inget Lif, dia bukan muhrim kamu, gak boleh memandang berlebihan. Astaghfirullah. Jaga batasan lif. Jaga batasan.

"Ara katanya pinter baca Qur'an ya?"

Ara diam "Kata siapa?" Tanya balik Ara.

"Aku denger sendiri Ara baca Al-Qur'an tadi" Jawab Teresha.

"Nggak ko. Ara masih belajar. Pengen hafal 30 juz Al-Qur'an, biar jadi Hafidzah yang dirindukan syurganya Allah"

Teresha diam seribu bahasa. Kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu seolah menusuk hatinya. Gadis kecil ini bahkan mempunyai pemikiran yang mulia. Saat seusianya sibuk bermain, Ara malah menyibukan diri menghafal Al-Qur'an.

"Ibu Aminah pernah ngomong sama Ara. Umi sama Abi Ara udah pulang ke rumah Allah. Katanya, Umi sama Abi nya Ara udah bahagia di Syurga. Makanya, Ara mau nanti Ara juga masuk Syurga biar bisa ketemu sama Umi dan Abi" Ara tersenyum.

Teresha tak menyadari, setetes air mata luruh begitu saja. Dengan keadaannya yang tak sempurna, ternyata Tekadnya begitu besar.

Teresha masih menangis tanpa suara karna tak mau Ara mendengarnya. Sesekali ia menyekat air matanya. Tangannya mengusap pucuk kepala Ara lembut.

Ara yang jauh dari kedua orang tuanya bahkan sangat ingin bertemu dan merindukannya. Sedangkan Teresha, Dengan keluarga lengkap. Teresha malah mengacuhkannya seolah mereka tak benar benar ada.

"Ara gak marah sama Allah kenapa Ara gak bisa liat?" Tanya Teresha.

Ara menggeleng tegas "Nggak boleh. Kita gak boleh marah sama Allah. Kita harus Husnudzon sama Allah. Kata Bang Aif, Mungkin Allah gak kasih Ara lihat dunia karena Allah sayang Ara. Gak mau mata Ara dipake melihat dosa. Ara gak pernah marah sama Allah"

Lagi lagi, Teresha dibuat terenyuh dengan jawaban Ara. Mungkin dengan mengirim orang seperti Ara, Allah ingin menunjukan bahwa seharusnya yang sempurna bisa lebih dari yang cacat fisiknya.

Mata SyurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang