Dua Belas

101 12 0
                                    

🌸🌸🌸

"Ten boleh ku pegang tanganmu." Pinta salah seorang fans, Ten mengangguk ragu memberi izin. Fans itu mengambil cepat tangan Ten. Inilah yang di benci Ten, dia malas di sentuh oleh orang orang. Tapi demi kebaikan fans dan kebaikannya ia tak bisa kabur begitu saja, seperti biasanya.

Mereka saat ini sedang mengadakan Fansign di salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Korea. Fansign merupakan acara yang paling ditunggu oleh para fans, dimana mereka dapat bertemu, melihat bahkan menyentuh idol mereka secara langsung. 

"Selanjutnya." Fans tadi memegang tangan Ten erat, Ten hanya bisa tersenyum menghadapi mereka.

"Siapa namamu?" Tanya Ten saat mereka mulai bergeser tempat ke member lain, "Zoe." Jawabnya pelan sampai tidak terdengar suara dari bibirnya.

"Baiklah, untuk Zoe." Ten menandatangani albumnya, Ten lebih suka fans pendiam seperti ini ketimbang yang banyak tingkah seperti sebelumnya. Sepertinya fans yang memakai hoddie hitam di hadapannya itu selalu muncul di setiap fansign NCT diadakan. Entah mengapa Ten sudah merasa sering melihatnya.

Ten mengidikkan bahu acuh. "Aneh." Gumamnya saat Fans itu bergeser ke sebelah yaitu tempat Taeyong.

.....

"Bagus semua, kerja bagus." Managernya terlihat senang acara tersebut berjalan dengan lancar, Ten juga tidak kabur kali ini, tapi Taeyong lagi lagi tetap datang terlambat.

"Aku duluan, ada janji dengan kakekku." Ujar Ten meninggalkan ruang make-up.
"Ya, pulang sana, ingat besok syuting MV-mu dan Taeyong." Pekik Managernya.

"Bagaimana kabar Hye Ri ya? Apa dia sudah baikan?" Ten memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sebelum menemui kakeknya, paling masalah yang tidak terlalu penting jika sudah menyangkut kakeknya.

Tanpa dia disadari seorang wanita mengenakan Hoddie hitam mengikutinya sampai ke rumah sakit. Wanita itu adalah fans tadi.

Ten mengunjungi sebuah toko bunga sebelum ke rumah sakit, aneh rasanya datang tanpa membawa buah tangan, membelikan bunga untuk Hye Ri mungkin cukup. "Bunga lily putihnya sebuket, dibungkus secantik mungkin ya."

"Baik." Ujar Penjaga toko itu ramah.

Tak lama penjaga toko itu kembali membawa buket bunga besar, "Ini bunga anda Tuan." Ten membayar harga bunga itu lalu bergegas menuju ke rumah sakit.

Ten jadi ingat terakhir kali dia pergi ke rumah sakit, saat itu dia sedang sakit parah dan kedua orang tuanya yang sedang sibuk dengan urusan pekerjaan akhirnya menyempatkan diri cuti demi menjenguk Ten. Bahkan kakak kandungnya (Terny) yang sekarang tinggal di Tailand ikut menjenguknya ke Korea.

Ten sudah tiba di rumah sakit, dia buru buru berjalan menuju kamar Hye Ri, kamar rawat Hye Ri terdengar sunyi sepertinya tidak ada orang.

Tok, tok, tok.

"Masuk." Ten tahu itu suara Hye Ri.

Saat masuk dia benar benar kesal, Yoon Jo sedang menyuapi Hye Ri, harusnya dia yang ada di sana, menyuapi Hye Ri dan mendapatkan senyuman terbaik Hye Ri.

"Kenapa kau kemari?" Sebut Hye Ri benar benar ketus, pandangannya menatap lurus ke jendela di samping, dia malas melihat wajah Ten.

"Ahh aku ingin menjengukmu, ku dengar kau.. sakit." Katanya menahan sesak, Hye Ri ketus sekali kepadanya. Tapi Ten menahannya, dia tetap tersenyum tulus di depan Hye Ri.

"Ini bunga dan buah untukmu."
"Taruh saja disana."

Ten menaruh keranjang buah dan buket bunganya. Satu hal yang Hye Ri sadari, itu bunga di nakas mejanya semalam. Tapi ketika dia bangun pagi ini, dia tidak menjumpai bunga itu lagi di nakasnya.

"Aku pulang, cepat sembuh ya." Hye Ri menatap kepergian Ten, entah kenapa saat Ten pergi hatinya menolak kepergian Ten. Padahal dia tahu Yoon Jo lah yang selalu menjaganya.

"Hye Ri?"

Yoon Jo berhasil membuyarkan lamunannya, 'sadar Hye Ri, Ten tidak baik untukmu, Yoon Jo yang menjagamu.'

"Kau memikirkan sesuatu?" Hye Ri menggeleng.
"Terimakasih sudah menjagaku."
"Tentu Hye Ri." Jawabnya Ragu.

-----

"Young Heum?" Panggil seseorang di belakang Ten, Ten menoleh cepat.
"Jae He?" Gumamnya. Wanita diseberangnya melambai senang.

"Jadi kau kembali karena bosan sekolah di Amerika? Alasan macam apa itu?" Mereka berdua sedang duduk di salah satu lorong koridor rumah sakit, berbincang bincang ringan.

Jae He perempuan cantik dengan rambut panjang, wajah putih dan memiliki postur tubuh tinggi dan langsing bak model. Jae He adalah sahabat dekat Ten, dia juga mantan kekasih Ten. Setahun mereka menjalin cinta, tapi apalah daya takdir berkata lain cinta mereka tandas di tengah jalan. Jae He harus bersekolah di Amerika dan mulai belajar bisnis guna menjadi penerus perusahaan ayahnya.

"Apa salahnya bila aku bosan. Aku kan juga merindukanmu." Jae He memeluk erat lengan Ten.

Ten melepaskan pelukan Jae He di tangannya, "Jangan."

"Baik." Jae He menurut lalu memanyunkan bibirnya.
"Kau menjenguk siapa di sini?" Tanya perempuan itu penasaran. Dia mendekatkan posisi duduknya dengan Ten.

"Seseorang." Jae He menjauhkan diri dari Ten, "Kau sudah punya pacar? Baru setahun aku meninggalkanmu." Gerutunya.

"Aku harus pergi." Ten pergi meninggalkan Jae He yang memandangnya keheranan. Jae He merasa Ten seakan sedang menjauhinya.

"Ada yang kau sembunyikan?" Gumamnya melihat kepergian Ten.

Wanita berhodie hitam itu masih mengikuti Ten hingga pertemuannya dengan Jae He tadi. Wanita itu menghilang setelah Ten meninggalkan Jae He.

------

I am Lovable (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang