Tiga Belas

100 14 1
                                    

🌸🌸🌸

Semenjak seminggu kepulangan Hye Ri dari rumah sakit, otaknya dipenuhi oleh Ten. Mungkin saja Ten sudah berubah, dia bukan Young Heum yang dulu ia kenal. Dia adalah Ten.

"Hey. Kenapa bengong siang siang begini?" Hye Ri terlonjak kaget saat Hyeon mengejutkannya, membuyarkan lamunannya, kesal dan marah namun dia masih mampu menahannya.

"Yak!! Jangan mengejutkanku Hyeon, aku benci itu." Hye Ri menekuk wajahnya berlipat lipat, "Jangan cemberut begitu, aku minta maaf ya."

Hye Ri menghembus nafas kasar, "Ne, ne." Jawabnya malas.

"Apa kau menyukai Yoon Jo?" Tanya Se Ra serius, Yoona dan Hyeon menatap Hye Ri dengan raut wajah khawatir.
"Mungkin, tapi entah kenapa hatiku malah menolak menerima Yoon Jo. Tidak seperti dulu, hatiku selalu berdegup kencang setiap berada di dekat Yoon Jo, sekarang malah biasa saja." Hye Ri menadahkan wajah dengan kedua tangannya.

"Kau harus menentukan pilihanmu Hye Ri, ingat, bulan depan kau akan bertunangan dengan Ten. Pilih sesuai kata hatimu." Tidak biasanya Yoona dapat berfikir sebijak ini.

Hye Ri menatap Yoona dengan pandangan jijik, " Kau kutip kata kata itu dimana?" Tanya Hye Ri, Yoona memukul pelan kepala Hye Ri yang justru membuatnya tertawa riang.

Memang hanya sahabat yang selalu ada dimanapun dan apapun kondisimu. Hye Ri menimbang nimbang, apa dia tanya saja soal perasaannya kepada ketiga sahabatnya ini.

Tapi dia masih saja membenci Ten, walau sifatnya yang mungkin sudah berubah, sulit melupakan perlakuan kepadanya dulu.
"Teman teman, sebenarnya.."

"SEMUANYA!! Kita diminta untuk berkumpul di lapangan, karena kegiatan api unggun untuk peringatan telah selesainya acara Festival olahraga dan seni kita." Ketua kelas berteriak memberi pemberitahuan kepada kelas mereka.

"Ne..." semua berjalan menuju lapangan dengan malas.

"Malam ini pesta api unggun dan kembang api, akhirnya festival olahraga selesai juga." Ujar salah satu murid di sebelahnya.

"Aku belum melihat tunanganmu dari tadi?" Tanya Yoona penasaran, mereka sedang dalam perjalanan menuju lapangan.

"Mungkin dia pindah, atau sudah memutuskan untuk tidak bertunangan lagi denganku." Cetus Hye Ri, hati dan mulut berkata lain.

"Mana mungkin, dia itu orangnya pantang menyerah, apalagi untuk menarik perhatianmu." Goda Hyeon, Hye Ri mencubit pelan pinggang Hyeon.

"Permisi, kalian ingin ke lapangan?" Tanya seorang murid perempuan di sela sela obrolan mereka.

"Ya kami mau kesana." Kata Se Ra mencoba ramah.

"Boleh aku ikut bersama kalian? Aku belum terlalu hafal sekolah ini." Pintanya ramah, "Kenalkan namaku Jae He aku murid baru, mohon bantuannya." Jae He sedikit membungkuk.

"Hai Jae He, aku Hyeon, ini Hye Ri, Yoona dan Sera." Hyeon menunjuk satu persatu sahabat mereka.

"Hai, oh sudah saatnya berkumpul, ayo." Ajak Jae He, baru berkenalan mereka sudah berteman baik.

"Jadi kau pindahan dari Amerika." Mereka sudah berkumpul di lapangan guru di depan sibuk berbicara panjang lebar, hari mulai gelap dan sebentar lagi acaranya akan dimulai.

"Ya, tapi aku lahir di Korea." Mereka semua mengangguk paham.

"Aku permisi ke toilet dulu ya." Ujar Hye Ri lalu bangkit dari duduknya.

"Mau aku temani?" Ajak Se Ra, Hye Ri menggeleng, "Tidak usah, kalian tunggu disini saja."
"Baik."

Hye Ri berjalan sendiri di tengah kegelapan lorong sekolah, semua orang berkumpul dilapangan jadi di sekitar sekolah sudah sepi.

"Ughh, aku menyesal tidak menerima ajakan Se Ra." Bulu kuduknya merinding membayangkan wajah wajah hantu yang ditakutinya.

"Eum, aku kembali saja deh." Hye Ri memutar balik langkahnya kembali kelapangan.

"Gelap sekali, aku takut." Hye Ri mempercepat langkah kakinya, hari semakin larut dan semakin dingin saja.

Tiba tiba seseorang menepuk pelan bahu Hye Ri membuatnya teriak dan terlonjak kaget. "Kyaaaa!!"

Hye Ri dengan cepat menutup matanya, bahunya bergetar menahan takut. Air matanya turun tak di sengaja, ia takut gelap.

"Hye Ri?" Hye Ri tidak menghiraukan panggilan Ten, dia malah semakin mengencangkan tangisannya. Satu hal yang Ten ketahui, Hye Ri takut dengan gelap. Ten tersenyum iba, ingin sekali dia memeluk Hye Ri dan menenangkannya.

"Kata penjaga sekolah saklarnya mati, jadi semua lampu padam, lebih baik kita..." Belum selesai Ten berbicara Hye Ri buru buru memeluknya erat, bahunya masih bergetar menahan takut.

"Hikss.. Tolong aku." Ten ingat kejadian ini, sewaktu kecil dia pernah mengurung Hye Ri di gudang gelap, Hye Ri jadi trauma karenanya.

Ten membalas pelukan Hye Ri lalu mengelus pelan punggungnya. Perlahan lahan dia mulai menghentikan tangisannya. Anehnya sudah tidak ada suara yang terdengar darinya dan Hye Ri hanya diam saja di balik tubuh Ten.

"Hye Ri?" Tanya Ten khawatir, Ten melepaskan pelukannya dan melihat tunangannya ini tertidur di pelukannya. Wajah yang tenang dan damai.

"Mianhae" Ten menggendong Hye Ri bak putri dongeng lalu membawanya ke mobil, dia akan mengantar Hye Ri pulang. Tak lama kembang api sudah berkelap kelip indah di langit.

Hye Ri merapatkan kepalanya ke dada Ten, Ten tersenyum bahagia.

-------

I am Lovable update tiap Selasa dan Jumat.

I am Lovable (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang