🌸🌸🌸
Ten membuka matanya cahaya samar perlahan mulai berontak memasuki pupil matanya. Ten mengedipkan matanya beberapa kali, dia menyebarkan pandangannya dan dia tahu dia ada di rumah sakit sekarang.
Lilitan perban melekat rumit di kepalanya, dan selang infus yang menancap di punggung tangannya.
Ten mendudukkan diri di tepi kasur, seketika dia teringat dengan Hye Ri. Ten berusaha melangkah namun kakinya terlalu lemah untuk berjalan, tangannya tak sengaja menyenggol gelas di nakas sehingga gelas itu terjatuh lalu pecah.
Ten ikut terjatuh di lantai, kakinya terlalu lemah untuk berjalan. Pintu rawat tiba tiba terbuka menampakkan kedua orang tuanya beserta kakak perempuannya dengan raut wajah khawatir.
"Ten." Ayahnya membantu anaknya berdiri lalu membantu mendudukkannya lagi di kasur.
"Appa, Eomma dan Nuna? Bagaimana kalian bisa di sini? Aku pasti mengkhawatirkan kalian."
"Akhirnya kau sadar, kami semua khawatir ketika mendengar kabar mengerikan itu dari kakek, jadi kami langsung mencari pesawat tercepat dai Thailand kemari." Ujar kakak perempuannya dengan raut khawatir.
"Mana Hye Ri? Aku harus bertemu dengannya." Ten kembali berusaha berjalan namun ayahnya menahannya.
"Akanku ambilkan kursi roda untukmu." Saran kakaknya.
.......
"Hye Ri?" Sapa Ten khawatir, Ibunya mendorong Ten di kursi rodanya menuju kasur Hye Ri.
Seluruh keluarga besarnya sudah berkumpul disana, mereka bersyukur Ten sudah sadar namun Hye Ri belum sadar juga sampai sekarang.Selang infus menempel di tangan Hye Ri, terlalu banyak peralatan medis melekat di tubuh Hye Ri-nya. Ten menggenggam tangan dingin Hye Ri lalu menangis dalam diam.
"Terimakasih karena kau sudah berusaha menyelamatkan Hye Ri." Felix mengelus punggung Ten yang bergetar akibat tangisannya.
Semua orang terharu yang melihat sepasang manusia ini. Mereka semua meninggalkan Hye Ri dan Ten di dalam ruangan itu demi memberi ruang mereka untuk berdua.
"Hye Ri, maafkan aku, sepertinya kau masih membenciku ya? Kau benar benar tidak mau bertunangan denganku. Maafkan kesalahanku dulu. Dan aku bersungguh sungguh mencintaimu. Sebenarnya aku sudah mencintaimu sejak kita tk, tapi aku terlalu bodoh untuk memberitahukannya. Hingga akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, jadi ku mohon bangun Hye Ri." Ten mencium punggung tangan Hye Ri begitu hangat dan dalam.
"Bangun Hye Ri, pukul aku, marahi aku, aku rindu cara bicara ketusmu kepadaku." Ten memandang wajah pucat Hye Ri.
"Kau tidur pulas sekali. Kapan kau akan bangun?" Ten memandang wajah tenang Hye Ri, hingga Ten tak sengaja mendengar percakapan samar orang orang di luar ruang rawat Hye Ri. Ten menggerakkan kursi rodanya mendekati pintu.
"Kenapa Hye Ri masih koma?" Ten tahu itu adalah suara He Ra, ibu Hye Ri yang nampak khawatir.
"Dia menderita gegar otak hebat akibat benturan di kepalanya, kemungkinan besar dia akan lupa sebagian ingatannya baru baru ini, kita hanya bisa berdoa supaya tuhan memberikan keajaiban untuknya." Tangisan pecah di luar sana tak terkecuali Ten. Ten kembali menatap Hye Ri yang terbaring lemah."Kenapa.. kenapa bukan aku saja yang menderita, kenapa harus Hye Ri? Dia sudah terlalu menderita karenaku." Ten kembali menjalankan kursi rodanya ke samping kasur Hye Ri, dia berjanji akan menjaga Hye Ri hingga dia terbangun dari tidurnya.
Ibu Ten membuka pelan pintu kamar Hye Ri lalu menghampiri anak laki lakinya.
"Ten, kita harus membiarkan Hye Ri beristirahat. Kau juga harus beristirahat dan minum obat, ayo kembali." Bujuk ibunya melihat Ten kekeh untuk terus berada di samping Hye Ri yang belum sadar. Satu hal yang dapat menggambarkan kondisinya saat ini, depresi.
Ten mangiyakan ibunya, ia akan membiarkan Hye Ri beristirahat dahulu. Ibunya mendorong pelan kursi roda Ten menuju ke luar ruang rawat Hye Ri.
1 bulan kemudian..
"Hye Ri, bagaimana keadaanmu sekarang?" Seorang dokter muda masuk ke ruang Hye Ri, hanya ada Hye Ri sendiri di kamar denga tv yang menyala. Hye Ri langsung tersenyum melihat kedatangan teman barunya.
"Aku sudah merasa baik, tapi sebenarnya aku ingin segera pulang ke rumah bersama ayah, ibu dan kakek. Aku bosan masakan di rumah sakit, rasanya hampa, he he he." Ujarnya tanpa bersalah.
"Baiklah, aku akan memberikan satu hari kebebasan menu, jadi kau ingin makan apa?" Gong Yo membuka kantung infus Hye Ri lalu menggantinya dengan yang baru.
"Benarkah?? Tapi, kalau nanti kakek marah bagaimana?"
"Tenang saja, dengan keadaanmu yang semakin membaik ini, kau bisa makan apapun." Katanya, "Yeyyyy..""Tapi.... masih harus aku batasi." Goda Gong Yo, Hye Ri mendengus sebal, "Dasar."
Gong Yo mengacak pelan kepala Hye Ri membuat pipi Hye Ri sontak memerah. Hye Ri menepis pelan tangan Gong Yo "Berhenti, kau bisa membuat orang lain salah paham. Nanti pasien lain melihat, bisa bisa aku di hakimi masa."
"Memangnya kenapa? Kau itu pasien spesialku." Gong Yo kembali menggoda.
Tok tok tok
"Masuk!"
Ten membuka pintu kamar rawat Hye Ri, semenjak kepergiannya ke Thailand selama sebulan untuk pengobatannya, selama itu juga dia tidak melihat Hye Ri."Kau siapa?" Tanya Hye Ri terlihat kebingungan, Gong Yo yang berada di sampingnya ikut kebingungan, Gong Yo ingat kalau laki laki ini adalah tunangan Hye Ri yang pernah di rawat juga di sini sebulan yang lalu.
Ten menggenggam erat buket bunga di tangannya, hatinya sesak mendengar Hye Ri yang telah melupakannya. Padahal Hye Ri sudah mau membuka hatinya untuk Ten.
"Bisa kau ikut denganku sebentar?"
-------

KAMU SEDANG MEMBACA
I am Lovable (Tamat)
FanfictionIdol jatuh cinta dengan Anti-fans? Update : Selasa & Jumat