Lima Belas

106 11 1
                                    

                          🌸🌸🌸

"Yoon Jo?"

"Hye Ri? Hai!" Sapanya kepada Hye Ri dan senyum itu, mungkin mulai hari ini Hye Ri akan mulai membenci senyuman itu.

"Hai." Ten yang membalasnya, karena Hye Ri hanya diam sibuk memperhatikan tangan wanita yang memeluk mesra lengan Yoon Jo, dan dia masih butuh penjelasan.

"Lee Young Heum? Kalian saling kenal? Sedang apa kalian? Boleh kami ikut bergabung?" Tanyanya ramah, wanita di sampingnya masih setia memeluk mesra lengan Yoon Jo.

"Kenalkan ini kekasihku, namanya Oh Hana." Yoon Jo melirik Hana sekilas, Hana melepaskan pelukan di lengan Yoon Jo.

Hana menunduk, "Annyeonghaseo." 

"Hana, ini Yeong Heum, dan ini Hye Ri aku sudah menganggap Hye Ri seperti adikku sendiri, dia cantik bukan?." Ujarnya membanggakan Hye Ri di depan kekasihnya.

Ten menatap iba Hye Ri yang diam menatap uap di cangkir coklat panasnya. Ten tahu Hye Ri menahan air mata dan kekesalannya sejak tadi.

"Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya Hye Ri mencoba memaksakan senyumannya.

"Sejak SMP sampai sekarang."
"Kami sudah lama di sini, tadi kami berencana untuk pulang." Ten membuka suara, ia tak tahan melihat Hye Ri menahan air matanya seperti ini.

"Baiklah, hati hati dijalan. Jaga adikku ya." Yoon Jo yang sedari tadi berdiri di samping Hye Ra mengelus pelan rambut Hye Ri, Ten mengangguk lalu menarik tangan Hye Ri pelan. Hye Ri tidak meronta, dia menurut saja.

Saat mereka sudah berada di dalam mobil Ten, Hye Ri masih tetap diam membisu. "Aku tahu tempat yang bagus untuk mengubah mood burukmu."

Hye Ri tak menjawabnya, pandangannya kosong ke depan. Tanpa menunggu persetujuan Hye Ri, Ten menghidupkan mesin mobil dan melaju menuju suatu tempat.

Di sepanjang perjalanan Hye Ri masih tetap diam. Ten mulai khawatir. Tak lama mereka sampai di sebuah stasiun kereta bawah tanah yang sekarang sudah sedikit penumpang karena hampir malam.

"Ayo turun." Ten membukakan pintu mobil dan Hye Ri mengikuti kemanapun Ten menuntunnya.

Selama beberapa menit mereka berdiri di tempat biasa orang orang menunggu kereta datang. Mereka hanya diam disana, tak ada yang memulai percakapan. Ten menunggu Hye Ri duluan mengungkapkan kekesalannya.

Beberapa orang pasti berfikir, kenapa malah membawa wanita yang sedang sedih ke stasiun, harusnya ketempat romantis seperti taman atau danau bukan?

"Kau tahu setiap pertemuan pasti ada perpisahan, seperti stasiun ini. Setiap harinya selalu ada ribuan orang datang dan juga pergi. Aku benci stasiun." Ujar Ten mencoba menghibur Hye Ri tapi sepertinya dia tidak memahami situasi.

"Adik katanya." Gumam Hye Ri, akhirnya membuka mulutnya, "Jangan difikirkan dia itu..."

Hye Ri langsung memeluk Ten erat, di dalam pelukannya Hye Ri menangis tersedu sedu sampai bahunya bergetar. Pasti baju Ten basah karena air mata sekarang. Ten membalas pelukan Hye Ri berusaha menenangkan wanita ini.

"Kau tahu, aku masih membencimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tahu, aku masih membencimu." Ujar Hye Ri di tengah tangisannya masih enggan melepas pelukan mereka.

"Tapi kenapa kau memelukku." Goda Ten, Hye Ri malah lebih mengeratkan pelukannya membuat Ten merintih.

"Aww."

Hye Ri melepaskan pelukan mereka, "Ma.. maaf, apa aku menyakitimu?." Tanya Hye Ri khawatir.
"Tidak." Godanya lalu tertawa.

Hye Ri kembali diam menatap Ten tajam, "Kau marah ya?" Tanya Ten, Hye Ri tidak menjawabnya dia tetap kekeh untuk diam.

Tak lama Hye Ri berbalik lalu pergi meninggalkan Ten, namun tangannya cepat di cekal Ten. "Ma.. maaf, aku hanya ingin menghiburmu."

"Aku kan masih membencimu." Katanya pelan, kalimat Hye Ri membuat Ten senang, pasalnya cara bicara Hye Ri tidak seketus dulu. Sepertinya lambat laun Hye Ri akan memaafkannya.

"Hye Ri, aku benar benar ingin meminta maaf soal dulu kepadamu, kau tahu, saat itu kita masih TK. Tapi semua memang salahku bukan?." Ten berbicara sangat tulus, matanya menyorotkan penyesalan. Hye Ri membalikkan badannya menatap Ten lekat. Ten bersungguh sungguh.

"Maaf aku melakukan hal yang salah, aku mendorongmu sampai terjatuh dari ayunan, aku mengurungmu, aku..."
"Sudah, aku tidak mau mengingatnya." Ten melepas pegangannya di tangan Hye Ri. Dia mengambil sesuatu di saku celananya.

Membuka sebuah kotak berpita merah yang isinya adalah kalung yang di belinya di toko perhiasan waktu itu.

"Aku tulus ingin memaafkanmu."

Hye Ri hanya diam, entah kenapa Ten khawatir Hye Ri yang tidak banyak bicara. Dia lebih suka Hye Ri memarahinya sambil mengatakan kalau Hye Ri membencinya.

Ten mengambil kalung dari kotak itu, dia menyimpan kembali kotaknya. Kalung itu ia pasangkan ke leher Hye Ri yang masih diam.

Saat selesai memasangkan kalung, Ten mengibaskan rambut Hye Ri kebelakang agar kalungnya terpasang sempurna. Mereka sangat dekat sampai Hye Ri tidak berani menatap mata Ten.

Ten menepikan poni Hye Ri ke belakang telinga. Dilihatnya dengan jelas bekas jahitan luka yang Ten perbuat kepadanya. Ten menangkup wajah Hye Ri dengan kedua tangannya lalu mengecup pelan bekas jahitan itu.

"Saranghaeo." Kalimat itu seketika membuat perasaan Hye Ri kacau. Hye Ri diam membisu.

"Tak peduli seberapa kalipun kau membenciku, kau tidak mau memaafkanku, aku akan terus mencintaimu." Sorot mata Ten tidak menunjukkan kebohongan. Hye Ri yang diam sedang menahan debaran hatinya.

'Salah, semua ini salah, aku bingung, padahal dulu aku sangat membencinya, kenapa sekarang aku malah berdebar.'

-------

I am Lovable (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang