D U A

74.2K 8.7K 475
                                    

Musuh nyata bagi manusia itu setan, dan setan yang menyebalkan itu menjelma menjadi pria bernama Arshad Darmawan.


***


Hari ini absen dulu ke toko kamu ya Dii. Abis main sama Kinanti, liat dong BHnya aja gede begini, sayang kalau gak dilahap dl pagi ini.


Vica hampir melemparkan ponselnya ke lantai kalau saja Adel tidak cepat-cepat menahannya.

"Kenapa?" tanya Adel.

"Si manusia bajingan itu! pagi-pagi udah pamer, selfie sama BH orang sambil telanjang dada. Nih lo liat deh!"

Vica menunjukkan ponselnya pada Adel hingga sahabatnya itu tertawa, "Si Arshad, orangnya nggak dateng ke sini, fotonya yang malah nyampe ke sini. Tetep aja bikin kesel, hahahahaha."

"Kan. Dasar bajingan emang. Gimana gue nggak benci sama dia coba?!" rutuk Vica.

Adel mengusap bahu Vica dengan lembut, "Hati-hati ah. Terlalu membenci seseorang berakibat terlalu mencintai dia di masa depan nanti."

Pffftt. Yang ada juga membenci Arshad sekarang karena Vica terlalu mencintainya dulu. Kenapa si Adel ini lambat sekali kalau berpikir?

"Gue ngeri sendiri sama cewek yang ditidurin si Arshad. Foto aibnya pasti banyak," kata Vica seraya bergidik.

Adel tertawa, "Lo sendiri pasti banyak juga foto aibnya," goda Adel.

"Enak aja! Gue nggak pernah ya punya foto-foto tidak senonoh begini."

"Tapi video pasti ada kan Vic?"

Pletak! Satu jitakan mendarat di kepala Adel, "Nggak. Gue nggak pernah begitu-begitu sama Arshad. Video atau foto, itu bukti. Kalau kesebar, aib lah del... aib."

"Edan, edan... bawa-bawa aib. Sereeem, takut kena azab gue."


***


Ponsel Vica berdering. Ada panggilan masuk dari Nina—kakak iparnya.

"Kenapa Kak?" tanya Vica ketika mengangkat telponnya.

"Vica tolongin akuuuu," teriaknya di sebrang sana.

Vica mengerutkan kening, "Kenapa?"

"Jadi tuh ya, aku kan udah beres kursus jahit, tiba-tiba apa coba Vic? Mamamu kasih PR gitu. Mama kasih segulung kain apa ya dia namanya? yang kayak buat kaos itu loh Vic. Yang elastis sama lentur itu, ada garis-garisnya."

Vica mengerutkan keningnya, "Rayon spandeks?"

"Nah itu! Tahu nggak Vica, Mama minta aku buat bikin jilbab pake kain ini, pake mesin jahit portabel yang ada di rumah aku. Kakak kamu sih, pake beliin mesin-mesin begini segala. Jadi kena tes begini kan sama Mama kamu."

Vica tergelak. Kakak ketiganya—Raihan menikah dengan Nina enam bulan yang lalu—tepat sehari setelah Vica resmi bercerai dengan Arshad dan dari awal pernikahan mereka, hubungan ibunya dan Nina sama sekali bukan hubungan yang baik.

Menurut Ibunya, Nina adalah tipe-tipe istri yang akan merebut anaknya darinya karena sejak pacaran pun Nina membuat Raihan sering lupa pada ibunya. Ah, rupanya dendam ibunya besar juga. Padahal, kalau sudah tahu sejak awal Nina seperti itu, ya kenapa juga Ibunya merestui pernikahan mereka?

ODIVICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang