Arshad merasa sangat kesal! Sejak Linda datang tiba-tiba ke kantor Gilang kemarin, wanita itu masih saja mengekorinya. Arshad beli makan, dia ikut, Arshad pulang ke guest house tempatnya menginap, dia juga malah ikut memesan kamar di sana, dan pagi ini... saat Arshad hendak pergi membeli nasi kuning untuk Vica, Linda juga malah ikut. Wanita itu mengikutinya meskipun Arshad sudah membawa mobilnya secepat mungkin, dan Arshad tebak kalau wanita itu pasti akan mengikutinya ke toko juga, otomatis... Vica akan bertemu dengan Linda dan... Ya Tuhan, itu bukan ide yang bagus. Sungguh! Bagaimana pun juga, Arshad harus tetap menjaga perasaan Vica.
Pada akhirnya, Demi membuat Linda kesal hingga bosan mengikutinya, Arshad pergi ke minimarket untuk membeli banyak cemilan dan ia membawa mobilnya berkeliling kota Bandung sampai bensinnya habis, lalu ia mengisinya hingga penuh dan Arshad bahkan pergi ke Jatinangor, lalu menonton film di Jatos, kemudian ia mengelilingi Bandung lagi, berharap Linda lelah menyetir, tapi wanita itu memang sudah gila. Linda masih saja mengikutinya. Astaga. Maunya apa sih?
Arshad menepikan mobilnya di tepi jalan. Ia membuka keripik yang sudah dibelinya dan memakannya seraya berpikir. Sebenarnya, Arshad bisa saja mengajak Linda berbicara. Tapi... hey, kalau diajak berbicara... Linda selalu mengungkit-ungkit kehidupan lamanya dan Arshad tidak suka itu! lagi pula, kemarin-kemarin Linda tak berulah, kenapa sekarang malah berulah lagi sih?
Suara kaca mobilnya diketuk. Arshad menoleh dan mendapati tukang parkir yang mengetuknya.
"Kenapa Pak?" tanyanya.
"Mau parkir A? ini ada mobil yang mau masuk, kalau nggak akan parkir di sini."
Menoleh pada jalanan di belakangnya, Arshad menatap petugas parkir dan berkata, "Oh, boleh deh. Toko itu aja ya," tunjuknya pada sebuah distro di depannya. Arshad memarkirkan mobilnya dengan bantuan petugas parkir itu di sana. Pasti Linda mengikutinya juga sih. tapi, ya sudahlah. Sudah terlanjur di sini, lebih baik Arshad beli beberapa kaos saja. pria itu keluar dari mobilnya. Eh sebentar... kalau tidak salah, Aryan juga punya distro kan?
Arshad buru-buru merogoh saku jaketnya dan ia mendapati kartu nama yang Aryan berikan.
Aryan Dimas.
Ard. Jl. Sultan Agung No. 12A
Loh-loh-loh, sebentar. Arshad sedang berada di jalan yang sama dengan alamat distronya Aryan. Ia menoleh dan mencari distro-distro yang berada di sana dan setelah berjalan beberapa lama, akhirnya Arshad menemukannya.
Oke! Arshad tak pernah sesenang ini sebelumnya ketika ia menemukan sebuah toko. Mungkin ini akibat euforia dari 'teman baru' yang baru dikenalnya. Pria itu bersiul seraya berjalan hendak memasuki toko, tapi Linda datang, langsung meraih lengan Arshad dan menggandengnya namun buru-buru Arshad menepisnya, ia mencoba tak mempedulikan kehadiran Linda.
"Jangan jahat-jahat dong Ar sama gue," kata Linda, mencoba menyamakan langkahnya dengan Arshad.
"Justru makhluk kayak lo itu harusnya dijahatin. Kenapa? Karena lo dibaikin malah nggak tahu diri, malah ngelunjak."
Oke. Gagal sudah pertahanannya. Pada akhirnya, Arshad malah mengeluarkan suaranya juga kan?
Linda tersenyum, "Maki aja gue, daripada lo diemin gue."
****
Vica menatap jam yang menempel di dinding tokonya kemudian bergantian menatap toko kecil di sebrang tokonya—tempat Arshad biasanya duduk seraya bermain game, curi-curi pandang pada Vica, atau menertawakannya kalau Vica tanpa sengaja menatapnya. Hari ini pria itu tidak muncul, dan nasi kuning pemberiannya juga tidak ada, padahal kemana pun dan berapa lama pun Arshad pergi, nasi kuningnya pasti tetap sampai untuk Vica. Pertanyaannya, kenapa hari ini tidak ada?
KAMU SEDANG MEMBACA
ODIVICA
Chick-LitKata siapa janda lebih laku dari perawan? Siapa yang bilang begitu? SIAPA? Tolong beritahukan kepada Odivica sekarang juga! Mana orangnya? Seenaknya sekali berbicara seperti itu. Apa enaknya jadi janda? Diburu pria lajang karena berpengalaman? Itu...