E M P A T

60.9K 7.4K 314
                                    

"Cinta lama belum karam Vic?"

Vica menatap tajam Adel yang sejak tadi membahas acara pergi yang tak sengaja miliknya dan Arshad yang sialnya... kenapa sih si Adel ini harus melihat mereka di parkiran?

"Nggak usah bahas-bahas itu lah Del. Males gue."

"Yah, asal lo tahu aja. Pas toko-toko lain liat kalian barengan begitu, mereka mengharapkan hal yang sama; kalian balikan. HAHAHAHAHA. Lo sih, dulu malah jadi pasangan legendaris di sini. Susah kan orang-orang move on nya."

Wanita itu berdecak. "Bilangin ke mereka. si Arshadnya aja udah move on. Lo nggak tahu sejijik apa gue waktu liat mobilnya tadi. Mbaaak, celana dalem dia, bungkus kondom, sampe BH yang tempo hari dia kirim ke gue fotonya, berserakan di sana. Sumpah. Arshad bener-bener bajingan," gerutunya.

Adel tersenyum tipis, "Tapi Vic. Lo pernah nggak mikir sedikit aja, kenapa dia bisa bajingan?"

"Kenapa?" tanya Vica penasaran.

"Frustrasi?" tanya Adel.

Vica mengerutkan keningnya.

"Perpisahan buat seorang cewek, memang membuat dia hancur sehancur-hancurnya. Apalagi yang lo alami ini perpisahan dari sebuah pernikahan. Tapi lihat sekarang, lo baik-baik aja kan? malah lo bisa berjalan dengan ringan di muka bumi ini. Itu karena proses move on cewek sama cowok beda. Kalau cewek awalnya sakit, kalau cowok... akhirnya yang sakit."

"Halahh," sahut Vica. Mengelak ucapan Adel dengan sangat tegas,

Wanita itu berlalu, sibuk sendiri dengan pakaian yang dibawanya sementara Adel menggelengkan kepalanya seraya mendesah.


*****


Setelah mengantarkan Vica kembali ke toko, Arshad kembali lagi ke rumah yang sebelumnya ia datangi dengan Vica. Bukan apa-apa, tapi Arshad melihat sesuatu yang janggal ketika Vica berjalan meninggalkannya. Walaupun rumahnya terlihat tak terurus, kotor, bahkan kosong sekali seperti rumah-rumah di flm horor, tapi Arshad melihat jejak sepeda motor tepat dipinggir rumahnya. Sebenarnya sih bukan urusannya juga memang, hanya saja... mungkin karena Arshad tak ada pekerjaan lain, ia malah mengurusi urusan orang lain seperti ini.

Berjalan dengan perlahan, Arshad menyusuri jejak sepeda motor yang tadi dilihatnya. Rupanya, jejaknya menyambung ke bagian samping rumah. Ia berjalan lagi, dan terkejut dengan keadaan yang dilihatnya.

Ada sebuah halaman kecil pemisah rumah usang tersebut dengan sebuah rumah yang... Wow! ini sih rumah mewah. Luar biasa sekali. Kalau saja pohon-pohon di sekitar rumah ini tidak terlalu tinggi, Arshad pasti bisa melihatnya dari ujung jalan.

Pria itu berjalan lagi, dan langkahnya berhenti saat ia melihat seorang pria tengah melamun di atas kursi, menatap kosong halaman di hadapannya.

"Excuse me?" sapa Arshad.

Tidak ada jawaban.

Errr. Kalau yang begini sih namanya, dipukul baru berbunyi. Disapa saja mana bisa berbunyi.

Akhirnya Arshad berjalan mendekatinya dan menepuk pundaknya, "Woy!"

Sampai pria yang tengah melamun itu terperanjat. Ia menatap Arshad dengan tajam disertai matanya yang melebar.

ODIVICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang