E N A M B E L A S

34.8K 4.3K 293
                                    

NOVEL PERTAMA AKU! NOVEL DARA-DIRA SUDAH BEREDAR DI SELURUH GRAMEDIA GAIS YANG MAU BELI MELUNCUR AJA KESANA YA HIHIHI

-

-

-

-

"Yang lo minta Shad," kata Aryan seraya memberikan kaos yang sebelumnya sudah Arshad pesan.

Pria itu mengambil bungkusan yang Aryan berikan. Ia membukanya, merentangkan kaos pesanannya dan tersenyum lebar, "Memuaskan banget Yan, bagus nih," sahutnya.

Aryan tersenyum bangga, "Gue tunggu repeat order dari lo."

Arshad hanya menjawab ucapan Aryan dengan senyuman. Ia tak berbicara sama sekali karena fokus memperhatikan kaos yang ia pesan khusus untuk Vica. Wanita itu senang memakai kaos, dan Arshad tebak walaupun Vica akan mengomelinya, besoknya ia pasti akan memakai kaos pemberian Arshad ini.

Ah, padahal beberapa hari yang lalu Arshad sudah memutuskan untuk mundur teratur, tapi hari ini ia malah mengubah pendiriannya. Mulai hari ini, Arshad sudah bertekad untuk tetap memperhatikan Vica, mengganggunya, dan melakukan banyak hal bersama Vica-dalam artian Arshad saja yang melakukannya, toh respon Vica tetap sama kan, mengomel, mendesis, atau berteriak tidak suka. Arshad akan melakukannya sampai ia memastikan kalau pria yang sedang dekat dengan Vica adalah pria yang bisa diandalkan dan pria yang sudah pasti bisa membahagiakan Vica. Bahkan kalau perlu, Arshad akan mengajak pria itu tes kesuburan, sungguh!

"Gue penasaran Shad, ini buat siapa kaosnya?" pertanyaan Aryan memecah konsentrasi Arshad. Pria itu melipat dan membungkus kembali kaosnya kemudian menatap Aryan untuk menjawab pertanyaannya, "Buat orang yang suka banget pake kaos," sahut Arshad.

"Cewek?"

Arshad mengangguk.

"Yang kemarin?" tanya Aryan lagi.

Arshad mengerutkan keningnya, "Kemarin yang mana?"

"Yang ki-"

Ucapan Aryan terhenti karena getaran yang berasal dari ponselnya. Pria itu cepat-cepat merogoh saku celananya dan tersenyum mendapati caller id yang muncul di sana.

"Shad, bentar ya." Aryan hendak berdiri untuk menjauh dari Arshad tapi pria itu malah membiarkan Aryan untuk mengangkat telpon di hadapannya. Lagi pula Arshad juga tidak akan menguping, ia malah sibuk dengan ponselnya sekarang sementara Aryan mulai berbicara pada seseorang yang menelponnya.

"Kenapa Kan?" tanya Aryan pada Vica yang menelponnya.

"Kak Dimas hari ini free nggak?"

"Mau ajak kemana?"

"Aku tadi lewat ke jalan yang belakang Dipatiukur, ada ayam geprek gitu, dan dia penuh banget."

"Mau ke sana?"

"Wih, peka banget nih kak Dimas ini," puji Vica disebrang sana. Dimas tertawa, sampai membuat Arshad menatapnya dengan penuh tanya sedang ia hanya menjawabnya dengan sebuah gelengan.

"Kalau gitu nanti kita ke sana aja, saya kabarin kalau saya udah deket aja ya."

"Siaaap. Aku tunggu loh kak!"

Setelah itu Aryan memutuskan telponnya. Ia menggelengkan kepalanya seraya tertawa sementara Arshad yang sudah berhenti memainkan ponselnya menatap Aryan dengan heran, "Gebetan baru?" katanya.

Aryan menggeleng, "Bukan, kita teman makan siang," katanya.

"Kirain. Tapi keren juga sih kalau memang itu gebetan baru lo. Berarti proses move on lo cepet Yan."

ODIVICATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang