Setiap hari Minggu Josh tinggal di orangtuanya. Keberadaan orang tua selalu menciptakan suasana yang berbeda. Saat Josh ke meja makan, piring sudah tersedia untuk mama,papa dan Josh. Mereka selalu makan bersama.
"Morning."Mereka saling mengucapkan selamat pagi.
Makan pagi hari ini roti tawar dengan selai dan telur rebus. Josh sedang mengoleskan selai ke atas roti bakarnya saat mamanya bertanya,"Josh,kapan kamu bawa Keyra ke rumah? Mama senang sekali waktu kamu ajak Keyra datang ke ulang tahun mami."
"Baguslah kalo mami senang, Josh juga senang. Dia lagi sibuk mi, kalo udah agak senggang pasti ku ajak ke sini."jawab Josh santai.
"Kelihatannya Keyra lebih baik dari Bella,walau tidak secantik Bella."
Komentar mamanya membuat Josh berhenti makan sejenak.
"Mami sok tau ah, kan baru ketemu sekali." Josh tersenyum ke mamanya dan kembali melanjutkan makannya.
"Feeling mami kan kuat. Beneran lo kamu ajak Keyra ke sini."
"Iya,mi."
"Iya Josh kamu harus mengakrabkan antara Keyra sama mamimu ini. Biar mereka bisa shopping sama-sama." Sambung papa Josh.
"Iya, pi. Pelan-pelan aja."
Mereka hening sejenak menikmati makanan.
"Josh segera kamu putuskan, kapan kamu akan bergabung dengan papi?"
Pertanyaan yang selalu tidak di harapkan Josh itu akhirnya terlontar juga dari mulut papanya.
"Belum tau. Pi."jawabnya singkat, berharap topik pembicaraan mengenai hal ini tidak berlanjut.
Tapi harapannya pupus saat papanya berkata lagi.
"Kamu ini aneh. Orang - orang pada bingung mau usaha sendiri gimana caranya. Ini kamu tinggal lanjutkan usaha papi, kayanya susah banget. Malah jadi karyawan orang lain."papanya mengungkapkan keberatannya.
"Aku ga suka sama orang-orang yang bersikap baik dan hormat di depanku, tapi di belakangku ngosipin aku." Josh berusaha menjelaskan agar papanya tidak salah paham.
"Memang di kantormu yang sekarang tidak begitu?"Papa Josh tidak menyerah.
"Setidaknya bukan aku yang di gosipin."jawab Josh singkat.
"Itu karena kamu belum tau kalo kamu digosipin. Kamu tau kan pepatah makin tinggi pohon makin keras anginnya. Makin tinggi posisimu akan ada orang yang senang dan tidak senang, pro dan kontra akan selalu ada. Terus apa kamu mau posisimu seperti ini terus? Kalo apa yang mereka bilang tidak benar, kamu cuekin aja. Kamu tidak bisa menyenangkan semua orang. Papi hanya punya kamu untuk bantu papi, siapa lagi yang bisa papi harapkan." Papa Josh menjelaskan.
"Iya pi, Josh cuma belom siap."
"Kalo begitu cepat persiapkan dirimu. Bulan depan kamu mulai belajar tentang perusahaan kita." Josh tersentak kaget dan memandang papinya.
"Bulan depan?"
"Iya bulan depan, papi tau kamu ga akan pernah siap. Jadi papi putuskan kamu handle project superblock yang akan berjalan 2 tahun ke depan. Ada Pak Tanto yang akan jadi asisten kamu, selama kamu menyelesaikan pekerjaanmu dikantormu yang sekarang."
Josh terdiam, antara mau dan tidak mau, namun ia tidak kuasa menolak jika papanya sudah memutuskan sesuatu. Papanya menunggu Josh menyelesaikan roti terakhirnya.
“Josh, ikut papi ke ruang kerja.”Josh mengikuti langkah papanya ke ruangan kerja papanya. Papa Josh membuka laptopnya dan menunjukkan konsep , 3d, dan gambar kerja proyek yang akan berada di bawah tanggung jawab Josh, sekaligus proyek pertama Josh di perusahaan ayahnya. Sebuah project superblock dengan apartement, mall, perkantoran, rumah sakit, sekolah menjadi satu dalam satu kawasan saling berintegrasi. Josh membaca konsep yang ada di power point presentasi secara sekilas.
Saat papa Josh menunjukkan foto-foto lokasi, Josh melihat ada sebuah rumah yang masih berdiri di lokasi apartemen itu.
"Apa itu,pi?"tanya Josh.
"Panti asuhan."jawab papa Josh.
"Ibu yang satu itu sukar sekali di bujuk untuk melepaskan rumah itu. Padahal harganya papi sudah naikkan dua kali lipat. Tapi kamu tenang saja, rumah itu sudah papi urus." Papa Josh menepuk bahu Josh. Josh memandangi rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DI ATAS KERTAS
RomanceKeyra seorang perempuan yg terluka oleh cinta dan pengkhianatan. Josh seorang laki-laki yang menjalani cinta yang jauh,dengan harapan. Mereka bertemu karena kemarahan. Berjalan bersama karena kebutuhan. Menciptakan moment-moment kebohongan. Sampai a...