2_ Berdebat

182 30 110
                                    

Happy Reading guys....😍😙😍

Faldi, nama laki-laki itu
yang semalam sempat membuat Melani uring-uringan hampir seharian, kini ia tengah berdiri sambil bersandar pada tembok di depan kelas, tepatnya disamping pintu kelas.

Sesekali ia menebarkan senyum khasnya pada beberapa siswi yang kebetulan mengenalnya. Tidak jarang pula, dari beberapa siswi yang mendapat senyumnya ada beberapa yang langsung menggigit bibir mereka cukup kuat, karena berhasil mendapat senyum penuh pesona darinya yang dikenal sebagai anak band disekolahnya yang dianggap keren.

Hampir lima menit dia telah menghabiskan waktunya untuk berdiri disana, tapi itu sama sekali tidak mengganggu niatnya untuk memberikan pelajaran pada gadis manis yang kemarin sempat membuat urusannya terganggu. Ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan memberikan Melani pelajaran berharga karena sudah berani menganggu waktunya kemarin.

Dengan santainya Melani bersiul sambil menunduk memandangi roomchat-nya dengan Salsa dan Kiki, sahabatnya yang saat ini tengah menunggunya di kantin. Dia sama sekali tidak menyadari ada seseorang di luar yang tengah  menunggunya dengan senyumnya yang jahil.

Melani yang terkejut spontan memundurkan kepalanya saat dengan kurang ajarnya Faldi mencodongkan wajahnya di hadapan wajahnya, bahkan hanya berjarak beberapa senti saja.

Melani mendengus kesal ketika menyadari siapa yang ada di hadapannya saat ini.

"Hai," Faldi berucap dengan santainya.

Bukannya menjawab sapaan dari Faldi, Melani justru termangu sambil mengernyitkan dahinya bingung.

"Mau lo apa sih?" tanya Melani to the point.

"Apa ya?" Faldi pura-pura berpikir.

"Hmm, mungkin gangguin lo." jawabnya lagi dengan ekspresi jahilnya serta raut seolah tanpa dosa.

Melani menggeram kesal mendengar respon Faldi yang tidak masuk akal.

"Memang ya, ngomong sama lo itu nggak ada gunanya. Minggir." Melani berucap sarkastik kemudian mencoba berlalu pergi, namun belum dua langkah ia berjalan, Faldi sudah mengaitkan kakinya dengan kurang ajar membuatnya tersandung dan terduduk di lantai yang masih berpasir.

"Aww," Melani meringis ketika rasa nyeri menyerangnya tanpa ampun.

"Lo gila ya? bisa mikir nggak sih, punya otak tapi nggak dipakai dengan baik, atau jangan-jangan pikiran lo cuma dipakai buat mikirin gimana caranya menganiaya orang lain?" tanya Melani dengan amarah yang sudah diubun-ubun.

"Sorry, lagian salah lo sendiri juga sih, nggak mau dengerin gue ngomong dulu. Asal lo tau, gue udah buang-buang waktu gue lima menit untuk nungguin lo." ujar Faldi tidak mau disalahkan.

Dengan posisi yang masih terduduk, Melani mengangkat sebelah tangannya kemudian meniup beberapa butir pasir dengan pelan yang terasa menggores disana.

Melani melayangkan tatapan menghunusnya seolah akan menerkam Faldi bulat-bulat, sementara Faldi yang ditatap seperti itu nyalinya mendadak ciut seketika. Rasa bersalahnya juga sedikit terbersit ketika melihat Melani seakan menahan rasa sakit ditangannya.

Faldi berjongkok kemudian mengulurkan tangannya, mencoba membantu Melani yang tengah kesulitan berdiri, sepertinya rasa sakit dibagian belakangnya disebabkan sempat mencium dinginnya lantai barusan. Melani menatap uluran tangan didepannya dengan sinis.

Bukannya meraih uluran tangan tersebut, Melani justru menepisnya dengan kasar. Melani menepuk rok bagian belakangnya yang berdebu, kemudian beralih menatap Faldi yang masih memandanginya.

"Ya udah, lo mau ngomong apa tadi? cepetan, setelah ini jangan pernah gangguin gue lagi." ujar
Melani akhirnya. 

"Kemarin gue dihukum sama ketua ekskul gue." ujar Faldi memberi tahu.

"Gue nggak nanya, lagian itu bukan urusan gue." Melani menyahut dengan suara yang masih ketus.

"Jelas itu juga jadi urusan lo, karena gue dihukum juga gara-gara lo." jawabnya masih dengan ekspresi santai.

"Kenapa jadi salah gue? jangan coba-coba mempermainkan gue ya, lo pikir gue bloon banget?" sahut Melani tidak terima. Walaupun tidak terlalu pintar, setidaknya Melani merasa dirinya juga tidak terlalu bodoh.

"Dengerin gue dulu, siapa juga yang mau mainin lo, udah jelek, galak lagi." ujarnya sambil terkekeh. Sementara Melani yang baru saja mendapat hinaan mencoba menebalkan telinganya yang panas, karena jika dipancing terus menerus, emosinya pasti akan meledak.

"Sekarang gue tanya nih, lo cewek yang kemaren ngehalangin jalan gue waktu di tepi Mushola itu kan?" tanyanya sambil memicingkan matanya.

Melani tidak mungkin lupa soal itu, tapi dia juga tidak mau sembarangan mempercayai ucapan orang lain yang tidak ia kenal dekat, bisa saja kan, laki-laki yang bernama Faldi ini hanya mencoba mencari kesempatan untuk memanfaatkannya seperti Dani yang memanfaatkan Salsa sejak mereka duduk di bangku kelas sepuluh?

"Apa hubungannya?" tanya Melani tanpa menurunkan nada suaranya, bahkan kini terdengar lebih ketus.

"Jelas ada, gara-gara semalam berdebat sama lo, gue jadi terlambat sepuluh menit, jadi hari ini dan dua hari selanjutnya gue diharuskan menjalani hukumannya. Gue minta lo harus tanggung jawab, lo harus bantuin gue bersih-bersih ruang ekskul band untuk tiga hari berturut-turut, tepatnya ketika pulang sekolah." ujarnya membuat Melani membulatkan matanya sambil melongo.

"Nggak bisa, pokoknya gue nggak mau. Lo mau manfaatin gue kan? lagian lo cuma terlambat sepuluh menit doang, nggak mungkin sampai dihukum tiga hari berturut-turut." Melani menolak tegas kemudian mencoba berlalu pergi. Tentu saja gagal lagi, karena tangan Melani sudah di cekal oleh Faldi, ada kilatan kemarahan disana.

Melani menelan ludahnya susah payah ketika tanpa sengaja matanya menatap wajah Faldi.

"Kenyataannya, waktu yang lo bilang cuma sepuluh menit tadi udah buat gue harus nanggung hukuman selama tiga hari berturut-turut. Jadi selama dua hari yang tersisa ini, lo harus bantuin gue."

"Gue nggak mau dengar penolakan." ujarnya lagi kemudian berlalu pergi.

"Oh ya, satu lagi. Lo nggak boleh coba-coba kabur, atau gue akan melakukan sesuatu yang pastinya nggak bakal lo senangi." ujarnya lagi dengan nada dingin.

Melani menegang mendengar ancaman barusan dari Faldi. Bukannya mengangguk atau menyetujui, dia justru berlari ke arah kantin untuk menemui sahabat-sahabatnya.

"Ya ampun, dosa apa gue ya allah, sampai ketemu sama orang nyebelin sekaligus nakutin kayak gitu?" batin Melani dalam hati sambil terus berlari.

Setelah mengucapkan kata-kata yang lebih mirip ancaman tadi, Faldi menunduk. Sebuah senyum kecil terbit dari bibirnya. Sebenarnya tadi dia tidak serius mengucapkannya, itu hanya ide sekilas yang muncul dikepalanya, lagian Melani terlalu sulit untuk diajak berbicara secara baik-baik.

Namun yang didapatkannya justru Melani yang ketakutan setengah mati. Sepertinya setelah ini dia harus kembali melunakkan rasa egoisnya.

Sesekali ia terkekeh geli ketika mengingat ekspresi Melani yang ketakutan namun terlihat menggemaskan dimatanya.

Seandainya ia ingat-ingat lagi, egois dan pemarah sama sekali bukan sifatnya, justru biasanya ia akan selalu menampilkan ekspresi konyol dan bersahabat. Dengan Melani lah sikapnya terasa sulit dikendalikan dan bisa berubah-ubah.

Bahkan euforia menyenangkan serta debar yang berlebihan sudah bisa ia rasakan sejak pertama kali bertemu Melani kemarin.

"Maaf, tapi setelah ini, gue nggak yakin bakalan ngelepasin lo," gumamnya dalam hati.

A/N:

Ah, udah dulu ya, udah terlalu kepanjangan, takutnya malah pada bosan😂terus nanti nggak ada yang baca😭

About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang