40_ Planning

38 12 34
                                    

Song🎶: Samson (Kenangan yang Terindah)

Nggak tau kenapa waktu aku nulis chapter ini malah keinget sama lagu lawas ini😂 Sebelumnya mohon maaf ya atas keterlambatan update-nya🙏

Warning: Awas mual ngeliat kelakuan si Faldi😂😂

Happy Reading guys...❤❤❤
.
.
.
.
.
🍃🌹🍃

Pernah mematahkan hati, hingga terjebak sendiri pada rasa sakit yang tak kunjung pergi. 

~Faldi Pranaja Angkasa

🍃🌹🍃

Faldi POV

Entah mengapa keputusanku untuk pindah kelas waktu itu terasa semakin benar. Dan semakin dibuat tak mengerti lagi entah sejak kapan pastinya, melihat sosok Melani seakan menjadi canduku.

Wajah Melani yang serius saat mengerjakan tugas kelompok tampak begitu menggemaskan. Entah nasib buruk apa yang terus membuat gadis itu belakangan ini terus berada dalam satu kelompok denganku, Darel, dan Satya yang otomatis tidak bisa diandalkan sama sekali. Namun berkebalikan denganku yang mengganggap ini sebagai keberuntungan yang beruntun.

"Ini udah gue susun, tinggal tambahin kesimpulan dikit." ujar Melani tiba-tiba seraya mengangkat wajahnya membuatku belum sempat mengalihkan pandangan kemanapun. Gadis itu juga memutar posisi laptop di depannya hingga menghadapku dan Darel.

"Ngapain liat-liat?" tanya Melani seolah tak terpengaruh sama sekali.

"Lo makin cantik." Refleksku tiba-tiba. Tidak, yang tadi itu sama sekali bukan gombalan, semuanya terasa mengalir begitu saja.

"Udah ya, nggak usah mulai lagi. Udah nggak mempan, hati gue udah kebal." jawabnya datar yang justru membuatku terkekeh.

"Ekhm, masih ada gue di sini, kalau mau berantem nanti aja bisa kan?" sindir Darel yang tampak asyik membolak-balik buku di depannya, meskipun demi apapun pasti dia tidak membacanya sama sekali.

"Buruan, jadi siapa yang mau lanjutin buat kesimpulaan?" Rengek Melani tanpa sadar,  membuatku harus menahan diri sebisa mungkin untuk tidak langsung menjawil pipinya.

"Gue aja." jawabku akhirnya.

"Oke, yaudah, langsung disiapin Fal, jangan di tunda-tunda." ujar gadis itu lagi, namun kali ini dengan nada penuh peringatan.

"Iya Melani sayang," jawabku dengan niat menggodanya, dan benar saja wajah gadis itu bersemu, bertolak belakang dengan matanya yang memicing tajam.

"Sayang-sayang, pala lo peyang." sarkasnya yang justru membuatku tertawa.

"Nggak boleh ngomong kasar yang." ujarku semakin menjadi-jadi membuat Melani yang sudah kepalang geram melayangkan buku di tangannya dan menggeplak lenganku. Sama sekali tidak sakit, justru terasa menyenangkan.

Namun pandanganku jadi  teralihkan saat ponsel Melani berdering.

"Iya, halo kak. Ini lagi di rumah Darel kak,"

"Iya, hati-hati kak, ini aku aku mau ke depan."

Diam-diam aku menyimak obrolan Melani dengan seseorang di seberang telepon sana yang kuyakini seratus persen pasti Rizky, seniorku dan juga Melani.

"Fal, Rel, gue duluan yaa." Pamit Melani membuatku menatapnya kosong.

"Giatin lagi usahanya sob, jangan nyerah." ujar Darel tiba-tiba seraya melempar kacang telur di tangannya tanpa perasaan hingga mengenai pelipisku dan membuatku menatapnya datar.

About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang