Jika kalian dihadapkan pada dua pilihan, antara mengutarakan atau memendamnya diam-diam, maka pilihan mana yang akan membuat kalian merasa lapang?🍥🍥🍥
Melani mengerjapkan matanya perlahan, namun sorot matanya masih terlihat begitu sayu. Ia juga mencoba mendudukkan dirinya supaya bisa leluasa mengamati keadaan sekelilingnya yang terasa begitu asing. Terjebak dalam ruangan yang dipenuhi dengan bau-bau obat-obatan yang begitu menyengat serta dalam keadaan seperti ini sama sekali tidak pernah ia sangka sebelumnya.
Melani berusaha berpikir keras untuk mengingat kejadian apa yang sebelumnya menimpanya hingga membuatnya harus berakhir di rumah sakit seperti ini. Namun gadis itu refleks menyentuh kepalanya yang tiba-tiba saja sakit saat sekelebat ingatannya mengenai insiden kecelakaan itu terputar di kepalanya.
"Akh," ujar Melani mengerang pelan tanpa sadar membuat Salsa, Kiki, dan Sandy yang kebetulan sedang membesuknya sejak pagi tadi terbangun dari dari tidur mereka.
"Mel, akhirnya lo bangun juga." ujar Salsa lalu berjalan mendekat dengan wajahnya yang sedikit sembab. Sejak beberapa hari terakhir ini gadis itu memang selalu terisak saat membesuk Melani yang tak kunjung membuka matanya.
Kiki dan Sandy juga turut berjalan mendekati Melani yang tengah melempar senyum lemahnya pada mereka.
"Makasih ya udah jengukin gue, udah dong, senyum, gue nggak kenapa-kenapa kali." ujar Melani mencoba menguatkan sahabat-sahabatnya yang juga terlihat sama sembabnya dengan Salsa.
"Lima hari Mel, lima hari lo cuma diem sambil tiduran doang, gimana kita nggak mikir kalau lo kenapa-napa. Bahkan sejak hari pertama lo nggak masuk sekolah, firasat gue udah nggak enak banget." Omel Salsa hampir tanpa jeda membuat Melani terkekeh begitu saja.
"Oh iya, sekarang kan masih jam satu, kok lo semua bisa di sini? Emangnya nggak sekolah?" Bingung Melani.
"Lo nggak lagi lupa ingatan kan Mel? Sampai lupa hari, jelaslah kita nggak sekolah, ini kan hari minggu Mel-Mel." ujar Sandy mendramatisir.
"Yakali lupa ingatan, lo pikir drama apaan?" ujar Melani justru terkekeh dan menganggapnya hanya sekedar candaan saja.
"Hish, lo kenapa sih Mel bisa sampai kayak gini? Lo tau nggak gimana paniknya kita pas dengar lo kecelakaan?" cecar Kiki penuh emosi sekaligus kecemasan membuat Melani semakin merasa bersalah.
"Gue juga nggak tau Ki, mungkin emang udah takdirnya aja gue harus kecelakaan." ujar Melani tersenyum pahit ketika berhasil mengingat peristiwa sebelum ia kecelakaan. Gadis itu membuang pandangannya ke mana saja saat menyadari matanya mulai mengeluarkan titik bening tanpa permisi. Melani bahkan melupakan dirinya yang sebelumnya tidak pernah menangis di depan orang lain.
Salsa, kiki, dan Sandy saling berpandangan saat menyadari Melani tengah menyembunyikan tangisnya. Situasi ini sungguh membuat mereka bingung, karena ini pertama kalinya mereka melihat sosok Melani yang tampak begitu rapuh.
"Mel, ada yang mau lo ceritain ke kita?" tanya Salsa begitu hati-hati.
Melani kembali tersenyum menatap sahabat-sahabatnya yang tengah menatapnya cemas. Sejujurnya, ia membenci dirinya ketika ia tak bisa menyembunyikan kerapuhannya di depan orang lain. Akhirnya Melani hanya menggeleng pelan membuat sahabat-sahabatnya menghembuskan napas kecewa tanpa sadar.
"Kalian cuma bertiga aja? bang Bian kemana?" tanya Melani mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya Mel, kalau semalam sih kita datangnya rame-rame sekalian sama beberapa anak kelas sama Pak Indra juga. Kalau bang Bian katanya mau wawancara kerja gitu." ujar Sandy menjelaskan dan diangguki oleh Salsa dan Kiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ Completed
Roman pour AdolescentsPerihal Freesia Melani Atera yang terjebak pahitnya mencintai sendirian. ### "Alunan nada kita memang nyaris seirama, namun mengapa hati kita justru berlawanan arah?" ~Melani Cover by: Me