🍥🍥🍥
Faldi mengernyitkan keningnya ketika menoleh ke arah meja Melani, gadis itu terlihat begitu tergesa-gesa saat memasukkan alat tulisnya ke dalam ransel. Bahkan pandangan gadis itu berkali-kali tidak fokus dan terus memandang keluar jendela.
Faldi baru saja berniat untuk menanyakan alasannya ketika telah berada di luar kelas, namun urung begitu saja ketika justru Melani yang berjalan mendekatinya. Faldi tak bisa menyembunyikan senyum sumringahnya yang kemudian ia ikut berjalan mendekat dengan niatan ingin merangkul pundak sahabatnya itu. Namun di luar dugaannya, Melani justru memberikan gestur sedikit menolak membuat laki-laki itu dibuat bingung.
"Fal, untuk hari ini gue izin nggak bisa ikut manggung ya, tolong sampaikan ke paman lo juga ya, please." ujar Melani dengan tatapan sedikit memohon.
"Emangnya lo mau kemana?" Respon Faldi penasaran.
"Sore ini gue ada urusan yang nggak bisa gue tinggalin, jadi please tolongin gue yaa,"
"Oke-oke, tapi seandainya gue minta temenin makan siang juga nggak bisa Mel? Nggak sampai sejam juga kayaknya." ujar Faldi seraya melirik arloji di tangannya.
"Sorry, lain kali ya Fal." Jawab gadis itu jadi sedikit merasa bersalah.
"Gue temenin ya Mel, gimana?" Melani refleks menolehkan kepalanya saat Faldi meraih lengannya dengan begitu tiba-tiba.
"Emm, makasih Fal, gue sih nggak masalah kalau lo mau ikut, tapi kayaknya Clarisa yang nggak mau lo pergi sama gue." Balas Melani seraya melepaskan genggaman tangan Faldi dari lengannya dengan perlahan-lahan.
Faldi menoleh ke arah belakangnya, dan benar saja Clarisa sedang berjalan ke arahnya dengan wajah manjanya. Ketika ia kembali menoleh ke depan, Melani telah ngacir pergi begitu saja.
Faldi menatap kepergian Melani dengan tatapan tak terbaca. Perasaannya masih terasa mengganjal. Entah hanya perasaannya atau memang benar adanya jika belakangan ini Melani terasa tak tergapai, gadis itu seolah telah membangun benteng pertahanannya yang baru.
"Gue salah apa Mel? Kenapa lo makin ngejauhin gue? Gue pikir setelah semalam kita baikan, kita bakalan kayak biasanya lagi." Batin Faldi bermonolog dalam hati.
Laki-laki itu meninggalkan pekarangan sekolah dengan perasaan tak tenang. Pikirannya terasa penuh, namun perasaannya begitu hampa.
🍥🍥🍥
Mama dan Papa Melani tersenyum ketika memperhatikan putrinya yang terlihat begitu antusias untuk menjemput Bian, alias sang kakak lelaki gadis itu.
Memang Mama dan Papanya sengaja mengambil cuti satu hari ketika mendapat kabar bahwa anak sulung mereka akan segera kembali ke Jakarta setelah menyelesaikan studinya di ITB Bandung.
Lain lagi dengan Melani, gadis itu begitu bersemangat untuk bertemu dengan Kakaknya itu karena rasanya mereka telah berpisah terlalu lama. Apalagi Melani dan Bian begitu akrab sejak kecil. Selama ini Bian memang hanya akan kembali ke rumahnya ketika libur hari raya idul fitri saja, setelahnya laki-laki itu akan tetap memilih untuk tetap di Bandung.
"Rindu banget ya Mel sama bang Bian?" ujar Mamanya menjawil pipi Melani, bermaksud untuk menggoda anak gadis satu-satunya itu.
"Lumayanlah Ma, hehehe," Kekeh Melani begitu lepas membuat mama dan papanya yang sedang menyetir ikut tersenyum.
Setelah sekian lama, akhirnya belakangan ini mereka kembali bisa melihat senyum lepas anaknya itu. Mengambil cuti satu hari untuk diluangkan kepada anak-anak ternyata membuat mereka merasa ini tidak terlalu buruk, justru terasa menyenangkan.
🍥🍥🍥
Melani langsung menghambur ke pelukan Bian setibanya di bandara membuat laki-laki usia 22 tahun itu sedikit terhuyung, namun juga senang secara sekaligus. Bian membalas rangkulan adik semata wayangnya tersebut dengan penuh sayang.
"Nggak malu apa dek pelukan di depan umum gini? Kayak bang Bian nggak pulang berabad-abad aja, hahaha." Kekehnya seraya mengusap-usap rambut Melani dengan penuh kasih sayang.
"Biarin, bodo amat sama omongan orang-orang." Respon Melani yang sudah melepaskan diri dengan cuek.
Kini Melani sudah sibuk megambil koper di samping Bian dan menariknya. Namun tentu saja Bian tak akan membiarkannya. Laki-laki itu kembali mengambil alih koper di tangan Melani dan menggantinya dengan dua buah tas jinjing yang hanya berisi makanan.
"Tugas kamu cukup bawa ini, oke!" ujar Bian tak ingin mendengar penolakan.
Sementara untuk membawa barang-barang yang lain, papa dan mamanya turut menawarkan bantuan.
"Banyak banget barang-barang kamu, udah kayak mau pindahan aja." Omel papa mereka membuat mobil kini ramai dengan tawa mereka semua.
🍥🍥🍥
Daripada hanya menghabiskan waktu dengan sia-sia, Bian memilih untuk menawarkan dirinya untuk mengantarkan adik semata wayangnya itu ke sekolah. Karena setelah lulus kuliahnya, laki-laki itu akan menjadi pengangguran sampai mendapat panggilan wawancara kerja. Paling tidak sekitar dua minggu sampai ia benar-benar diterima kerja di sebuah perusahaan.
"Kak Bian yakin mau nganter aku sekolah?" ujar Melani yang justru tidak yakin.
"Emangnya kenapa?" Bian justru kian gencar mengusili adiknya itu.
"Aku bawa motor aja ya kayak biasanya." ujar Melani lagi yang lebih mirip rengekan.
"Kenapa sih? Malu punya abang ganteng gini?" Tanyanya yang justru membuat tangan Melani gatal ingin menampolnya.
"Emang ganteng sih, tapi kalau liatnya dari atas genteng." ujar Melani cuek membuat Bian tertawa lepas.
Masih seperti dulu, abangnya masih manusia yang tidak ingin dibantah. Dan inilah yang membuat Melani akhirnya berakhir dengan diantar oleh Bian. Dan satu hal lagi yang membuat Melani malas ketika abangnya memilih untuk mengantar, Bian itu sedikit gila.
Contohnya saja saat ini, Bian mengantarnya hingga benar-benar masuk ke parkiran dalam sekolah membuat Melani rasanya ingin tetap mengenakan helmnya hingga masuk ke kelas. Untungnya saja hari masih cukup pagi, dan satpam sekolah sedang tidak ada di tempatnya.
Pakaian kaos oblong yang dilapisi dengan jaket Denim yang dikenakan Bian tampaknya begitu mencolok di mata para siswa dan siswi yang juga sedang di sana. Meskipun Bian tidak menggunakan motor jenis sport atau motor kawasaki, akan tetapi wajah Bian yang lumayan tampan sudah mampu membuat para siswi melirik dengan terang-terangan.
"Nanti kalau udah mau pulang, jangan lupa telepon Mel." ujar Bian yang kemudian menyempatkan diri mengusap-usap kepala Melani membuat para kakak kelas gadis itu yang kebetulan lewat di sana menjerit tertahan.
"Iya-iya, bawel banget sih Kak, pulang sono." usir Melani mulai jengah ketika ia merasa terus diperhatikan.
Melani membuang pandangannya ketika ia masih merasakan tatapan penasaran dari para kakak kelasnya dan juga beberapa siswi seangkatannya.
Tanpa gadis itu sadari, dari arah belakangnya juga ada Faldi yang menatap punggungnya penuh tanda tanya. Laki-laki itu memang sempat melihat kedekatan Melani dan laki-laki itu, namun tidak dengan obrolan mereka. Jarak mereka tidak cukup dekat untuk bisa mencuri dengar pembicaraan mereka.
"Berapa banyak sih Mel yang masih nggak gue tau tentang lo?"
Untuk kesekian kalinya, Faldi bermonolog dalam hati.
To be Continued..❤❤❤
![](https://img.wattpad.com/cover/151548771-288-k738495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us (Spin Off Ilusi Hati)✔ Completed
Teen FictionPerihal Freesia Melani Atera yang terjebak pahitnya mencintai sendirian. ### "Alunan nada kita memang nyaris seirama, namun mengapa hati kita justru berlawanan arah?" ~Melani Cover by: Me