6. We are friend

610 87 7
                                    

"udah yuk balik, udah gak terlalu kelihatan kan" Rahma menatap cermin yang ada di kamar mandi. Memastikan kalau noda di bajunya itu sudah sedikit berkurang.

"tapi Ma, itu bajumu basah semua" kata Nafisa.

"ya iyalah basah Naf. Kan tadi di basuh air, ya jelas basah lah. Hehe" Balas Rahma cengengesan.

"Rahma kita serius, please dong jangan becanda di saat yang gak tepat kayak gini, gak lucu tauk" Rengek Nafisa bak anak kecil.

"Ma?" Kenzia melirik tajam Rahma.

"kenapa Zi?"

"segitukah kamu sama kak Luthfi?"

"maksudnya?" Rahma menghentikan kegiatannya dan kini ia balik menatap Kenzia, sekarang mereka berhadapan. Sementara Nafisa hanya menjadi penonton saja.

"sedalam itukah rasa kamu buat kak Luthfi? Sebesar itu kah? Sampai-sampai tadi kamu...... Kamu ngebiarin kak Luthfi gitu aja, padahal dia udah bikin baju kamu kayak gini. Tadi pas di kantin aja kamu masih sempet-sempetnya bela kak Luthfi, padahal dia udah jelas-jelas salah Ma"

"udah lah Zi, kok kamu masih bahas itu lagi. Kalo bajunya kan nanti di cuci juga ilang kok nodanya."
"kenapa emang Zi."

"aku tau Ma kamu suka sama Kak Luthfi, aku juga tau kalo cinta itu emang harus di perjuangin, aku tau kalo cinta itu emang harus berjuang, butuh pengorbanan. Tapi kalo sikap kak Luthfi terus-terusan kayak gini, apa kamu kuat Ma?"
Kini kedua tangan Kenzia memegangi lengan Rahma.

"Dia itu cuek banget sama kamu Ma, kayak gak ada peduli-pedulinya sama sekali ke kamu. Contohnya kayak tadi. Kamu kayak gitu aja dia diem aja lho. Jangankan bantuin, minta maaf aja enggak. Padahal kamu kayak gitu juga gara-gara dia."

"Zia, kak Luthfi kayak gitu kan karna dia gatau. Ya wajar aja kalau sikapnya dingin banget ke aku. Kita juga ga boleh sepenuhnya salahin kak Luthfi. Karna kak Luthfi itu statusnya cuma orang yang aku sukai, tanpa dia menyukai"

"iya tapi kan Ma, ya gak gini-gini juga kali. Apalagi kamu itu adiknya sahabatnya sendiri, Kak Rian. Ya seenggaknya kan dia gak harus bersikap secuek ini"

"iya udah biarin aja, mungkin udah tabiatnya Kak Luthfi kayak gitu"

"kita tu belain kamu lho Ma, kok kamu malah gitu sih?"

"ya enggak gitu, kalo yang masalah tadi di kantin itu kan kak Luthfi gak sengaja"

"tapi dia tu ya Ma..... Ah nyebelin deh pokoknya, kita tu kasian sama kamu"

"udah lah Zi biarin aja. Kita lihat aja nanti gimana"

"tapi Ma..."

"Zi, sabar itu buahnya manis" ucap Rahma dengan lembutnya.

"kamu kuat banget ya Ma, kita disini akan selalu ngedukung lo kok, selama itu baik buat lo. Kita akan selalu ada di sini, di belakang lo" Nada bicara Kenzia sekarang mulai melembut setelah sebelumnya bernada tinggi karena emosi.

"enggak Zi, aku gak mau kalian di belakangku. Aku mau kalian di samping ku. Kita berjuang bareng. Aku mau, suka dukaku sama kalian. Aku ga mau kalian cuma jadi sandaran pas aku sedih doang" Rahma tersenyum haru.

"uuhh....." Kenzia dan Rahma saling berpelukan. Ia tak sadar kalau sedari tadi Nafisa memperhatikan mereka.

"berasa nonton drakor" "eh gue baper lho ya" suara Nafisa tiba-tiba terdengar.

"eh sampai lupa kalo ada Nafisa, sini-sini" Kenzia menarik tangan Nafisa. Kini mereka bertiga saling beperlukan.

****

Pengagum [ Iqbal & Luthfi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang