9. Latihan

582 69 3
                                    

Mata Rian terbuka, sekarang ia telah terbangun dari tidur nyenyaknya. Rian langsung merapikan tempat tidurnya. Rian memang termasuk anak yang mandiri, selain mandiri, ia juga sangat rajin. Setelah Rian selesai merapikan tempat tidurya, ia langsung mengambil air wudhu dan langsung melaksanakan shalat subuh. Setelah itu Rian langsung bergegas ke kamar mandi untuk mandi lah tentunya.

Kini Rian sudah berada di depan cermin lemari yang ada di kamarnya, lengkap dengan jersey biru yang ia kenakan bertuliskan Irianto dan bernomor punggung 13 serta logo yang bertuliskan SMA Bhakti Insani di dada sebelah kirinya. Rian berkaca memastikan bahwa penampilannya kini sudah rapi. Sesekali ia senyum-senyum sendiri kala memandangi wajah dirinya di cermin.

"cakep juga ternyata gue. Senyum dikit ah. Ih gila. Manis banget"
"sekali lagi sekali lagi"
"sekarang senyumnya di liatin giginya. Hiii.... Eh gak gitu juga kali"
"ulang-ulang-ulang. Nyengir-nyengir. Wah tambah ganteng oi"

Ya kurang lebih seperti itulah kata-kata yang Rian ucapkan. Sambil berpose layaknya seorang model profesional.

Tanpa Rian sadari ternyata sedari tadi ada seseorang yang sedang memperhatihan tingkahnya. Rahma berdiri di ujung kamar Rian sambil tertawa terkeh-kekeh. Entah sejak kapan Rahma disana.

Rahma yang semula bisa mengendalikan tawanya, berusahan menahan tawanya agar tak terdengar oleh Rian. Akhirnya usahanya pun gagal, Rahma sudah tidak bisa lagi menahan tawanya. Tawanya pun pecah karena melihat tingkah Rian yang semakin menjadi-jadi.

Rian terkejut mendengar tawa Rahma yang sangat keras itu. Bagaimana tidak, lagi enak-enaknya bergaya dan berkhayal jadi model eh ada orang yang liat. Sontak Rian langsung menghentikan kegiatannya itu dan langsung berbalik badan menghadap Rahma.
Sementara Rahma masih tertawa lepas, bahkan sampai jongkok-jongkok. Rian juga ikut tertawa, bahkan tawanya terdengar lebih keras dari Rahma. Rian sebenarnya merasa malu, tapi ya apa boleh buat.

"whahahahaha..... Bentukmu kak kak. Hahaha..."

"lo ngapain sih disini, main masuk aja. Gak pake permisi"

"hahahaha...."

"jangan ketawa terus. Bikin malu aku aja kamu ini"

"lhah, kamu juga ikut ketawa"

"hahahahaha....."

"tu kan"

"yaudah iya-iya. Kamu mau ngapain kesini, kalo udah buruan keluar sana!"

"mau bergaya lagi ya?" goda Rahma.

"mau tau aja"

"halah bilang aja kalo iya"

"udah ah, buruan mau apa kesini"

"cuma mau bilang, ayo turun. Disuruh bunda sarapan."

"kamu duluan aja, ntar kakak nyusul"

"yaudah ditunggu lho ya. Cepetan. Gausah gaya-gayaan lagi. Buruan. Gak pake lama. Secepatnya!!!"

"bawel"

"pokoknya cepetan turun, ditunggu, udah laper ni. Gak pake lamaaa" Teriak Rahma. Rahma memang sudah keluar dari kamar Rian. Namun suaranya masih terdengar.

****

Pukul 07.45
Bunda sudah rapi, karena bunda mau ke toko. Begitupun dengan Rian. Ia juga sudah terlihat rapi karena mau berangkat latihan. Kini Rian sedang menunggu Sagara dan Rafli yang katanya mau kerumah untuk berangkat bareng. Namun berbeda dengan Rahma, dia malah masih santai dan terlihat malas-malasan. Sedang duduk di ruang santai sambil menonton tv.

"mandi sono, anak gadis kok jam segini belum mandi." suruh Rian yang tiba-tiba datang dari arah dapur. Seraya menghampiri Rahma dan melemparkan handuk ke arah Rahma.

Pengagum [ Iqbal & Luthfi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang