"bun Rahma berangkat dulu ya bun, udah telat ni soalnya"
"ga mau sarapan dulu"
"engga lah bun, bunda siapin buat bekal aja ya"
"yaudah tunggu bentar ya, bunda siapin dulu"
Rahma pun lalu memakai sepatunya sambil menunggu Bundanya menyiapkan bekal sarapan Rahma. Setelah bekal itu siap, Bunda lalu memberikan bekalnya itu kepada Rahma. Rahma langsung menerimanya dan berpamitan untuk langsung kesekolah.
"Rahma berangkat dulu ya bun, Assalamualaikum." kataku sambil mencium punggung tangan bunda.
"Wa'alaikumsalam nak, eh hati-hati. Jangan lar....."
"iya bun...." ucapku sambil lari meninggalkan ruang makan.
"healah dasar Rahma... Bundanya belum selesai ngomong kok main lari aja" ucap bunda sambil tersenyum heran.
Rahma lari sekuat tenaganya menuju tempat pemberhentian angkot. Tempat yang biasanya buat nunggu angkot. Jam di pergelangan tanganya sudah menunjukkan pukul 06.50. Dan itu artinya 10 menit lagi sudah masuk. Tapi sampai sekarang angkot yang Rahma tunggu belum juga kelihatan.
Ya, hari ini Rahma kesiangan bangun lagi. Entah apa yang semalem Rahma lakukan kok sampe tidur larut banget dan hasilnya sekarang dia kesiangan. Perasaan juga gaada pr atau ulangan hari ini yang mengharuskan Rahma begadang semalem buat belajar.
"aduh ini mana sih angkotnya, di tunggu kok gak peka banget sih. Tu supirnya tau gak sih kalo nunggu tanpa kepastian itu ga enak". Gerutu Rahma dengan nada kesal.
Berhubung angkot yang Rahma tunggu gak nongol-nongol juga, Rahma memutuskan untuk jalan kaki saja ke sekolahnya, daripada nanti telat. Sebenarnya menurut perkiraannya memang sudah telat sih, tpi daripada nunggu angkot yg ga lewat-lewat, sampe kapan nunggunya, yg ada Rahma malah ga berangkat-berangkat, malah tambah telat nanti.
Sebenernya agak mikir mikir juga sih buat ke sekolah jalan kaki. Soalnya jarak rumah Rahma ke sekolahan itu lumayan jauh. Apalagi Rahma belum sarapan. Tapi perasaan takut dihukum karena terlalu lama terlambat itulah yang meyakinkan Rahma untuk tetap manjalankan niatnya itu.
"haaa...., udah jam segini, dan aku masih di jalan. Wah bisa jadi perkedel ni nanti gue sama Bu Asih" gerutu Rahma sambil menatap jam yang melingkar di tangan kiri Rahma. Yang tentunya masih sambil berlari. Di sepanjang jalan Rahma berharap ada seseorang yang baik hati yang mau menawarinya tumpangan ke sekolah. Tapi ternyata nihil.
****
Pukul 07.10 Rahma sudah berada tepat di depan pintu gerbang sekolah. Pintu gerbangnya memang sudah tertutup, tapi kok Pak satpamnya gaada ya. Mungkin lagi ke kamar mandi. Wah, kali ini Rahma beruntung."Alhamdulillah Pak satpam lagi gaada, tapi kok gerbangnya di kunci sih, apa aku harus manjat?. Ya mau gimana lagi, daripada nanti kena semprot Bu Asih".
Rahma pun nekat memanjat pintu gerbang sekolahnya, padahal Rahma mengenakan rok, dan dia harus memanjat gerbang. Memang Rahma terlihat kesusahan saat berusaha memanjat gerbang, tapi akhirnya Rahma berhasil walau rok nya agak nyangkut-nyangkut dikit sih. Tapi untungnya gak sampai sobek. Dan kini ia sudah berada di dalam sekolah.
"permisi bu" ucap Rahma sambil mengetuk pintu kelasnya
"masuk" jawab seorang perempuan yg sedang mengajar di kelas tersebut,"maaf bu saya terlambat" ucap Rahma sambil menundukkan kepala, tak berani menatap wajah garang bu Asih.
"saya juga tau kamu terlambat, kamu tahu ini jam berapa?, kmu tahu apa konsekuensinya kalau telat di jam pelajaran saya?. Hari ini ada ulangan dadakan, tapi kamu tidak saya perbolehkan ikut pelajaran saya. Silahkan kamu keluar" ucap bu asih tanpa titik koma. Dan pastinya dengan nada tinggi karena sangat marah yg membuat Rahma semakin ngeri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum [ Iqbal & Luthfi ]
Fiksi PenggemarDunianya hancur, serba rumit dan penuh masalah, tak terkecuali masalah asmaranya. Ia menaruh perasaan yang amat dalam kepada seorang lelaki baik, dingin nan misterius, namun keadaan berkata lain. Hingga suatu hari datanglah sang penyembuh luka. Akan...