Dengan cepat, aku sudah mulai membiasakan diri dengan sekolah ini. Di sepanjang tahun ajaran sekolah, bulan Mei yang menjadi bulan diadakannya Pertandingan Utama adalah bulan yang kedatangannya paling kutunggu-tunggu. Membayangkan kembali ke arena dan membalaskan dendam atas kekalahanku tahun lalu membuatku semakin tidak sabar.
Belajar dari kesalahan kemarin, aku dan Zon berlatih dengan lebih strategis di sepanjang tahun ketiga kami ini. Aku tentunya tetap mengajarkan teknik pertahanan dan perlawanan yang baik, tapi menyadari potensi dari diri Zon, aku memutuskan untuk lebih berfokus menempa kemampuan bertahannya. Bagusnya, kerja sama di antara kami pun ikut membaik.
***
"Pertandingan selanjutnya adalah pasangan pengguna kekuatan es dari kelas 3-2, Adel Avsandare dan Zon van Gezant, melawan pengguna kekuatan angin dari kelas 3-2, Rihanna Azalea dan Aditya Pratama. Kedua pihak, silakan memasuki arena," si MC menyebutkan kedua pasangan yang akan bertanding berikutnya.
Aku dan Zon pun segera pergi menuju arena, meninggalkan tempat duduk kami di tribun.
"Dengar, ya, Zon," aku memberi pengarahan kepadanya sembari berjalan menuju arena, "dalam pertandingan ini, aku ingin kau cukup menjadi pelindung. Karena kita melawan pengguna elemen angin, kau cukup membuat barrier untuk kita berdua atau jenis barrier yang bisa memecah angin. Mengerti?"
"Yang bagaimana, maksudmu?" tanyanya.
"Buatlah yang berbentuk kerucut seperti membelah angin atau yang model menahan serangan seperti tembok begini, "kataku sambil menunjukkan replikanya dengan esku, "gimana? Paham?"
Dia memberi anggukan sederhana dan bertanya balik, "Memangnya, kau sendiri mau melakukan apa?"
"Sebuah strategi yang baru," kataku dengan sebuah cengiran penuh percaya diri di wajahku, "nanti kalau sudah siap, kau cukup berdiri di belakangku dan membuat barrier untuk dirimu sendiri. Tenang saja, aku akan memberi taumu. Oke?"
"Baiklah," Zon hanya bisa mengangguk-angguk.
Kami pun masuk ke dalam arena, bersamaan dengan tim lawan. Berdiri berhadap-hadapan, memasang kuda-kuda—siap melancarkan serangan pertama kami.
Gong pun dipukul, sudah waktunya pertandingan kami dimulai!
Seperti yang sudah direncanakan, aku langsung melompat mundur dan berfokus untuk memadatkan molekul air yang terkandung di udara sekitar kami. Aku mempercayakan keselamatan kami sepenuhnya pada Zon. Aku tidak tau sudah berapa lama aku terdiam di posisi itu, tapi begitu aku merasakan udara di sekitarku mulai terasa lebih dingin dan berat, aku merasa ini sudah waktunya aku melakukan serangan pertama dan terakhir kami!
"Zon, rencananya!" Seruku.
Zon yang sedari tadi berdiri di garis depan dan berjuang semaksimal mungkin menahan semua serangan lawan untuk melindungi kami pun langsung melompat mundur. Begitu berdiri di belakangku, dia pun membuat barrier untuk dirinya sendiri sekuat tenaga seperti yang kuminta tadi.
Bagus, dengan ini, persiapan pun sempurna. Sekarang, giliranku yang maju. Aku pun mengangkat tanganku tinggi-tinggi dan dengan memusatkan pikiran di perputaran udara di sekitarku, kukeluarkan jurus itu, "Icy Storm."
Seketika, badai yang sangat kuat tercipta. Udara di dalam arena berputar dengan ganasnya, tapi aku yang menjadi mata badai tidak terkena dampak banyak. Zon yang berdiri tepat di belakangku berjuang keras mempertahankan barrier-nya agar dia tidak ikut terkena dampak dari badai kuat itu. Sementara itu, Dika dan Rihanna yang tidak memperkirakan serangan itu jelas langsung terhempas dengan mudahnya. Bahkan, keduanya secara bersamaan mengenai barrier arena dengan cukup keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forest Academy #WYSCWPD
Teen FictionDi dunia ini, ada sebelas elemen dan 22 pasang pengguna elemen di setiap tahunnya. Demi menghindari terjadinya perang antar pengguna, pemerintah di setiap negara memutuskan untuk mendirikan sebuah pulau ilusi yang hanya bisa dimasuki oleh orang-oran...