Berakhirnya liburan kami menandai dimulainya semester baru sebagai anak kelas 1 SMA. Aku merasa agak bersemangat menyambut semester ini karena jika masa SMP menjadi masa pengenalan dan pembiasaan diri siswa terhadap dunia kemiliteran sebagai para pengendali, masa SMA menjadi masa persiapan siswa untuk menjadi bagian dari Pasukan Perdamaian. Dengan kata lain, kami akan mendapatkan pembekalan mengenai politik dunia dan pelatihan misi rahasia. Akhirnya, kita memasuki proses yang serius!
Tapi, tetap saja. Aku menyengajakan diri tiba di sekolah pada hari Minggu di saat yang lain sudah kembali ke sekolah pada hari Sabtu atau bahkan sejak seminggu sebelumnya. Setelah pindah-pindah barang karena kami menempati gedung asrama di area SMA, aku pergi ke kantin untuk mendapatkan makan malam pertamaku di sekolah ini semenjak liburan panjang itu.
"Adel!" Hima melambaikan tangannya dari kejauhan dengan kegirangan, "kau lama sekali! Baru saja selesai pindah-pindah, ya?"
"Aku memindahkan semuanya sendirian, tau," aku menatapnya dengan sinis, "wajar saja kalau lama."
"Makanya, harusnya, kau datang lebih awal seperti yang lain," dia memasukkan sepotong daging besar ke mulutnya, "waktu beramai-ramai, kita saling bantu biar cepat selesai."
"Iya, iya," aku mengiyakan dengan setengah hati.
Hima pun melanjutkan dengan bercerita panjang lebar mengenai liburannya yang kebanyakan diisi dengan bermain dengan Kasai atau mengikuti perjalanan bisnis ayahnya ke berbagai tempat. Setelah misi itu, aku sendiri menghabiskan sisa liburanku dengan Helder, mengisi beberapa pertunjukan kecil, juga menjalani latihan hardcore dari kakakku. Tidak ada hal spesial yang bisa kubagi dengannya, jadi aku hanya mendengarkan sampai makan malamku hampir selesai.
"Kau tidak duduk bersama Kasai, Hima?" Seorang pemuda tiba-tiba saja duduk di dekatku tanpa permisi.
Suaranya yang kukenal itu membuat nafsu makanku menghilang, tapi aku mempercepat makanku karena ingin cepat-cepat pergi saja.
"Kasai sedang asyik mengobrol sama teman-temannya, tuh," Hima menunjuk ke meja lain yang dipenuhi cowok-cowok yang sedang mengobrol dengan asyiknya sampai suara mereka terdengar keras sekali, "aku sudah menghabiskan banyak waktu bersamanya semasa liburan, jadi aku mengalah dulu untuk kali ini. Lagipula, sudah lama aku tidak mengobrol dengan Adel begini. Aku kangen sekali!"
"Aku biasa aja, tuh," balasku dingin, lalu memasukkan suapan terakhir sup ke mulutku, "aku selesai makan."
"Buru-buru amat," Zon menahanku pergi dengan menarik tanganku sampai aku kembali duduk.
"Iya, ngobrol bentaran dulu, bertiga aja," Hima pun menimpali, "Zon liburan ngapain aja?"
"Aku ikut ayahku perjalanan bisnis ke berbagai tempat," balasnya, "sisanya, paling aku menemani ibuku dengan ikut kelas vokal atau menghabiskan waktu di gereja."
"Wih, anak alim," Hima mengatakannya sambil nyengir lebar.
"Itu saja?" Batinku sambil menatapnya pedas.
"Kenapa?" Zon malah balik bertanya, tidak tau kenapa aku memberinya tatapan itu, "oh, kau tidak memakai anting-anting yang kuberikan padamu?"
Aku kaget mendengar dia tiba-tiba menanyakan itu padaku. Hima yang baru tau soal ini malah kegirangan.
"Woah, woah, woah," dia menari-nari di tempat, "apa ini? Apa akhirnya kalian jadian?"
"Tidak, kami tidak jadian," aku menuding Hima, lalu menuding Zon, "dan tidak, aku tidak mau memakainya. Aku sudah selesai makan. Aku mau pergi."
Aku langsung beranjak dari tempatku duduk dan cepat-cepat meninggalkan mereka. Aku bisa mendengar suara langkah kaki Zon yang terdengar buru-buru menyusulku meninggalkan kantin, tapi aku tidak repot-repot menghentikan langkahku atau bahkan memperlambatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forest Academy #WYSCWPD
Ficção AdolescenteDi dunia ini, ada sebelas elemen dan 22 pasang pengguna elemen di setiap tahunnya. Demi menghindari terjadinya perang antar pengguna, pemerintah di setiap negara memutuskan untuk mendirikan sebuah pulau ilusi yang hanya bisa dimasuki oleh orang-oran...