Januari 2018

8.3K 445 8
                                    

"Heh, keluar!"

Bruk bruk bruk

Pintu toilet diketuk kasar dari luar. Tak ada jawaban, seseorang di dalam toilet menahan isaknya dengan membekap mulutnya sendiri. Kemudian ia memejamkan mata.

"Apa yang kau lakukan didalam sana?! Kau pikir semuanya akan selesai, hanya dengan kau menangis begitu saja, hah!" suara dari luar kembali terdengar.

Seorang siswi yang baru saja keluar dari toilet lainnya menoleh kesal pada gadis yang tengah memaki sejak tadi, tapi kemudian buru-buru mengambil langkah cepat setelah tahu siapa gadis yang sedang berhadapan dengannya.

Naina, gadis yang berada di dalam toilet, masih mendengar Keisha mengomel dari balik pintu.
Nai, menghapus air matanya. Naina menangis bukan karena sedih karena maki-makian Keisha, namun karena hari ini ia terlambat lagi masuk kelas dan itu semua,

GARA-GARA KEISHA!

Nai melenguh sesaat, membenarkan letak rambutnya, kemudian membuka pintu. Ia mendapati Keisha tengah menyilang dada, sepertinya memang sengaja tengah menunggu Naina di depan pintu.

"Bereskan!" Hardiknya tanpa peduli airmata Naina yang bejatuhan. Nai mengangguk lalu membungkuk, untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Keisha.

Tak butuh waktu lama sebenarnya, hanya sekedar membereskan Enam lembar HVS yang berserakan di lantai.
Dalam Satu kedipan sebetulnya pasti bisa diselesaikan oleh gadis itu, atau siapapun juga. Tapi yang membuat hal itu menjadi lama adalah makian yang meluncur dari mulut Keisha. Seolah kalimat-kalimat kasar tidak pernah habis dalam kepala gadis cantik angkuh itu.

Memang begitu adanya, ucapan Keisha memang kerapkali berlebihan, menyakitkan, dan menyebalkan! Membuat siapapun yang berurusan dengan perempuan itu, akan menyesal seumur hidup!
Ya, untuk itulah gadis tadi akhirnya memilih pergi ketimbang membantu Naina, daripada harus berurusan dengan Keisha.

*

Beberapa waktu yang lalu...

Naina tengah berjalan cepat, ia tak boleh terlambat masuk kelas sebelum Mr.John masuk lebih dulu dari dirinya.
Sudah Dua kali ia terlambat masuk kelas di Jam pelajaran Mr. John, dan itu semua gara-gara Pensil sialan itu!

Nai berlari, menyusuri selasar Sekolah dan semakin mempercepat langkah ketika dilihatnya, waktu yang tersisa hanya tinggal hitungan menit.

BRUKKKK

Astaga!

Nai membekap mulutnya sendiri. Lalu mengerem larinya hingga menimbulkan decit cukup keras yang berasal dari sepatunya.

"So... Sorry aku tak sengaja, Keisha... Aku, aku buru-buru," Mohon Nai, dengan napas tersengal dan suara terpotong-potong.

Keisha yang sempat terhuyung ke samping, nampak sangat geram. Alih-alih memaafkan, gadis menyebalkan itu malah memaki Naina.

Dan terlambat!

Disaat yang bersamaan, bel tanda masuk berbunyi. Keisha menyungging senyum jahat, tentu saja ia tak mengijinkan Naina untuk pergi sebelum urusan mereka selesai.

*

Naina melangkah gontai menyusuri lorong sekolah yang sepi senyap. Tak ada guna lagi gadis itu buru-buru masuk ke dalam kelas, karena ia tahu, toh tetap saja Mr.John akan menghukumnya untuk keterlambatannya kali ini, andai Nai tergesa sekalipun.

Tok tok tok

Suara ketukan tulang belakang jemari Naina menggema, ditengah suasana kelas yang sunyi senyap.

"Masuk!" suara Mr.Johan, seperti biasa terdengar dingin, tegas, dan menggema.

Cklek

Naina berdiri diambang pintu, menunduk dan menatap pada ujung sepatunya.
Terdengar langkah sepatu Mr.John mendekat, lalu berhenti beberapa langkah dari tempat Naina berdiri. Nai masih bisa melihat ujung sepatu Mr.John yang mengkilap.

"Ini adalah ketiga kalinya kau terlambat masuk di jam pelajaranku, Naina Gutman!" Teriak Mr.Johan sembari membenarkan letak kaca matanya yang melorot, akibat lelehan minyak yang keluar dari pori-pori dihidungnya.
Pria bertubuh tinggi tegap itu melangkah satu langkah mendekati Naina. Suara sepatunya bagai suara jam dinding dalam puri yang diisi oleh penyihir jahat. Seperti algojo yang siap meng eksekusi tahanannya.

Naina tetap diam menunduk, menggigit bibir bawahnya agar desahannya tak didengar oleh guru killer tersebut, tak mungkin Naina menjawab apapun. Karena segala pembenaran apapun yang dikatakannya, hanya akan membuatnya semakin nampak terlihat bodoh dihadapan guru, yang dikenal sebagai guru paling menyeramkan sepanjang hayat itu.

Seisi kelas hening, menatap keduanya dengan pikiran yang berbeda-beda. Tak ada yang berani mengeluarkan sepatah katapun, bahkan hampir dipastikan, bernapas pun mereka tahan sedalam mungkin. Naina tahu, semua teman-temannya tak mungkin satupun membela dirinya, karena berurusan dengan Mr.John, sama menyeramkannya dengan berurusan dengan Keisha.

"Keluar! Dan kau tidak boleh mengikuti pelajaranku selama Dua minggu ke depan!" Begitulah keputusan Mr.Johan, yang kemudian ditimpali desah 'Ouuugghhhh'
Dari hampir seluruh murid di dalam kelas.

Naina tak menjawab, bahkan untuk sekedar bertatapan dengan matanya pun, tak berani ia lakukan. Naina melangkah gontai, meninggalkan kelas dan berdiri di depan pintu, tak tahu apa yang harus dilakukan olehnya. Sementara itu beberapa detik kemudian, terdengar suara pintu dibanting oleh Mr.John, sehingga menimbulkan suara begitu keras.

Naina menatap lurus pada selasar sekolah yang tak dilalui siapapun. Ia tak mungkin berdiri disana selama pelajaran Mr.John selesai, akhirnya dengan malas Nai memilih untuk pergi ke taman. Disana adalah satu-satunya tempat aman dari berbagai pertanyaan dan tatapan menghakimi.

Sekilas Naina menoleh ke sisi jendela kelas, kedua matanya beradu dengan mata Keisha. Gadis jahat itu menjulurkan lidah, dan masih sempat menggerakkan bibirnya.

Mampus!

Naina mendengus geram, ingin sekali rasanya menempeleng pipi Keisha saat itu. Naina bukan gadis penakut yang dengan mudah siapapun bully sebetulnya, tapi tadi itu memang waktunya yang tidak tepat.
Naina buru-buru melangkah pergi, mengepalkan kedua tangannya dengan amarah di dalam dadanya. Ia bersumpah, suatu saat akan membalas sakit hatinya terhadap Keisha.

*

'Semua takkan terjadi jika kau tak pernah ada dikehidupanku! Sejak keberadaanmu, apapun yang kulakukan hanyalah sebuah kesalahan! Aku benci kau, dan lihat saja! Kau kupastikan akan kumusnahkan siang nanti! Pensil terkutuk!'

Naina masih menggerutu dalam hatinya. Merutuki kesialan demi kesialan yang ditemuinya akhir-akhir ini. Entah ada hubungannya atau tidak dengan penemuannya minggu kemarin, tapi jelas sekali berbagai kesialan memang menimpa dirinya, setelah ia berhubungan dengan pensil terkutuk itu!

Nai menjatuhkan tubuhnya di atas bangku taman, merasakan embus udara pagi nan segar. Di taman itu memang dirimbuni pepohonan, sehingga menjadi salah satu tempat favorit bagi semua murid sewaktu istirahat, selain kantin tentu saja.

Gadis itu membuka tas nya, lalu membuka kotak pensil tanpa mengeluarkannya dari dalam tas. Kepalanya berpaling ke kiri dan kanan, memastikan bahwa benar-benar tak ada siapapun disana.
Nai merogoh pensil yang ia sebut terkutuk itu, meraba dengan jari-jarinya.

Naina mengernyit, merogoh sekali lagi dan kali ini mengeluarkan kotak pensil miliknya dan meletakkan dipangkuan.
Nai diam membeku, pensil yang ia maksud nyatanya tak ada di dalam kotak pensilnya. Ia berpikir keras, mengingat berkali-kali. Beberapa kali ia menggelengkan kepala, mengkerutkan kedua alis dan mengangguk-angguk.

'Aku tidak mungkin salah, pensil itu sudah kumasukkan semalam. Tapi kemana? Dimana? Ya Tuhan... Aku tidak suka bermain-main dengan sesuatu yang tidak masuk akal...'

Naina mengembuskan napas panjang, menatap lurus pada sekumpulan kupu-kupu yang berkerumun pada kelopak bunga.
Yang diinginkannya saat ini hanya satu, segera pulang ke rumah kost nya, dan menemukan pensil itu lalu membakarnya, atau melemparkannya ke tempat sampah!

Pensil KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang