"Nai, Naina bangun! Nai, hey kau kenapa?!" Teriakan Diva terdengar begitu berisik ditelinga Nai. Diva mengguncangkan tubuh Naina berkali-kali, untuk membangunkan gadis itu.
Naina menggeliat, kemudian membuka matanya. Ia menatap kedua temannya agak lama, dengan napas tersengal dan keringat membasahi keningnya.
Akhirnya ia mengembuskan napas lega, begitu menyadari jika tadi ia hanya bermimpi.
Mimpi yang sangat aneh!
Meskipun bukan mimpi horor, tapi tetap saja membuatnya berkeringat dan ketakutan malam itu."Sebenarnya kau mimpi apa?" Tanya Linggar. Naina diam, nampaknya ia ragu harus menceritakannya kepada mereka atau tidak.
"Ngg... Bukan apa-apa, hanya mimpi jika aku sedang lari estafet," Jawab Nai pada akhirnya. Sembari menyeringai dan mengusap peluh yang membasahi wajahnya.
Kedua temannya merengut tapi kemudian tertawa, mereka percaya pada apa yang diceritakan oleh Naina."Untung saja kau tak bermimpi sedang kencing, heh! Bisa-bisa basah kau punya tempat tidur karena mengompol!" cibir Linggar. Naina terkekeh, selalu saja logat bicara Linggar terdengar lucu ditelinga Naina.
Diva menyodorkan segelas air putih dingin, Nai hanya mengangguk dan meneguknya hingga habis.
"Ya sudah, tidur lagi sana!" ujar Linggar.
Naina mengangguk sambil menarik selimutnya kembali. Tak lupa ia ucapkan terimakasih pada keduanya.*
Dua Puluh menit setelah kedua temannya kembali keluar dari kamarnya, Naina mencoba memejamkan lagi kedua matanya. Sambil menatap jarum jam yang berdetak, dan berputar terasa lebih lambat dari biasanya.
Jarum pendek menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Tak ada suara tv diluar sana, mungkin tadi Linggar dan Diva langsung mematikan televisi setelah keluar dari kamar Naina.
Yang terdengar saat ini hanya napas Nai dan detak jarum jam yang menggantung tepat didinding dihadapan tempat Naina tidur.Grrrrskk Grrrrrrsseekkk Sreetttttttt
Naina melotot, kemudian bangun dari posisi terlentangnya.
Ada sesuatu yang berbunyi...Tidak!
Lebih dari itu, tapi sesuatu yang bergerak!Naina berdiri, kemudian melangkah perlahan menuju stop kontak. Kemudian ia menyalakan lampu.
Matanya liar, mencari asal suara yang didengarnya tadi.
Tapi tak ada apapun yang mencurigakan. Naina diam sejenak, lalu memutuskan untuk melangkah menuju jendela, dan membuka gorden lalu celingukan mencari sesuatu yang mungkin mencurigakan.GUUUUKKK GUKKK GUKKKKK
Naina mengehela napas panjang. Ternyata hanya anjing Bulldog tetangga sedang melolong di depan pagar rumah kost. Dan suara tadi, pasti berasal dari kaki Anjing yang bergerak-gerak.
Nai membalikkan tubuhnya kembali, tapi kemudian diam, ia lalu mengernyit.Sepertinya ada yang aneh...
Ia kemudian berbalik sekali lagi, dan membuka kembali gorden sekali lagi, lalu berpikir.
'Anjing melolong? Matanya menatap sangar ke kamarku,
'Ada apa denganku? Atau...
Ada apa dengan kamarku?'Aku pernah mendengar cerita, jika seekor Anjing menyalak, itu artinya dia tengah melihat sesuatu yang tak kasat mata.
'Makhluk Astral?
'Di kamar ini?
Tidak mungkin!'
Naina menutup gorden, lalu dengan cepat melompat ke atas tempat tidur. Ia menutup seluruh tubuhnya hingga kepala dengan selimut. Ia bahkan lupa untuk mematikan lampu.
'Nai...'
Jantung Naina berdegup seakan dua ratus kali lipat lebih kencang dari seharusnya. Dadanya bergemuruh, dan tetes demi tetes keringat berjatuhan dipelipisnya.
'Naina...'
Suara itu kembali terdengar. Lebih lirih dan samar, lalu entah dari mana asalnya, tiba-tiba angin bertiup kencang, menerbangkan selimut yang menutupi tubuh Naina.
Tubuh Naina bergetar, ia mundur dan tersudut dipojokkan tempat tidur.SRETTTT
Gorden terbuka lebar. Sebuah bayangan tiba-tiba muncul dari balik jendela. Naina membuka matanya lebar-lebar, memastikan jika benar yang dilihatnya adalah nyata.
Ya, nyata!
Bayangan itu seolah masuk melalui jendela, diam dan tak bergerak. Naina hanya mampu menatapnya, tanpa sanggup berkata atau bergerak lebih jauh lagi. Lebih dari itu, tubuhnya terasa membeku.
Bukan Pocong, bukan pula Kuntilanak. Bukan Tuyul atau pun Genderuwo yang muncul dari balik gorden jendela kamarnya.
Bayangan itu seperti seorang gadis dengan rambut ikal sepunggung. Ia mengenakan Blous berwarna biru laut, dengan atasan kaos pendek ketat berwarna putih tulang.Naina tidak dapat melihat dengan jelas wajah gadis itu, sebab ia menunduk, dan angin menerbangkan helai-helai anak rambut didahinya.
Naina mengucek kedua matanya berkali-kali hingha terasa perih. Ini rasanya mustahil!
Naina menampar pipi kirinya dan berharap ini semua benar-benar hanya mimpi, tapi lalu gadis itu mengaduh, jelas sekali bahwa ini bukan mimpi, tapi benar-benar nyata."Si siapa kau?!" Teriak Naina dengan suara serak dan meski ia berusaha berteriak, suaranya seakan tercekat ditenggorokan.
Hening
Naina menutup kedua matanya dengan telapak tangan, dikala sebuah cahaya berwarna biru tiba-tiba saja menyeruak masuk ke dalam kamarnya, seolah dijatuhkan dari langit-langit kamar.
Tak hanya itu, disaat bersamaan sesuatu bergerak-gerak cepat di dalam tas Naina, gadis itu memalingkan kepala dan pandangan pada tas miliknya, yang kini bergerak semakin cepat.Ingin rasanya Naina turun dari tempat tidur, kemudian berlari keluar dari kamar dan memanggil teman-temannya. Tapi apa daya, tubuhnya seakan membatu. Jangankan untuk bergerak turun dari atas tempat tidur, bahkan mulutnya pun kini seakan terkunci rapat.
Sepuluh menit terasa seperti dua tahun, sementara Naina bengong menatap tas miliinya yang masiu bergerak, seketika itu pula gadis misterius yang tadi muncul bagai hantu dalam cerita horror Thailand, tiba-tiba menghilang tanpa Nai sadari.
Naina beralih pada tempat dimana gadis tadi berdiri, lalu beralih cepat pada tas miliknya, perlahan gerakannya melambat. Pelan, kemudian berhenti sama sekali.
Di sela antara takut dan cemas, serta pikiran yang berkecamuk, Naina berhasil mengembuskan napas lega. Namun kejadian tadi membuat dirinya waswas, tak bisa tidur, bahkan hingga suara adzan dari kejauhan terdengar, Naina masih bergelut dengan ragam pertanyaan dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pensil Kutukan
HorrorAku hanya butuh waktu Lima menit untuk menangis, serta menumpahkan segala kekesalanku. Setelah itu, semua akan kembali baik - baik saja ....