Serayu

1.7K 167 0
                                    

"Apakah... Papa ku... mati karena... dibunuh oleh mereka?" tanya Naina terbata, dengan airmata yang berjatuhan di pipinya.
Rosalina tersenyum kepadanya.

"Tak ada makhluk ghaib yang bisa membunuh manusia, Naina. Terkecuali ia merasa terusik dan karena olah perbuatan manusianya itu sendiri..." jawab Rosalina.

"Aku tak mengerti..." Naina merasa pikirannya benar-benar kalut.

"Dengarkan aku, Orangtua mu adalah manusia modern dengan kecerdasan jauh diatas rata-rata, sekaligus Primitif yang masih sangat mempercayai hal-hal mistis. Orang tua mu melakukan perjalanan panjang untuk mendapatkan barang ghaib disebuah tempat keramat atau tabu didatangi oleh manusia. Sebab memiliki histori yang menakutkan, dan mereka percaya jika melanggar akan mendapat tulah dari apa yang dilakukannya...

"Namun tidak dengan Orangtuamu! Mereka penggila materi, dan menjadikan hal mistis sebagai hobi, dan menyedihkan lagi, mereka menjadikan peninggalan-peninggalan ghaib sebagai bisnis, orangtua mu bahkan mendatangi berbagai tempat keramat dan melakukan berbagai macam ritual demi mendapatkan barang ghaib yang misteri," ini menyakitkan! Penjelasan Rosalina sungguh menyakitkan hati Naina.

"Lalu, bagaimana kita dapat melenyapkan kutukan itu, Ibu Rosalina? Apa kau tahu juga soal Mika? Apa di dalam tubuhnya memang dirasuki arwah Loui?" tanya Naina dengan kedua mata sembab.
Rosalina menggelengkan kepala.

"Kutukan itu tidak akan pernah bisa lenyap. Kecuali..."

"Kecuali apa?!" tanya Jemi dan Naina serempak.

"Diantara kalian bertiga, harus ada yang dikorbankan!" seru Rosalina sambil menatap Jemi dan Naina bergantian.
Nai dan Jemi saling pandang tak percaya.

"Ma maksudmu, apakah maksudmu kami harus menjadi tumbal?" tanya Naina. Rosalina mengangguk. Ia tersenyum sambil menggoyangkan kursi yang didudukinya.

"Itu tidak mungkin, Ibu Rosalina!" pekik Naina.

BRUG BRUGG BRUUGGGG

Suara gedoran dipintu mengalihkan tatapan ketiganya. Naina menatap Rosalina dan Jemi bergantian.

"S siapa diluar sana, Ibu Rosalina? A aku takut..." Naina menangis lagi.

Jemi, mendekatkan tubuhnya dan merangkul bahu Naina. Ia merasa bingun dengan keadaannya saat ini.

Rosalina berdiri, ia melangkah pelan mendekati jendela, lalu mengintai dari balik tirai. Tak lama, ia berbalik dan menatap wajah Naina dan Jemi bergantian.

"Dia sudah datang..." bisiknya pelan. Sangat pelan.

Jantung Nai dan Jemi berdegup kencang.

"S siapa maksudmu, Ibu Rosalina?" tanya Naina. Perempuan itu melangkah menghampiri keduanya.

*

"Serayu... Serayu datang untuk mengambil satu diantara kalian..." gumamnya dengan wajah begitu dekat dengan keduanya.
Naina merekatkan tubuhnya pada tubuh Jemi.

"Bu Rosalina, apa ada cara lain selain mengorbankan nyawa kami?!" seru Jemi. Diantara kegilaan pikirannya, ia masih mencoba berpikir waras.

"Mika. Bagaimana jika Mika kalian berikan saja pada Serayu?" wajah Rosalina sungguh menyeramkan saat ini. Tatap matanya yang tajam seolah-olah hendak melucuti seluruh persendian ditubuh keduanya.

"Aku setuju!" tegas Jemi. Tapi kemudian Naina menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak! Itu tidak mungkin, Jemi! Mika adalah temen Gue! Dia juga korban dari kutukan itu. Bagaimana bisa Lo sejahat itu sama dia, Jemi!" teriak Naina.

"Teman? Jahat?! Coba Lo pikir, saat ini yang paling penting adalah nyawa kita! Peduli setan dengan orang lain! Bukankah lo sendiri merasa nggak nyaman dengan si cupu itu?!" balas Jemi.

"Gue masih punya hati buat ngelindungin siapapun orang yang deket sama Gue! Nggak ada! Nggak ada yang boleh mati karena hal ini!" tukas Naina.

Sementara itu, Rosalina tersenyum menatap keduanya yang beradu mulut. Bukankah itu persis, seperti petaka yang Serayu tiupkan pada Jollie dan Loui di masa lampau?

Sebuah pertikaian ...

*

BRUG BRUUGG BRUUGGG

Suara ketukan dipintu semakin terdengar kencang. Naina dan Jemi yang masih bertikai langsung terdiam.

"Ibu Rosalina, aku mohon, pasti ada jalan keluar yang lain, bukan?!" seru Naina. Menatap Rosalina yang berdiri tenang.

"Sudah kukatakan, kalian hanya punya satu pilihan! Kalian mati, atau Mika yang dikorbankan?" jawabnya.

"Ayolah Naina! Kita tak punya banyak waktu!" seru Jemi. Naina menggeleng kesekian kalinya.

"Baiklah, kalian hadapi sendiri! Aku ingin istirahat dengan tenang." ujar Rosalina sembari melangkah menuju pintu.

"Tunggu! Ibu Rosalina, aku yakin ada jalan lain. Tolonglah Bu, tolong bantu kami..." mohon Naina sekali lagi.

Rosalina menghela napas. Kemudian menghampiri keduanya sekali lagi.

"Kau memang anak keras kepala, Naina! Persis seperti orangtuamu. Baiklah, ini adalah kesempatan terakhir yang aku berikan...

"Kalian datangi Hutan Terlarang pada malam bulan purnama. Tepat pukul dua belas malam, kalian harus mencabut sebatang lidi yang ditancapkan disebuah gundukan tanah diantara dua batu yang berada di sekitar air terjun ke Tujuh di dalam hutan." terang Rosalina.

Naina baru saja hendak membuka mulut. Namun Rosalina menggelengkan kepala.

"Tidak ada permohonan apapun lagi. Dan ingat, kalian harus melakukannya bertiga. Satu hal lagi, malam bulan purnama terjadi dua hari yang akan datang...

"Pergilah, aku akan mengusir Serayu agar tidak mengganggu kalian!" ujarnya sekali lagi. Kemudian melangkah menuju pintu dan berbicara. Berbicara sendiri tanpa apapun terdengar oleh Naina dan Jemi suara yang lainnya.

Pensil KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang