Hutan

1.7K 159 0
                                    

Matahari masih terbit di ufuk timur, pertanda hari masih terus bergulir sesuai pada porosnya.
Meski langit masih berbenah, tengah bersolek menanti sang surya menjelma cantik nan rupawan.

Narayan sudah berhasil mengumpulkan sekantung buah cherry, untuk ia berikan pada Jollie yang pasti sangat kelaparan.

Hutan memang bukan rumah mereka berdua. Namun setidaknya, Narayan adalah seorang anak yang menyukai petualangan dan sering melakukannya pada saat ia dan kedua orangtuanya masih tinggal di benua Eropa sana, sebelum kepindahannya ke Desa Kalitujuh.

Begitupun dengan Jollie. Ia sangat mencintai petualangan. Meski...
Belum pernah melakukannya, seumur hidup!

Petualangan itu hanya ada dalam khayalan. Ia menjelma sebuah ilusi, kadang menyerupai sebuah imajinasi, yang kemudian jadilah sebuah karya tulisan, hanya sebatas itu.

"Makanlah..." ujar Narayan. Sembari mengeluarkan seluruh isi kantung yang dibawanya.

Jollie terdiam sejenak. Dirumahnya, dibelakang Istana kebanggaan keluarganya, buah-buah cherry setiap pagi disapukan oleh para pembantu Keraton. Mana pernah ia mengambil terlebih memakannya.

Jollie menggelengkan kepala cepat-cepat. Narayan tersenyum. Ia paham, dengan apa yang ada dalam pikiran Jollie.

"Coba dulu," lanjutnya, masih dengan sikap santai dan cool khas Narayan. Jollie menggeleng sekali lagi.

Kriuk

Narayan menggigit satu buah cherry yang merah, kemudian memasang raut segar. Sementara Jollie memperhatikan Narayan sambil mengernyit.

Narayan memalingkan wajah pada Jollie sambil mengerling, lalu mengangkat telapak tangannya yang berisi 8 atau 10 buah cherry segar.
Jollie menatap mata Narayan seakan butuh keyakinan. Narayan mengangguk pelan.

Ragu, Jollie mengambil sebutir cherry berwarna ranum tersebut. Kemudian satu, dua, tiga...

"Enak!" jerit gadis cantik itu dengan kedua bola mata berbinar. Setelah sebelumnya sempat waswas manakala gigi-gigi putihnya berhasil mengoyak buah. Narayan mengembuskan napas lega, lalu terkekeh melihat kelakuan Jollie.

"Lekaslah Jollie, kita tidak bisa lebih lama lagi berada disini. Kita harus pergi, sebelum pengawal Ayahmu mencari keberadaan kita," Narayan mengingatkan.

Jollie mengangguk. Ia melahap Dua butir cherry sekali suap. Entah benar lezat, atau karena lapar, yang jelas dia terlihat begitu lahap.

"Tapi Narayan, kita mau kemana?" tanya Jollie ragu.

Narayan tak menjawab, ia hanya tersenyum kemudian merapikan rumput-rumput, berusaha membuatnya kembali seperti semula, untuk menghilangkan jejak para pengawal keraton.

Pensil KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang