"Bisakah kau jangan menggangguku, hantu!" pekik Naina dengan nada tertahan.
Jollie mengibaskan rambut panjangnya, kemudian terkekeh nyaring. Sumpah itu amat menyebalkan terdengar oleh telinga Naina.
Naina menutup telinganya, bagaimana pun suara tawa Jollie memang sanggup membuat bulu kuduknya berdiri. Secantik apapun gadis itu, ia tetap bukan manusia."Jangan tidur malam ini, sesuatu akan terjadi di rumah ini..." Bisik Jollie.
Naina mengerang panjang lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tak percaya, akan betapa sudah tak warasnya ia jika percaya pada ucapan seorang hantu, jin, iblis, siluman, atau entah apalah sebutan yang tepat untuk Jollie.
Naina menelungkup, lalu menutup kepalanya dengan bantal. Ia mencoba memejamkan kembali kedua matanya. Naina hanya ingin tidur, dan bangun tanpa membuatnya terlambat tiba disekolah esok hari.
Atau ketika ia terbangun, setidaknya si hantu pucat itu tidak lagi mengganggunya.Setelah hampir Sepuluh menit kemudian, suara Jollie pun akhirnya menghilang, membuat Nai penasaran dan membuka kelopak matanya. Lalu senyumnya mengembang.
"Kau mencariku?" suara itu lagi
Sial!
Naina hampir saja melompat dari atas tempat tidur.
"Aku tak mencarimu!" Hardik Naina.
Jollie terkekeh lagi, kemudian berjalan mendekati Naina. Nai mendengus kesal, lalu memberanikan diri untuk menatap Jollie dengan tajam.
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Naina. Jollie hanya tersenyum. Kemudian mengusap kepalanya sendiri.
"Aku hanya ingin kau tahu, jika malam ini akan terjadi sesuatu dirumah ini. Itu saja," Jawab Jollie.
Seraya berputar dan tubuhnya berubah menjadi segumpal asap Biru, kemudian ia kembali ke dalam huniannya.Nai menggeleng-gelengkan kepala, lalu mengangkat kedua bahu dan bernapas dengan lega. Setidaknya malam ini ia akan tidur dengan nyenyak. Dan yang terpenting, ia tak harus percaya pada bualan hantu itu.
*
KREKK SRAKK SRAKKK
Naina terjaga, Ia memicingkan mata dan menajamkan pendengarannya.
Perlahan Naina bangun, lalu berdiri dan berjingkat mendekati pintu. Nai menempelkan telinganya pada pintu, dan suara dari luar semakin jelas terdengar.
Jantung Nai berdetak kencang sekali.'Suara apa itu...'
Naina mengintip melalui lubang kunci, sebisa mungkin menjelajahi lubang kecil itu untuk mencari tahu sesuatu di luar sana.
Naina mengernyit, lalu lekas membekap mulutnya sendiri. Ia tercekat, melihat tiga orang pria tengah menggeledah barang-barang dilantai dua, tepat sekali di depan kamarnya kini."Jollie..." Entah sadar atau tidak, Naina menggumamkan nama hantu yang beberapa jam lalu ia usir.
Hoaammm...
Naina hampir memekik mendengar suara tepat disampingnya. Jollie sudah berdiri disampingnya hanya dalam hitungan detik. Entah karena gelap atau panik, sehingga Nai tak sempat melihat cahaya biru keluar dari pensil.
"Kau mengagetkanku, hantu bodoh!" Pekik tertahan Nai seraya menatapnya. Jollie terkekeh, suara kekehan yang paling dibenci oleh Naina.
"Ada apa kau memanggilku?" tanyanya. Nai menempelkan telunjuk dibibir, pertanda bahwa suara Jollie terlalu keras, dan bisa membuat orang di luar sana mendengarnya.
Lagi lagi Jollie terkekeh mendengar hardikan Naina."Mereka takkan mendengar suaraku, gadis bodoh!" Serunya kemudian.
Naina hampir menghardiknya kembali, betapa kurang ajarnya hantu itu, mengatai dirinya sebagai gadis bodoh."Keluarlah! Sekali-sekali, jadilah pahlawan dirumahmu sendiri," Lanjut Jollie seraya menyilang dada, dengan sebelah bibir atas menyunging seperti sengaja meledek.
Wajah Naina merah padam, menyebalkan sekali kelakuan hantu itu!
"What? Aku harus mengantarkan nyawaku untuk Tiga orang maling itu? Dimana otakmu! Lagi pula, ini bukan rumahku," tanpa sadar, Naina berteriak.
"Tapi kau tinggal dirumah ini!" Balas Jollie.
BRAKKKKK
Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar, sepertinya ditendang dari luar, sebab Naina memang mengunci pintu tadi sebelum tidur.
Naina menjerit, ketika mereka bertiga dengan wajah tertutup topeng tiba-tiba masuk dan hendak menyerangnya.
Entah hendak menyerang atau menangkap, atau bisa juga hendak memperkosanya, Naina tak mengerti. Yang ia tahu, ia terkejut dan ketakutan. Nai harus menghindar dari tiga pria bertopeng itu, sebelum mereka menyentuh tubuhnya barang secuilpun.Tak lama kemudian, terdengar suara pintu lain dibuka, lalu disusul dua pintu lainnya.
"Ada apa, Naina? Kenapa kau berteriak?!" Itu suara Diva. Yang sudah berteriak dari kejauhan. Ia berlari, suara sendal rumahnya terdengar memecah ketegangan.
"Nai, macam mana pula kau berteriak ditengah malam macam ini, hah?!" kali ini suara Linggar, dengan logat Medannya yang khas. Ia sama seperti Diva, berlari dengan wajah masih terbalur masker bengkoang.
"Ada maling!" Teriak Giska.
"Benar! Maliiiiiiing! Tolooooong!" Diva menimpali, kemudian gaduhlah seisi rumah lantai dua tersebut.
"Polisi! Telpon polisi!"
"Hansip!"
"Sekuriti!"
"Lho mamang penjaga rumah kemana?!'
"Tolooooong..."
Praanggg
Suara kaca pecah. Ketiga maling itu memecahkan kaca di dalam kamar Naina untuk mengalihkan perhatian semua orang.
Semua gadis di dalam saba histeris. Dan itulah kesempatan terbaik bagi si maling. Mereka semua berhamburan keluar dari kamar Naina, berlari dan berhasil keluar melalui pintu dapur.Sementara itu, Naina histeris di dalam kamarnya. Mereka berhamburan menghampiri Naina.
"Kau baik - baik saja, Nai?" Giska, gadis berhijab itu menatap Naina dan membantunya berdiri. Naina dengan wajah pucat mengangguk pelan.
"Aku baik-baik saja. Aku... Aku hanya kaget, tadi..." Jawab Nai dengan wajah pucat.
'Sialan! Dimana hantu itu saat aku butuh pertolongannya!'
"Aku disini!" Seru Jollie.
Dari atas lemari sembari terkekeh lagi. Naina menatap ke atas lemari, hampir saja emosinya meledak, sampai ia sadar bahwa disebelahnya ada teman-teman kost nya."Kau tidur denganku saja malam ini, Nai. Besok pagi, kita beritahu Bu Anjani jika malam ini ada maling dirumah ini," Giska menawarkan.
Sebetulnya Naina paling tak suka menginap ditempat tidur milik orang lain, ia sering merasa canggung untuk itu.
Namun kali ini, sepertinya usul Giska memang benar. Ia tak mungkin tidur dengan kaca jendela terpecah belah semacam itu.
Lalu lebih dari itu, Nai ingin menghindar dari hantu tak ber perikemanusiaan itu.Ber perikemanusiaan?
"Baiklah, maaf merepotkan kalian," jawab Naina sembari meraih boneka Olive dan selimut miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pensil Kutukan
HorrorAku hanya butuh waktu Lima menit untuk menangis, serta menumpahkan segala kekesalanku. Setelah itu, semua akan kembali baik - baik saja ....