1950

1.7K 169 0
                                    

Malam, hutan di Desa Kalitujuh terasa mencekam. Lolong anjing serta satwa malam gegap gempita seolah saling bersahutan satu dengan yang lainnya. Seakan berseru agar sebangsanya saling menyatu. Atau, bisa juga mereka tengah mengintai korban untuk dimangsa.

Marianne Jollie, puteri keraton yang semestinya sudah berhiaskan tiara dikepalanya, dan duduk di atas singgasana, kini justru tengah menahan perih.
Luka pada telapak kakinya cukup parah, entah menginjak apa di dalam hutan terlarang yang gelap gulita itu.

"Sakit sekali, Narayan..." Gadis berusia lima belas tahun itu menangis tersedu.
Sementara itu, Narayan sedang mengikat luka nya dengan sobekan baju yang ia pakai.

"Tahan, Jollie. Agar lukanya tak mengeluarkan darah terus," jawab Narayan sambil menatap wajah Jollie penuh iba.

"Narayan, apa keputusanku ini salah? Bagaimana jika mereka menemukanku? Menemukan kita, dan ayah pasti akan menghukummu, Narayan..." ujar Jollie, di tengah isak dan tangisnya.

"Diamlah, Jollie. Aku rasa malam ini kita aman. Kau tidurlah, aku akan menjagamu. Besok sebelum matahari terbit, kita akan melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang jauh dan indah. Disana, kau akan bebas menggambar apapun yang kau mau. Loui takkan bisa mengganggumu lagi." Narayan menatap wajah Jollie dalam kegelapan.
Akan tetapi setelah Narayan selesai berbicara banyak, Jollie sudah terlelap.

Sesekali masih terdengar sisa isak tangisnya, dalam keadaan yang sangat gelap itu, Narayan membuka baju luarnya yang berupa rompi terbuat dari kulit. Ia meletakkannya di atas tubuj Jollie.

Dirinya sendiri merekatkan kedua tangan didada, dingin ini tak seberapa, dibanding dengan mungkin, rasa sakit yang tengah dirasakan Jollie.

Narayan menatap wajah Jollie sekali lagi, dalam sekali. Kemudian ia merebahkan tubuhnya disamping Jollie, beralaskan rerumputan liar. Ia tak boleh lelap, ia harus tetap menjaga keadaan, dan tetap bersiaga. Andai saja tiba-tiba para pengawal menemukan mereka, atau binatang buas mengendus keberadaan keduanya.

Pensil KutukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang