"Kenapa lama sekali?! Aku bisa mati kelaparan, Naina!" Seru Diva sembari merebut kantong kresek dari tangan Naina.
"Hehe, kau tahu kan, malam minggu begitu ramai. Aku harus antri lama sekali," jawab Naina berdalih. Kemudian membuka satu bungkus nasi pecel ayam, dan melahapnya sambil berpikir.
*
Malam sudah larut, keempat gadis itu sudah selesai makan, dan rasa kantukpun mulai datang.
"Ngantuk, tidur yuk?" ajak Diva seraya menguap. Ketiganya mengangguk setuju.
Setelah merapikan lagi semuanya, keempat gadis itu berpisah untuk masuk ke kamar masing-masing.Naina menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam.
Nai sama sekali tidak mengantuk, pikirannya terus tertuju pada pertemuannya dengan Jemi beberapa waktu lalu.Naina melangkah perlahan ke balik pintu, dan mengambil tas sekolahnya, lalu mengeluarkan pensil dan membawanya ke meja belajar.
"Jollie, keluarlah..." Gumam Naina pelan. Sambil meletakkan pensil di atas meja.
Hanya beberapa detik setelah Naina selesai bicara, cahaya biru berkelebat dihadapannya, dan seperti biasa kemudian menjelma sosok Jollie disampingnya."Ada apa? Kau mengganggu istirahatku Naina," Ujarnya sambil menguap. Lima detik kemudian, Jollie duduk disamping Naina.
Nai menjauh, ia tak mau dekat-dekat hantu itu.Hening beberapa saat.
"Ada apa sebenarnya?" ulang Jollie. Naina mengembuskan napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Jollie.
"Ehm...
"Begini, Jollie... Aku akan membuang pensil ini besok. Aku mohon kau jangan kembali padaku. Aku tak mau mendapat banyak teror atas kehadiranmu," Terang Naina.
Mata Jollie merah menyala seketika, Jollie berdiri dan mendekatkan dirinya pada Naina. Hal itu membuat Naina ketakutan dan berusaha menjauhkan dirinya dari hantu itu.
"Kau tak boleh melakukan itu, Naina! Ingat... Kau sudah mengambilnya dan kau harus bertanggung jawab!" Suara Jollie terdengar menggelegar, dan seperti berupa ancaman. Ia menatap Naina penuh kemarahan, sementara Naina dengan wajah pucat berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.
Nai berdiri, lalu dengan keberanian yang ia kumpulkan sedapat mungkin, Nai menyunggingkan sebelah bibir, seraya kedua tangan menyilang di dada.
"Heh, kau pikir aku takut dengan ancamanmu? Dengar... Manusia itu lebih sempurna dari makhluk sejenismu! Aku bahkan bisa saja membakar tubuhmu sekalian malam ini juga. Tapi itu tidak kulakukan! Karena... Ya karena aku masih menghargaimu!" cerocos Naina sambil mengibaskan sebelah tangannya di depan Jollie.
Nai melangkah mundur, lalu beranjak ke atas tempat tidurnya dan menarik selimut dengan cepat. Lalu menutupi tubuh hingga kepalanya.
Jantung Naina terasa melemah, sesungguhnya Nai hanya menggertak, tidak benar-benar seberani itu.Praaaang
Di dalam selimut, tubuh Naina bergetar. Susah payah ia kembali mengumpulkan keberanian, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Ya ampun... Hantu pemarah, jelek, kurus kering, payah, kau pikir aku peduli dengan kelakuanmu? No!" hardik Naina lalu menutupi kepalanya dengan bantal.
"Naina! Awas saja, kau tidak akan bisa melenyapkan aku begitu saja!" maki Jollie dengan amat geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pensil Kutukan
HorrorAku hanya butuh waktu Lima menit untuk menangis, serta menumpahkan segala kekesalanku. Setelah itu, semua akan kembali baik - baik saja ....